Zoey berjalan dengan cepat menuju ruangan Edric setelah pintu lift vvip terbuka. Informasi yang baru dia terima dari Jeff benar-benar mengejutkan. Zura adalah cucu pemilik Galaxy Group. Sayangnya Jeff tidak berani memberi informasi lanjutannya karena takut itu hanya hoax. Jeff pun hanya menduga karena pernah betemu dengan Zura saat Jeff kunjungan ke Galaxy Group. Mungkin sekitar satu tahun yang lalu. Waktu itu dia datang untuk menawarkan kerja sama dengan sang pemilik yang bernama Morgan. Memang Zura sama sekali tidak melihatnya karena sibuk belajar di ruangan lain. Tapi Jeff cukup mengenalnya karena pernah tau dia adalah mantan karyawan Inti Global.
Lalu, Jeff menyimpulkan bahwa Zura adalah cucu dari Morgan, ketika dia dan Morgan sedang mengobrol dan laki-laki tua itu menyinggung tentang cucu perempuannya yang akan mengambil alih perusahaan suatu saat nanti. Yang jelas, waktu itu cucunya masih dalam proses pembelajaran. Kemudian, saat Zura datang ke Inti Global untuk
Semuanya mulai menyelidiki gaess.
Zura dan Edgar kembali keluar kantor bersama demi urusan pekerjaan. Namun kali ini wanita itu izin kepada Edric karena tidak ingin kena hukum seperti tadi malam lagi. Rasa nyeri akibat ulah laki-laki itu masih tersisa sedikit, karena tdai malam tidak jadi dioles salep. Chalondra yang menghubungi Edric terus menerus membuat mereka tidak bisa berlama-lama bercinta di apartemen Zura.Adapun kepentingan Edgar mengajak Zura keluar adalah untuk merealisasikan penyewaan tempat ke manajemen Galaxy Mall. Tadi pria itu sudah sempat berbincang dengan Morgan sebelum mengajak Zura pergi. Dia sepakat akan menyewa satu blok yang terdiri dari gabungan delapan ruko sekaligus. Semuanya berkat masukan dari Zura.Penandatanganan kontrak berlangsung dengan lancar. Edgar resmi menyewa blok itu untuk dua tahun kedepan sebagai masa trial. Zura tersenyum puas. Berharap setelah ini sang kakek tidak akan menghubung-hubungkan Edgar dengannya. Dia tidak tau apa maksud Morgan, tapi lebih baik merek
“Maafkan tadi saya dan adik saya malah membahas urusan pribadi di depan Ibu Zura.” Saat menurunkan Zura di pelataran kantor Galaxy, Edgar meminta maaf. “It’s oke, Pak. Terima kasih atas kerja samanya," balas Zura dingin. Edgar tersenyum mengiyakan. Tak berkata apapun lagi saat wanita itu turun dari dalam mobilnya. Setelah Zura melangkah ke dalam loby, Edgar langsung menekan pedal gas seraya menggapai handphone yang ada di dashboard. Menghubungi Morgan yang harus mengetahui kabar baik yang barusan dia dengar dari Patricia. “Ha-ha-ha-ha!” Gelak tawa Morgan terdengar dari seberang. “Bagus sekali! Seakan semesta memang mendukung rencana kita!” Edgar ikut tertawa-tawa. “Tapi Opa, Zura sudah tidak betah denganku. Tolong jangan dipaksa kalau memang dia tidak mau.” “Hah? Tidak boleh! Justru tugasmu adalah selalu menghantui Zura dan membuat hubungan dia dengan Edric berantakan.” Edgar hanya bisa patuh. Kalau tidak proyeknya tidak akan mendapat
Zoey tertegun sejenak. Pertanyaan Morgan membuat jantungnya seperti berhenti berdetak. “Apa maksudnya, Pak?” Masih berusaha bersikap tenang. “Wah? Jadi selama ini, Dominic dan Chalondra menyembunyikan fakta tentang status Ibu Zoey?” Lagi-lagi informasi yang terdengar lebih ke sindiran itu membuat seluruh tubuh Zoey bergetar dan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ini serius kah? Atau kakek tua ini hanya sedang nglindur. Tapi … kemarin Zac juga bisa bercanda tentang hubungan mereka berdua. Kenapa ini seperti ada kaitannya? “Pak Morgan jangan mengada-ada, Pak.” Zoey berucap tegas. Sudah tidak bisa menahan air mukanya agar terlihat baik-baik saja. Dia sudah terpengaruh. Jelas. Siapa juga yang tidak, kalau Morgan terkesan sangat serius dengan ucapannya? “Ah, baiklah. Sepertinya saya sudah salah membahas ini dengan Ibu. Saya mohon maaf.” Zoey diam sejenak. Tidak bisa berkata apa-apa sekarang. Pikirannya kembali memutar adegan
“Terima kasih sudah bersedia menemani saya makan siang, Ibu Zura.”“Sama-sama, Pak. Terima kasih juga karena sudah membantu saya berbicara kepada opa tentang keterlibatan dalam proyek Pak Edgar.”“Sama-sama,Bu. Saya yang berterima kasih karena sudah dibantu.”Zura tersenyum simpul. Akhirnya dia bisa berdamai dengan laki-laki ini, setelah makan siang mereka kemarin berakhir dengan kurang baik. Itu semua berkat Edgar yang mengaku sudah membujuk Morgan agar tidak melibatkan dia lagi dalam urusan laki-laki itu. Awalnya Zura tidak percaya. Namun ketika Morgan sendiri yang mengakuinya, Zura pun menjadi lega.“Ya sudah, kita pulang?”Zura mengangguk. Memang sudah saatnya kembali ke kantor, karena jam istirahat sudah selesai. Mereka pun bangkit dari kursi dan berjalan beriringan keluar dari restoran.***Malam harinya di kediaman Louis. Semua orang sedang kebingungan karena Zoey yang tidak
Dominic menatap Chalondra dengan mata yang sangat lebar. Jantungnya tiba-tiba berdetak dengan kencang mendengar suara di seberang itu memang benar suara Yonathan.“Kamu … masih hidup?!” Suara Dominic sangat pelan tapi tegas. Mendengar ucapan suaminya yang sedikit ambigu, Chalondra langsung ikut melemparkan wajah bertanya. Siapa yang masih hidup?“Kamu di mana? ... Baik, besok kita bertemu.”Dominic memutuskan panggilan dan langsung mengusap wajahnya dengan kasar.“Siapa, Dad?”“Yonathan!” Dominic memekik kecil dengan nada tidak percaya. Baru kali ini dia mendengar seseorang berbicara, tapi seperti berbicara dengan hantu.“Hah? Serius, Dad?” Rasa kaget Dominic seakan ikut menyerang Chalondra. Yonathan ‘kan sudah meninggal dalam kecelakaan? Bagaimana bisa??“I don’t know, Cha. Besok kita mau ketemu. Ini gila!” Dom menyugar rambutnya ke belakang. Waj
Zoey terbangun karena sinar mentari pagi menembus kelopak matanya yang masih sangat mengantuk. Kuapnya melebar bersamaan dengan tangan yang terangkat ke atas, merenggangkan tubuh. Matanya masih terasa sepat. Dia sampai mengerjap beberapa kali supaya kantuknya hilang.Di luar sudah terang. Apakah sudah lewat dari jam enam pagi? Gawat kalau iya! Zoey menoleh ke sebelah kanan untuk melihat jam analog di atas nakas. Tapi kedua matanya langsung terbelalak melihat siapa yang duduk di sudut ruang kamarnya.“Kau!” Zoey memekik dan tubuhnya spontan terduduk. Kenapa Zac ada di kamarnya se pagi ini?“Kau ngapain di sini?!” tanyanya lagi, berhubung Zac sama sekali tidak menyahut. Pria itu sedang mengetik sesuatu di ponselnya dan mengabaikan Zoey.
Zoey menatap Zac dengan intens saat pertanyaan membunuh itu terucap dari bibirnya.“Apakah aku memang bukan anak mama papa, Zac?” ulangnya lagi, untuk yang kedua kalinya.“Apa maksudmu?” Zac benci dengan pertanyaan itu. Kenapa juga Zoey bisa tau tentang ini? Dari caranya bertanya, jelas sekali ini bukan meminta jawaban, melainkan meminta validasi akan apa yang sudah dia dengar.“Aku yakin kau sudah tau, makanya kau bisa menciumku dan mengatakan kalau kita bukanlah saudara kembar. Katakan, Zac. Aku anak siapa kalau bukan anak papa mama?”Zac semakin salah tingkah lantaran Zoey tidak kunjung mengalihkan pandangannya. Apa yang harus dia katakan? Edric sudah mewanti-wanti supaya perihal status Zoey ini tidak keluar dari mulut mereka, keluarga Louis.“Aku sama sekali tidak tau, Jo. Kenapa kau bisa berpikir demikian? Apa yang s
Setibanya di kantor, Edric melihat Zura sudah menunggu di ruangannya. Raut wajah lelah pria itu seketika berubah dengan tatapan heran sekaligus surprise. "Kamu ... kenapa nggak ngabarin kalau mau ke sini?" Edric segera menghampiri Zura yang juga sudah bangkit dari duduknya. Kedua tangan Edric refleks terulur dan menarik wanita itu ke dalam pelukannya. "Saya ngabarin kok, Pak. Bapak aja yang nggak baca W*. Coba cek ponselnya. Satu jam yang lalu saya kasi tau kalau saya udah otw." Edric menghirup aroma tubuh Zura yang menebarkan aroma Chamomile. Jika biasanya orang-orang meminum teh Chamomile untuk mendapatkan ketenangan, Edric cukup memeluk Zura sebanyak-banyaknya. Sejenak melupakan percakapannya dengan Zac saat di dalam mobil tadi. "Saya percaya. Tapi maaf, tadi saya turun ke gudang untuk memantau proses muat barang untuk Galaxy. HP saya simpan di dalam laci." Edric mengusap-usap punggung Zura dengan pelan. "Udah lunch belum?" "Tadi Za