“Menyesal pun sepertinya terlambat kulakukan. Tapi, kalau saja aku bisa memutar waktu, aku tidak akan pernah berpikiran datang kemari,” celoteh Anna berulang-ulang. Persis seperti dugaan Anna bahwa Jason Luthor salah mengerti atas maksud kedatangannya kemari. Anna mengamati setiap sudut kamar yang mereka berdua tempati—tempat di mana dulu adalah kamar ibunya. Tanpa sadar Anna terkesima serta menghampiri letak barang yang membuatnya lupa akan kekesalannya beberapa saat lalu. “Apakah dulu kau sendiri yang menata kamarmu ini, Mom? Kamar ini sungguh mencerminkan dirimu.” Pamela menggeleng. “Aku lebih sering ke club malam daripada di rumah. Bibi Elma yang selalu bertanggung jawab mengurus kamarku. Anehnya hampir semua barang yang dia taruh di sini, aku pun menyukainya.” “Aku bahkan bisa membayangkan sedekat apa kalian berdua.” “Ya, karena sejak kecil aku telah diasuh olehnya. Dia sungguh tak tergantikan.” Anna mengangguk lalu menghilang di dalam kamar mandi yang bahkan luasnya pun beb
Membersihkan tubuh dan berganti pakaian langsung Anna lakukan begitu tiba di apartemen. Anna sekalipun tidak membiarkan otaknya mengingat apa saja yang terjadi di rumah mewah Jason Luthor. Anna benar-benar segera melupakannya. Meskipun mereka telah menemukan sedikit titik terang, tapi bagi Anna sepertinya sia-sia saja. Masalahnya baik Edward maupun Jason Luthor sama-sama tidak mengerti pesan tersembunyi yang ditinggalkan ayahnya. Kembali pada kesibukannya menjadi barista pembuat kopi, membuat Anna kembali menjadi dirinya. Anna ingin kembali pada dirinya yang dulu bebas melakukan apa pun. Hanya ada kata uang dalam otak Anna, berbeda dengan sekarang. Sekarang otak Anna seperti dipaksa untuk memikirkan sesuatu yang bukan lagi porsinya—membuat pusing saja. “Apa kau baik-baik saja, Anna?” tanya Samantha membelakangi mesin kasir. “Ke mana saja kau selama dua hari tidak bekerja? Menghubungiku saja tidak.” Selama dua hari ini Anna memang sengaja tidak menghubungi siapa pun selain atasannya.
Dugaan Anna benar. Simbol samar yang ada di ketiga surat ayahnya adalah simbol dari marigold. Dan satu-satunya corak yang sama yang berhasil mereka temukan ada pada jam weker di atas nakas di dalam kamar tempat Anna dan ibunya dulu menginap. “Lalu, apa yang akan kita lakukan dengan jam weker ini?” tanya Jason Luthor mulai penasaran. “Tidak hanya simbol marigold tetapi aku juga menyadari jika daddy selalu menuliskan tanggal beserta dengan waktu saat menulis surat ini. Jadi, jika aku memutar jarum jam sesuai dengan waktu yang tertulis, maka—” Klek! Anna sendiri kaget karena dugaannya kembali benar. Sebuah ruangan kecil yang berisi sebuah kertas dengan lipatan kecil ditemukan di sana. Anna terbelalak saat membukanya. Itu adalah goresan tangan yang sama. Tulisan tangan sang ayah. “Apa isinya, Anna?” tanya Jason Luthor lagi. Anna menelan salivanya kemudian membacanya dengan lantang. “Siapa pun yang menemukan surat ini, semoga kau adalah orang yang dikirimkan Tuhan untuk membantuku. P
Pertemuan terakhir Anna dan Jason Luthor berakhir masih meninggalkan pertanyaan besar di otaknya. Tidak akan ada seorang pun yang menyangka bahwa diamnya Anna bahwa wanita itu sedang memikirkan jalan keluar dengan caranya sendiri. Anna jelas bukan tipe wanita yang mau begitu saja menurut omongan orang, sekalipun pada Jason Luthor. Tidak. Anna jelas mempunyai jalan pikirannya sendiri. Ketika mobil yang dikemudikan Edward meninggalkan pekarangan rumah Jason Luthor, Anna membuang wajahnya ke samping jendela. Pikiran Anna berkelana kembali ke isi surat Richie yang sampai saat ini masih dipegangnya. Mendadak Anna teringat perkataan Jason Luthor. Sebenarnya, ucapan pria tua itu benar. Ketiga surat yang mereka temukan tidak menjawab teka-teki yang ditinggalkan dan justru menimbulkan teka-teki baru karena mereka harus segera menemukan sambungan surat lanjutan untuk menambahkan informasi. Tapi, di mana Anna harus mencari surat itu? Anna mendadak merasa pening sendiri. “Istirahatlah, Anna.” A
Pertemuan terakhir Anna dan Jason Luthor berakhir masih meninggalkan pertanyaan besar di otaknya. Tidak akan ada seorang pun yang menyangka bahwa diamnya Anna bahwa wanita itu sedang memikirkan jalan keluar dengan caranya sendiri. Anna jelas bukan tipe wanita yang mau begitu saja menurut omongan orang, sekalipun pada Jason Luthor. Tidak. Anna jelas mempunyai jalan pikirannya sendiri. Ketika mobil yang dikemudikan Edward meninggalkan pekarangan rumah Jason Luthor, Anna membuang wajahnya ke samping jendela. Pikiran Anna berkelana kembali ke isi surat Richie yang sampai saat ini masih dipegangnya. Mendadak Anna teringat perkataan Jason Luthor. Sebenarnya, ucapan pria tua itu benar. Ketiga surat yang mereka temukan tidak menjawab teka-teki yang ditinggalkan dan justru menimbulkan teka-teki baru karena mereka harus segera menemukan sambungan surat lanjutan untuk menambahkan informasi. Tapi, di mana Anna harus mencari surat itu? Anna mendadak merasa pening sendiri. “Istirahatlah, Anna.” A
Chris Rowell membuang semua barang yang ada di meja setibanya pria itu di apartemen. Dia mendesah, meraup wajahnya kasar atas kebodohan yang telah dilakukannya beberapa waktu lalu. Bagaimana mungkin dia yang selalu berhasil menahan hasrat dan gairahnya untuk Anna menjadi lepas kendali hanya perkara kehadiran Andrew Lewis di sana? Mereka telah menjalin hubungan dan Chris Rowell benar-benar seperti orang bodoh. Chris Rowell menyaksikan Anna dan Andrew Lewis berpelukan mesra di depan kedai tempat Anna bekerja, bahkan melihat mereka berciuman. Bukan sekadar saling menempelkan bibir, tapi dalam bentuk lumatan. Ada banyak wanita yang menawarkan bibir untuknya, tapi hanya bibir Anna yang Chris Rowell inginkan. Chris Rowell meraup wajahnya kembali. Hari ini adalah patah hati terparah dalam sejarah hidupnya. Padahal Chris Rowell yang menjaga Anna sejak kecil. Chris Rowell bahkan rela keluar dari rumah saat gejolak hormon testosteron miliknya bereaksi untuk pertama kalinya pada Anna saat merek
Anna mengangguk pelan ketika Chris Rowell mengulangi perkataannya. Anna sebenarnya tidak yakin setelah melihat sendiri orang yang sama berdiri di depan gedung apartemennya. Anna bahkan menaruh kecurigaan dengan orang itu terkait kecelakaan yang menimpanya pagi ini. Memang buktinya belum ada, tapi entah kenapa firasat Anna kuat sekali. “Bagaimana kau tahu kalau kau sedang diikuti oleh seseorang? Bisa saja orang itu pelanggan tetap kedai tempatmu bekerja,” kata Chris Rowell menyuarakan pendapatnya. “Mulanya aku berpikiran hal yang sama denganmu. Namun, aku memergokinya beberapa kali melirik ke arahku, Chris. Aku yakin sekali dialah pelakunya,” kata Anna mencoba menjelaskan. Chris Rowell tersenyum dengan tangan yang sudah mendarat di kepala Anna, mengusapnya lembut. “Secret admirer, Anna. Wanita cantik memang selalu menjadi pusat perhatian di mana saja.” “Aku tidak asal bicara, Chris!” Anna tersentak, begitu pula dengan pria itu. Chris Rowell bahkan mengangkat kedua tangannya karena
Ketika Anna tidak melihat respon dari Pamela, Anna langsung memeluk tubuh ibunya. Pamela tampak syok dan itu sangatlah wajar. Siapa pun pasti terkejut bahwa sasaran para pembunuh itu telah berubah. Anna mengusap pelan punggung Pamela yang seketika berubah naik turun. Pamela menangis dalam pelukannya. “Apa yang harus aku lakukan, Anna?” rintih Pamela di sela-sela tangisannya. Pamela bingung. Wanita itu tidak tahu harus melakukan apa untuk menolong putri kecilnya, kecuali … “Aku harus mengatakannya pada kakekmu, Anna,” kata Pamela ketika menguraikan pelukan. “Mom—” Pamela menggeleng pelan. “Sebelum semuanya terlambat, Anna, dia harus tahu jika cucunya sedang diincar seseorang. Tidak akan kubiarkan kau bernasib sama seperti Richie. Tidak akan ….” Anna tidak mencoba mencegahnya lagi begitu Pamela menghilang masuk ke kamarnya. Anna sebenarnya juga takut, hanya saja dia tidak ingin menunjukkan rasa takutnya itu. Kepala Anna mendadak tidak bisa berpikir. Apa yang harus dia lakukan? Apaka