Joy diam-diam suka mengamati Rey, semua tentang Rey, wajah dan juga tubuhnya. Sedari pertama mereka bertemu dan pacaran, cowok imut yang satu ini sudah menarik hatinya. Dari senyumnya, cara tertawanya, suaranya yang rendah ngebas dan juga tenor bila sedang menyanyi atau tertawa, cowok banget. Herannya ia tak terlalu maskulin secara lahiriah. Justru cenderung manis dan hampir-hampir feminin, dengan kulit cerah cenderung tak berbulu kecuali di bawah lengan, sedikit di dada, dan uhh, bagian pribadinya tentu saja. Rambutnya pun sangat hitam legam dan lembut, berbeda dengan rambut Joy yang kaku, kasar, cokelat dan lebat seperti sapu ijuk. Rey betul-betul Berbi dalam wujud cowok, bukan Ken. Dan ia tetap cowok banget. Jakunnya menonjol, mata cokelat sipitnya yang tajam dan indah, dan tentu saja tubuhnya yang ramping. Joy suka sekali membelai pipinya dan tengkuknya yang halus, serta tentu saja mencium keseluruhannya. Aroma tubuhnya yang tetap enak walau sedang tak berparfum sekalipun, apala
Siang itu Rey dan Joy kembali ke pondok setelah hampir 24 jam berpetualang di hutan dan di gua, menghabiskan waktu kembali ke zaman Adam dan Hawa sampai ke zaman batu."Seru ya, tapi kita kekurangan pakaian." keluh Joy."Memang kita butuh?" Rey lagi-lagi pasang tampang sepolos bayi baru lahir."Idih. Awas kalau sepulang dari sini kau masih senakal ini. Apalagi pas ada mamaku.""Gapapa, imajinasi kepergok saat begituan itu seru kok. Aku sering membayangkan kita sedang begituan di kamar sedangkan di balik pintu banyak orang, kita cuek saja, pintu tak terkunci dan sewaktu-waktu ada yang masuk. Bagaimana, imajinasi yang hebat, bukan?" Rey yang memang suka nonton film senang menggoda istrinya."Kau pikir aku tak pernah berpikir begitu? Dulu aku sering tak berbaju sendirian setelah mandi, di kamar, berimajinasi ada yang mengintipku, lalu mendobrak masuk dan menggangguku. Invasion of privacy." Joy ikutan nakal, sebab ia senang juga melihat Rey merem melek saat tu
Joy pernah menghabiskan waktu di rumah saja sendirian saat Mama pergi ke Kota M selama beberapa hari. Ditinggal di rumah saat libur kuliah, dihabiskannya waktu di rumah tanpa rasa sepi. Oh ya, saat itu ia belum mengenal Rey. Jadi masih jauh lebih polos dan tak seliar si pengantin anyar sekarang, tentunya ;)Tapi, tunggu dulu! Senaif-naifnya Joy, rasa ingin tahunya sama besar dengan semua remaja di dunia. Dan ia baru saja menemukan puluhan koleksi DVD dan VCD lama milik almarhum papa di gudang. Tersembunyi rapi di antara koran bekas dan barang jadul."Uh, apa kira-kira isinya?" dalam penasaran diputarnya keping rekaman film-film bajakan itu."Oh. OMG." Joy hampir tersedak, menjerit kaget, terbelalak.Ternyata almarhum Papa Joy sama saja seperti cowok pada umumnya. Umur boleh tua, tapi semangat dan gairah tetap muda. Ia diam-diam menyimpan 'harta rahasia' itu dari semua orang rumah, tertumpuk rapi di pojok gudang. Dan sekarang, Joy yang beruntung 'mewarisinya.'
Paginya, Joy terjaga sementara Rey masih pulas setelah 'Malam Geisha x Samurai' terpanas yang gak kalah heboh dengan film-film ZAV besutan mutakhir. "Kok Rey jadi liar begini beberapa hari ini ya, gara-gara aku, atau sebelumnya ia sudah berpengalaman?" sedikit curiga juga Joy, karena Rey piawai banget bermain cinta. "Tapi enggak, dia bukan playboy. Engga pernah sebelum nikah, mungkin karena itulah sehabis kami merid dia jadi begini. Uh, bahaya nih, kalau ada cewek yang tahu." Lagi-lagi Joy dilanda cemburu. Ia sering berusaha berpikir positif, sedari dahulu Rey mencintainya sebagai yang satu-satunya dan takkan rela menyakiti hatinya. Dan ia juga cemburuan sekali. Bukan tipe suami yang 'membebaskan istrinya' 100 persen. Bahkan Joy tak ingin ia foto seksi walau Rey hobi motret. Takut ada cowok lain yang akan suka Joy, yang memang pendiam tapi mudah bergaul dengan cowok dibanding cewek. Joy hendak bangkit dari peraduan dan meraih kimononya, tapi Rey tiba-tiba ter
Joy masih ingat saat-saat pertama kali ia merasakan hal tabu nan menyenangkan itu. Saat ia bertanya-tanya pada orangtuanya di sela-sela kegiatan renang di waterpark di zaman SD. "Kok anak perempuan pakaian renangnya sampai ke atas, sedangkan anak-anak laki-laki boleh hanya bercelana pendek saja?" Padahal, dada masih rata. Tak ada lekukan apalagi tonjolan.Sewaktu mulai tumbuh pun, Joy belum merasa nyaman menggunakan miniset alias first bra. Kenapa sih ditutupi, apakah punya anak perempuan begitu rahasianya sehingga tak boleh ada anak laki-laki yang boleh melihat, apalagi memegangnya?Joy lagi-lagi mencoba lihat lekak lekuk tubuhnya sendiri di sebuah cermin hotel di kamar mandi saat keluarganya berlibur di kota B. Dan merasa malu sendiri saat melihat mulai ada tonjolan, yang jika disentuh terasa geli. Ada sensasi tersendiri yang tak mampu dijelaskan dengan kata-kata. Dan Joy tak berani menanyakan kepada mamanya juga, mengapa titik dan bulatan kembar itu begitu misterius b
Joy tahu, ia tak bisa selalu dekat dengan Rey. Bahkan setelah Rey kini menjadi suaminya. Sebab Rey adalah seorang pangeran, putra mahkota, calon penerus tunggal monarki Evertonia yang suatu saat akan menjadi raja menggantikan ayahnya. Dan belum tentu Joy bisa duduk mendampinginya sebagai ratu atau permaisuri.Hukum kolot absolut Evertonia yang masih bertahan selama ratusan tahun mewajibkan seorang calon raja mempersunting calon ratu dari kalangan darah biru, bangsawati atau keturunan petinggi berdarah murni. Rey secara jenius telah berhasil meloloskan diri dari kewajiban itu dengan menikahi Joy diam-diam di pulau rahasia di luar Evertonia, di Evernesia nan permai, negara asal istrinya.Tetap saja, keraguan masih membayangi pasangan pengantin baru yang sedang hangat-hangatnya itu. Bagaimana bila ayahanda Rey yang kelak akan tahu, cepat atau lambat, akan membuat masalah baru dan berusaha memisahkan mereka?Joy sering memendam cemburunya tanpa banyak kata-kata. Ia tak
Rey dan Joy kini berada di hamparan batuan terhalus nan sesekali disapa ombak, pantai landai teduh Pulau Cinta. Joy suka pasir putih. Sedari dahulu, yang ia impikan bukan pegunungan berselimut salju, atau bahkan langit biru berawan putih keperakan. Hanya ingin menjejakkan kaki di hamparan pasir putih bersih hangat yang lembut, dimana ia bisa membuat istana pasir, mencari kulit-kulit kerang yang masih utuh, bahkan mengubur diri di dalamnya, tentunya setengah badan saja.Makanya Rey membawanya ke pulau 'in the middle of nowhere' ini, agar seminggu penuh, mereka bisa menikmati kebersamaan tanpa diganggu apapun dan siapapun.Tetap saja, dalam indahnya semua fantasi yang diwujudkan keduanya, kadang Joy malah teringat pada segala memori masa kecilnya. Dimana ia pertama kali bertemu 'pangeran tampan' di Fantasy World di karnaval Cinder Ella. Mirip dengan Rey? Mungkin, cuma pemuda ini orang berkulit putih dan seragamnya sedikit lebih meriah, kurang lebih mirip seperti di film an
Joy suka hujan. Sebelum ia menikah dengan Rey, sehari-hari bila turun hujan sore-sore ia suka duduk membaca buku atau koran di teras rumah, minum secangkir minuman hangat, entah kopi atau teh.Ia senang mendengar rintik gerimis yang menenangkan, pink noise. Tak perlu setel alat pemutar musik, alam selalu menyediakan musik alami nan paling merdu. Yang sanggup membuai tidur hingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan. Asal jangan sampai banjir, tentu saja.Rey muda dulu juga sering duduk-duduk di teras balkon ruang tidur di istana Evertonia yang megah. Kamarnya terletak di lantai tertinggi, bukan di menara, tapi cukup tinggi untuk melihat pemandangan negerinya yang breathtaking. Hamparan kebun bunga mawar dan lavender berpuluh atau beratus-ratus hektar. Danau luas penuh angsa. Dan di kejauhan, puncak-puncak pegunungan hijau berkabut yang seringkali memamerkan indahnya pelangi.Tapi pangeran muda itu tidaklah terlalu bahagia. Ia sering bingung, apakah ia sudah bernasib begini
Coba tanyakan kepada semua orang yang mengenal keduanya. Apakah Joy maupun Rey biasanya begini liar? Hmm.Joy tak pernah terkesan seperti cewek genit, liar, atau nakal. No, no, no. Bila saja betul-betul bisa terlihat kasat mata, mungkin sudah ada halo melingkar di atas rambut bob merah kecoklatannya. Murid alim dan anak baik-baik, seperti gadis sekolahan sejati yang dipingit, pulang pergi belajar dari sekolah atau kursus, langsung wajib masuk rumah dan tak kemana-mana lagi di malam hari. Bukan anak gaul, apalagi anak disko. Minum bir seteguk dua saja ia gampang mabuk, apalagi wine. Rokok tak pernah ia beli, hanya pernah mencoba sekali, dan spontan terbatuk-batuk hingga kapok. Sejak itu ia bersumpah, gak mau dekat atau jadian sama cowok perokok, gak perduli seberapapun tampannya.Begitu pula Rey. Si pangeran innocent yang sama sekali tak ada perawakan, tampang, maupun aroma-aroma playboy-nya. Walau punya sepeda motor, ia bukanlah biker sejati. Dan saat semua temannya yang