“Kak Stanley? Kau datang pagi sekali!” Savannah melompat memeluk kakak laki-lakinya nomor dua. Raut wajah gadis cantik itu sumiringah bahagia melihat Stanley sudah datang di pagi hari. Savannah masih menginap di penthouse Shawn, sedangkan Stanley memang sudah sejak kemarin pulang.Stanley menangkap tubuh Savannah. “Aku datang lebih pagi, karena ingin menjemputmu.”“Kau mau mengajak Savannah pergi?” Shawn mendekat, menghampiri Stanley.Stanley menurunkan tubuh Savannah. “Mom memintaku mengajak Savannah pulang ke rumah. Mom dan Dad sangat merindukan Savannah.”Savannah menatap Shawn. “Kak, ayo kita pulang ke rumah Mommy Daddy. Kau ajak Kak Ariel juga. Pasti mereka senang jika kau datang bersama Kak Ariel.”Shawn mengusap-usap rambut Savannah. “Hari ini aku memiliki meeting di luar. Aku akan mengatur waktu mengajak Ariel bertemu Mom dan Dad.”Bibir Savannah menekuk dalam. “Kak, kenapa kau selalu sibuk?”“Savannah, kebetulan hari ini juga sibuk di rumah sakit. Aku janji akan mengatur wakt
Tubuh Ariel terguncang akibat keterkejutannya mendengar semua perkataan Rose. Matanya memerah, menahan mati-matian air mata yang nyaris jatuh membasahi pipinya. Berkali-kali dia berusaha untuk menenangkan diri. Akan tetapi, semua tidaklah mudah. Kata-kata itu bagaikan pisau belati yang menancap jantungnya. Racun? Shawn terkena racun? Bagaimana bisa? Kenapa Shawn tidak bilang sama sekali padanya? Sungguh! Ariel tidak pernah tahu apa pun. Kekasihnya itu tidak bilang padanya, tentang kesulitan yang telah dialami kekasihnya itu.“Ariel, are you okay?” Rose menatap Ariel dengan tatapan penuh rasa khawatir.Ariel berusaha berdiri tegak tanpa bantuan Rose. “I’m okay, Rose. Thanks.”Rose merasa ada yang aneh dari Ariel. “Kau membutuhkan bantuan, Ariel?”Ariel menatap dalam dan penuh permohonan pada Rose. “Untuk sekarang, kau sudah sangat membantuku. Tapi mungkin aku akan meminta bantuanmu lagi, Rose.”Rose mengangguk sambil menepuk pelan bahu Ariel. “Kapan pun, kau bisa meminta bantuan pad
“Ariel, kau pulang dijemput Shawn, kan?” Harmony bertanya seraya siap-siap ingin pulang. Dia sudah mengganti pakaiannya menggunakan dress sederhana. Sebelum pulang, tentunya Harmony menghampiri Ariel lebih dulu.Ariel menggeleng. “Tidak, Harmony. Aku menyetir mobil sendiri.”“Hm? Menyetir sendiri? Really? Biasanya kau diantar jemput Shawn? Kalian tidak sedang bertengkar, kan?” Tiba-tiba saja, Harmony menanyakan hal ini pada Ariel. Biasanya temannya itu selalu diantar jemput oleh kekasihnya.Ariel tersenyum hangat. “Kami tidak bertengkar. Tadi aku ingin menyetir mobil. Pun hari ini Shawn memiliki meeting di luar. Aku tidak mau mengganggu Shawn.”“Ah, begitu. Baguslah. Aku tidak ingin kau dan Shawn bertengkar. Kalian pasangan yang cocok dan serasi.” Harmony mengangguk-anggukkan kepalanya. “Ya sudah, aku pulang duluan. Hari ini sepupuku akan main ke apartemenku. Salamkan aku untuk Shawn. Bye, Ariel.”“Bye, Harmony. Take care.” Ariel membalas dengan senyuman di wajahnya.Saat Harmony suda
Kata-kata yang lolos di bibir Ariel membuat Shawn masih belum bisa berkutik sedikit pun. Pria itu hanya bergeming di tempatnya, menatap dalam Ariel—yang menangis histeris. Hatinya merasakan sesak dan sakit melihat sang kekasih yang menangis tanpa henti. Rasa bersalah dalam dirinya menyergap. Semua ini salahnya. Dia mengakui itu. Hanya saja Shawn tak ingin terbongkar dengan cara seperti ini.Tangis Ariel semakin mendera dan keras. Dokter cantik itu memukuli dada bidang Shawn. Rasa kecewa dalam hatinya berkobar. Dia menangis, bukan hanya kecewa Shawn menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi dia memiliki rasa takut kehilangan kekasihnya itu. Dia tidak sanggup menjalani kehidupannya, tanpa Shawn.Shawn mengembuskan napas panjang melihat tangis Ariel semakin keras. Dia membiarkan kekasihnya itu memukulinya. Dia ingin membuat Ariel melepaskan kemarahan padanya. Dia telah bersalah, karena berbohong pada kekasihnya itu. “Jawab aku, Shawn! Kenapa kau tega membohongiku?! Kenapa?!” isak Ariel sese
Ariel duduk di tepi ranjang, mengambil sample darah Shawn. Dokter cantik itu memeriksa tensi darah, detak jantung, warna mata, warna lidah, dan semua kesehatan Shawn dari luar. Dalam keadaan mata yang masih sembab akibat menangis, Ariel tak mau berlama-lama. Dia segera melakukan tindakan yaitu memeriksa kondisi kekasihnya.“Setiap racun yang masuk ke tubuh manusia, harus melakukan test laboratorium. Aku akan membawa sample darahmu ke laboratorium.” Ariel menyimpan sample darah Shawn ke dalam tas kecil. “Nanti, kau juga harus memeriksakan organ-organ vitalmu. Aku tidak mau hal buruk menimpamu.”Shawn mengangguk patuh, sambil membelai pipi Ariel. “Aku percaya padamu.”“Siapa dokter yang menanganimu? Apa dia dokter di Orlando Hospital?” tanya Ariel lagi.“Bukan. Sampai detik ini keluargaku tidak tahu kalau racun yang ada di tubuhku masih aktif. Yang mereka tahu, aku sudah pulih.” “Kau menutupi sakitmu dari keluargamu juga?”“Aku tidak ingin membuat ibuku menangis, Ariel.”Shawn memiliki
“Shawn, kau jangan ke kantor. Hari ini, kau ikutlah denganku.” Ariel berkata, melarang Shawn untuk pergi ke kantor. Dokter cantik itu sudah rapi dan cantik dengan balutan dress sederhana.“Kau ingin mengajakku ke mana?” Shawn mendekat, menghampiri Ariel.“Kita akan ke klinik di mana temanku bekerja. Aku memiliki teman seorang apoteker. Kita akan periksakan kondisimu. Selain test darah, aku harus memeriksa organ vitalmu.” Ariel berucap dengan nada pelan, namun tersirat serius.Shawn terdiam sejenak. “Aku tidak bisa menggunakan identitasku setiap aku memeriksa kondisiku, Ariel. Aku belum siap keluargaku tahu.”Ariel mengangguk. “Aku tahu. Aku sudah mempersiapkan semuanya. Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak akan menggunakan nama aslimu. Aku mohon ikutlah denganku. Aku harus memeriksa kondisimu.”Shawn membawa tangannya membelai pipi Ariel. “Jangan memohon. Aku pasti akan menuruti keinginanmu.”Ariel tersenyum lega mendengar apa yang Shawn katakan. Detik selanjutnya, dia dan Shawn melang
“Apa kau lapar? Aku akan meminta pelayan membuatkan makanan untukmu.” Shawn berkata pelan dan penuh kehangatan, di kala dia dan Ariel sudah tiba di penthouse. Demi mencairkan suasana, dia mencoba mengalihkan pikiran kekasihnya itu. Tidaklah mudah, tapi dia akan terus berusaha mengalihkan pikiran sang kekasih.Shawn yakin hasil test yang dilihat Ariel, pasti sangatlah membuat kekasihnya itu ketakutan. Bagi Shawn, apa pun hasil dari test kesehatannya bukanlah masalah. Yang paling terpenting adalah dia masih diberikan kesempatan hidup, agar terus berada di sisi kekasihnya itu.Ariel menggelengkan kepalanya. “Aku tidak lapar. Aku tidak ingin makan apa pun. Yang aku inginkan adalah kau menjawab pertanyaanku.”Shawn menuruti keinginan Ariel. Pria itu mengajak Ariel duduk di sofa kamar mereka. “Katakan, apa yang ingin kau tanyakan?”Ariel terdiam sejenak. “Kenapa kau mengorbankan nyawamu demi menyelamatkan Nicole? Apa kau tidak mencintai dirimu sendiri?”“Jangan benci Nicole. Dia tidak bersa
“Tidak bisa.” Shawn langsung menolak permintaan Ariel, yang menginginkan bicara dengan pamannya. Bukan bermaksud ingin menghalangi, tapi Shawn tak ingin menyusahkan pamannya.Raut wajah Ariel berubah kecewa di kala mendengar penolakan kekasihnya itu. “Shawn, aku butuh bicara dengan Paman Dominic. Aku sudah bicara pada Rose. Temanku yang apoteker itu mengatakan racun di tubuhmu tidak memiliki penawar. Bahkan Rose sudah bertanya pada apoteker senior yang sudah pensiun. Jawaban tetap sama. Tidak ada penawar untuk racun di tubuhmu. Dalam kondisi seperti ini, aku mohon, biarkan aku bertemu dengan Paman Dominic.”Ariel setuju Shawn masih membiarkan menyembunyikan penyakit pada keluarga pria itu. Namun kecuali Dominic—paman Shawn. Dalam kondisi seperti ini, dia tidak memiliki pilihan lain. Dia butuh bicara dengan Dominic. Ariel belum pernah mengalami kasus seperti ini. Dia membutuhkan seseorang yang memiliki pengalaman akan dunia bawah tanah.Shawn menjauh dari Ariel. “Tidak bisa. Aku tidak