Joice membawakan banyak makanan untuk Shawn dan Ariel. Walaupun sudah kenyang, Shawn dan Ariel akhirnya makan lagi demi menghargai pemberian dari Joice. Mereka sama sekali tidak mengira kalau Joice akan datang ke New York sekarang. Mereka pikir Joice dan Marcel akan datang di hari dekat-dekat dengan pernikahan mereka, tapi ternyata dugaan Shawn dan Ariel salah.Joice sosok yang periang dan mudah sekali tersenyum. Itu yang sejak tadi membuat obrolan semakin hangat. Ariel mengenal Joice karena kala itu Joice pernah menjaga Nicole yang dirawat di rumah sakit. Meski ingatan Ariel pada Joice sudah samar-samar, tapi sekarang sudah sepenuhnya ingat karena Shawn memperkenalkan.“Ariel, aku sudah dengar kau menjadi pendonor sumsum tulang belakang ayahmu. Kau sangat luar biasa. Kau baik sekali, Ariel,” puji Joice tulus.Ariel tersenyum hangat. “Apa yang aku lakukan memang sudah seharusnya aku lakukan, Joice.”Joice menyentuh tangan Ariel. “Aku sungguh tidak sabar hari pernikahanmu dengan Shawn.
Pelayan tampak sibuk mondar-mandir menyiapkan makanan yang telah dibuat chef. Berbagai makanan dari beberapa negara telah disiapkan oleh Ariel. Hanya saja Ariel hanya bisa memberikan perintah. Shawn melarang Ariel untuk masak, karena wanita itu baru saja keluar dari rumah sakit. Tentu Shawn tak ingin terjadi sesuatu hal buruk pada sang kekasih.“Nona, untuk makanan penutup apa Anda ingin request?” tanya sang pelayan sopan pada Ariel.Ariel menggelengkkan kepalanya. “Aku serahkan semuanya pada chef.”“Baik, Nona.” Pelayan itu pamit undur diri dari hadapan Ariel.Shawn menghampiri Ariel yang tampak sibuk. “Sayang, biarkan pelayan yang mengurus semua.” Pria itu memeluk Ariel dari belakang.Ariel tersenyum membalas pelukan dari sang kekasih. “Tidak apa-apa, Sayang. Aku hanya memeriksa saja. Aku ingin memberikan sambutan yang terbaik untuk keluarga Hastings dan keluarga Fritzgerald.”Ya, hari ini adalah hari di mana keluarga Hastings dan keluarga Fritzgerald datang mengunjungi Shawn dan Ar
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Hari di mana Ariel dan Shawn akan mengucapkan janji suci pernikahan. Ribuan badai menerpa hubungan mereka, pada akhirnya mereka tetap dipersatukan. Jika pasangan lain menyerah dengan masalah yang bertubi-tubu menghantam, lain halnya dengan Ariel dan Shawn.Cinta suci mereka mampu bertahan. Ketulusan mereka tidak perlu lagi untuk diragukan. Sebab, cinta mereka telah melampui batas—hingga takdir pun tak pernah tega memisahkan dua insan itu.Kisah Ariel dan Shawn berbeda dari banyak kisah lain. Dua insan yang bersatu dalam keadaan sesuatu hal yang tak disangka. Mereka kerap bertemu beberapa kali di berbagai negara tanpa disengaja, dan ternyata mereka adalah jodoh yang ditakdirkan.Pernah berada di titik terendah di kala Ariel koma enam bulan, tidak membuat Shawn menyerah. Bahkan pria itu berjanji akan menunggu Ariel sampai siuman meski harus menunggu puluhan tahun lamanya.This is true love. Pagi yang cerah, Ariel berdiri di depan cermin dengan bal
Bohong rasanya jika lutut Ariel tak lemas di kala memasuki ballroom hotel. Dia sangat gugup. Jantungnya berdebar tak karuan—seakan ingin lompat dari tempatnya. Perasaan campur aduk semakin membuat Ariel menjadi gugup.Alunan musik mengiringi pengantin wanita yang memasuki ballroom hotel mewah yang ada di New York. Ariel didampingi ayahnya memasuki sebuah ballroom hotel. Tampak para tamu undangan tak lepas menatap penampilan Ariel yang begitu cantik dan anggun—layaknya seorang putri raja.Kilat kamera terus terarah pada Ariel yang baru saja memasuki ballroom hotel. Seluruh keluarga tersenyum haru bahagia melihat Ariel yang hari itu terlihat seperti seorang princess. Kebahagiaan menyelimuti hotel megah yang menjadi tempat di mana Ariel dan Shawn melangsungkan pernikahan.Pernikahan Ariel dan Shawn diadakan secara sangat mewah. Ribuan tamu yang datang dari berbagai kalangan. Mulai dari artis ternama, model ternama, hingga pengusaha-pengusaha ternama yang hadir di pernikahan mereka.Shawn
Aroma vanilla bercampur dengan Jasmine menyeruak ke indra penciuman Ariel dan Shawn, di kala memasuki kamar pengantin mereka. Di ranjang bertaburan bunga mawar dengan gambar love. Kamar yang dipesan khusus untuk malam pertama Ariel dan Shawn.“Kau ingin mandi?” Shawn memeluk Ariel dari belakang, dan menciumi tengkuk leher wanita itu.Ariel membalikkan tubuhnya, menatap Shawn sambil melingkarkan tangannya di leher sang suami. “Aku ingin mandi, tapi aku lebih suka mandi bersamamu.”Shawn mencubit hidung Ariel. “Naughty girl.”Ariel tersenyum sambil membalikkan badannya, memunggungi sang suami. “Sayang, tolong bukakan pengait gaunku.”Shawn menurut, dia membuka pengait gaun Ariel. Tatapan pria itu terpaku akan punggung mulus dan indah sang istri. Dia membelai lembut sambil berbisik serak, “Masuklah duluan ke kamar mandi. Aku akan menyusulmu.”Ariel berjinjit dan mengecup bibir sang suami. “Aku menunggumu, Sayang.”Shawn tersenyum melihat Ariel yang sekarang menjadi nakal.Di kamar mandi,
Jakarta, Indonesia. Perjalanan panjang New York ke Jakarta, akhirnya Ariel dan Shawn tiba di sebuah negaara yang terkenal beriklim tropis. Kota pertama yang didatangi Ariel dan Shawn adalah Jakarta—ibu kota negara Indonesia. Hari itu Kebetulan mereka mendatangi kota Jakarta yang sedang bermusimkan panas. Sinar matahari terik, tapi mereka tetap menyukai itu. “Shawn, nanti kita tinggal di hotel atau tinggal di rumah keluargamu?” tanya Ariel seraya menatap Shawn. Sebelumnya, Ariel tahu bahwa keluarga Shawn memiliki rumah di Jakarta.“Di rumah keluargaku saja. Rumah itu hanya ada pelayan dan penjaga,” jawab Shawn sambil membelai lembut pipi Ariel. Dia bersyukur selama perjalanan panjang New York ke Jakarta—Ariel selalu tidur dan tidak maul. Setidaknya tak membuat cemas dalam dirinya.Ariel mengangguk. “Apa jauh dari sini?”“Tidak. Nama tempatnya Pondok Indah.”“Hm, Shawn?”“Ya?” Shawn membelai pipi Ariel.“Boleh tidak kita ke panti asuhan yang dimaksud Mommy Stella?” pinta Ariel yang s
Bulan madu romantis di negara beriklim tropis adalah hal yang sejak dulu tak pernah Ariel sangka. Dokter cantik itu seolah berada di dalam lautan mimpi. Dia menikah dengan pangeran kaya dan tampan, yang menuruti segala keinginannya. Itu adalah idaman kaum hawa yang ada di muka bumi ini.Ariel seperti Cinderella yang berada di negeri dongeng. Kehidupan silamnya dipenuhi lika-liku bahkan luka yang mendalam. Namun, sekarang hanya tinggal sebuah kebahagiaan. Ariel tahu bahwa Shawn akan membahagiakannya dengan cara yang luar biasa.“Kau suka Jakarta?” tanya Shawn seraya menatap Ariel yang duduk di sampingnya. Pria itu memilih untuk mengemudikan sendiri mobil, tanpa sopir. Dulu sewaktu masih sekolah, dia sangat sering ke Jakarta, jadi jalanan masih pria itu hafal.Ariel mengangguk sambil tersenyum. “Suka sekali. Aku suka suasana Jakarta. Tapi, di sini kenapa sangat macet, ya, Shawn?”Shawn ikut tersenyum mendengar pertanyaan Ariel. Pria itu membelai rambut panjang sang kekasih sambil berkat
Ariel seperti orang yang tidak pernah makan di kala mencoba ketoprak. Bukan hanya ketoprak saja, ada juga kerak telur, dan berbagai makanan khas Indonesia lainnya. Dokter cantik itu makan dengan lahap. Padahal setiap pagi dia selalu mual, tapi dia berusaha untuk menahan mualnya. Sebab, dia takut Shawn khawatir berlebihan.Ariel merasa sangat sehat. Lihat saja sekarang makanan yang terhidang di hadapannya, penuh dengan makanan khas Indonesia—dan disantap habis oleh Ariel. Dokter cantik itu seperti orang kelaparan.Shawn duduk di kursi meja makan. Pria itu meminta pelayan membelikan makanan khas Indonesia. Tak dia sangka Ariel makan seperti orang yang kelaparan. Shawn sampai mengulum senyumannya melihat cara makan sang istri.“Tuan Kaya, kenapa kau tidak makan? Ayo makan?” ajak Ariel yang lahap menikmati makanannya.“Melihatmu makan sudah membuatku sangat kenyang,” jawab Shawn sambil membelai pipi Ariel. “Makanlah yang banyak. Jika kurang, aku akan meminta pelayan untuk membawakan makan