Share

Bab 6. Kekasihmu Memiliki Hati yang Baik

Ariel merentangkan kedua tangannya sambil melangkah keluar dari ruang operasi. Wanita itu baru saja menggantikan pekerjaan salah satu dokter yang berhalangan datang. Sebagai dokter bedah umum, sudah hal biasa menangani tindakan operasi seperti halnya tumor jinak.

Sudah jam waktunya pulang. Ariel dan Harmony tidak bersamaan, karena Harmony memiliki jadwal operasi di malam hari. Wanita itu memutuskan untuk segera bergegas pulang. Dia ingin langsung tidur.

Hari pertama bekerja, sudah harus menjadi dokter pengganti. Untungnya pengalaman Ariel bisa dikatakan cukup. Jadi hal-hal seperti tadi bukanlah sebuah hal yang berat.

Ariel melihat jam dinding waktu menunjukkan pukul enam sore. Wanita itu berjalan menuju ke halaman parkir rumah sakit. Namun, di kala dirinya hendak ingin menuju mobil—langkahnya berpapasan dengan Shawn yang juga masuk ke dalam mobil.

Ariel dan Shawn saling melemparkan tatapan satu sama lain. Tatapan Shawn dingin. Sedangkan Ariel mengandung tatapan yang tak disangka. Dunia seolah seperti besarnya selebar daun.

Kondisi hanya berdua saja, Ariel tidak bisa lari. Lagi pula untuk apa dirinya lari?

“Tuan Kaya, kita bertemu lagi.” Ariel memutuskan untuk bicara lebih dulu.

“Kenapa kau bekerja di sini?” Shawn menatap dingin Ariel.

Ariel mengangkat bahunya acuh. “Mungkin sudah takdir. Atau mungkin memang yang aku katakan benar.” Wanita itu menjawab secara asal.

Kening Shawn mengerut. “Yang kau katakan benar? Apa maksudmu?”

“Tiga bulan lalu, aku mengatakan padamu kalau kita bertemu lagi, maka mungkin saja kita sudah ditakdirkan sejak kita balita,” jawab Ariel konyol.

Shawn mengumpat pelan. “Kapan otakmu bisa berjalan dengan baik?”

“Tapi faktanya kita bertemu lagi.”

“Kau mengikutiku?” Shawn menuduh.

Mata Ariel melebar. “What? Untuk apa aku mengikutimu?”

“Dalam dunia ini banyak hal yang bisa saja terjadi. Jawab aku, kau sengaja mengikutiku? Apa tujuanmu sebenarnya?” Shawn kebali menuduh.

Ariel memijat keningnya. Dia baru saja selesai operasi, dan ingin segera pulang. Tapi, sudah mendapatkan tuduhan. “Tuan Kaya, aku tidak tertarik menguntitmu. Baiklah, aku harus pulang. Aku lelah.” Lalu, dia hendak ingin pergi tapi tatapannya teralih pada seorang ibu muda menggndong anaknya berusia dua tahun keadaan panik. Ibu muda itu menepuk tengkuk leher anaknya yang tersedak.

“Tolong!” Ibu muda itu menjerit sambil berusaha menepuk tengkuk leher anaknya.

Ariel yang melihat ada bahaya langsung maju mengambil anak kecil itu, dan membalikan badan anak kecil itu, jemarinya menekan pinggir leher, dan tangannya menepuk cukup keras tengkuk lehernya.

Sang ibu muda itu menangis keras di kala melihat wajah anaknya sudah memucat.

Ariel membuat posisi anaknya menjadi sedikit miring, dan melakukan beberapa gerakan berusaha mengeluarkan sesuatu dalam mulut anak kecil itu. Dia begitu cepat dan sigap dengan raut wajah serius. Ya, tindakan Ariel membuat Shawn menatapnya.

Shawn tak berkedip sedikit pun melihat tindakan Ariel yang sigap. Pria itu tetap masih bergeming di tempatnya melihat pertolongan pertama yang dilakukan Ariel. Jika dalam melakukan tugas sebagai seorang dokter ternyata wanita itu sangat serius.

Suara tangis terdengar di kala benda yang membuat anak kecil itu tersedak sudah berhasil keluar. Sang ibu dari bayi tersebut langsung memeluk erat anaknya sambil menangis.

“Oh, Sayang. Mama di sini.” Ibu itu mengecupi bayi tersebut, lalu dia menatap Ariel. “Nona, apa kau dokter di sini?” tanyanya yang sudah yakin bahwa Ariel adalah dokter.

Ariel mengangguk. “Ya, aku dokter.”

Ibu itu tersenyum dengan mata yang masih menangis. “Terima kasih banyak. Tindakanmu begitu sigap saat ada pasien terkena bahaya. Dokter, berikan aku nomor rekeningmu. Aku akan memberikan uang karena kau membantuku.”

Ariel menyentuh lengan ibu itu. “Aku membantumu di luar rumah sakit. Kau tidak melakukan pendaftaran di rumah sakit. Jadi kau tidak perlu membayarku.  Jaga anakmu dengan baik. Jauhan benda-benda yang mudah ditelan olehnya. Awasi dia dengan ketat.” 

Posisi Ariel sekarang berada di halaman parkir mobil rumah sakit. Itu kenapa dia menolak bayaran. Karena menurutnya, apa yang dilakukannya adalah sesuatu kewajiban yang harus dia lakukan.

“Dokter, kau baik sekali. Aku tidak sempat melakukan pendaftaran ke rumah sakit, karena aku panik. Maaf, jika aku panik terkadang otakku menjadi blank. Tapi, tolong berikan nomor rekeningmu. Aku harus membalas kebaikanmu.” Ibu itu tetap memaksa Ariel.

Ariel tersenyum sambil membelai kepala bayi itu. “Tugas seorang dokter adalah menyelamatkan nyawa seseorang. Apa yang aku lakukan sekarang adalah tulus dari dalam hatiku, Nyonya. Simpanlah uangmu. Tolong jaga dengan baik anakmu.”

Ibu itu tersenyum. “Terima kasih, Dokter.” Lalu, ibu itu melangkah masuk ke dalam mobilnya—namun langkahnya terhenti menatap Shawn. “Tuan, apakah Anda kekasih Dokter cantik itu?”

Shawn terkejut mendengar pertanyaan dari ibu itu.

“Jika iya, kau sangat beruntung. Aku bisa melihat dia sangat baik.” Ibu itu masuk ke dalam mobilnya, dan pergi meninggalkan rumah sakit itu.

Sialnya, Shawn ingin mengatakan dia bukan kekasih Ariel. Tapi kenapa malah lidahnya menjadi kelu? Ck! Pria itu mengumpati kebodohannya. Dia berharap tidak ada wartawan di sekitar sini.

Ariel menghampiri Shawn. “Jangan pedulikan kata-kata ibu tadi. Dia hanya terlalu senang aku membantunya.”

“Kenapa kau tidak menerima uangnya?” Shawn menatap Ariel.

“Untuk apa?”

“Semua wanita suka uang.”

I know. Aku juga suka uang. Tapi, dalam kasus seperti tadi aku memang ingin membantu.” 

“Kalau kau suka uang, harusnya kau ambil tawaran tadi. Orang yang terlalu gengsi, biasanya hidupnya akan gagal.” Kata-kata Shawn begitu pedas di sini.

Ariel tersenyum mendengar apa yang Shawn katakan. Wanita itu melangkah menghampiri Shawn dan berkata tenang. “Tuan Kaya, kau benar … orang yang gengsi tidak akan mungkin bisa berhasil. Tapi aku berdiri di posisiku sebagai dokter bukanlah karena aku gengsi. Karena aku ingin menyelamatkan banyak orang. Meski aku tahu, pada akhirnya semua manusia akan mati, tapi setidaknya aku membantu manusia memiliki kehidupan lebih lama di dunia ini. Of course, semua karena atas izin dari Sang Maha Pencipta. Alright, aku harus pulang. Jujur, aku terkejut kembali melihatmu, tapi aku senang bisa melihatmu lagi, Tuan Kaya. Wajahmu setiap marah atau kesal sangat lucu. Bisa menjadi hiburan.”

Ariel masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya meninggalkan halaman parkir itu. Tampak Shawn bergeming di tempatnya melihat mobil yang dilajukan Ariel pergi jauh.

Shawn belum bergerak sama sekali. Kata-kata Ariel masih terngiang di benaknya. Pun dia tak mengira kalau dirinya akan kembali bertemu dengan Ariel. Wanita ceroboh itu ternyata bisa bijak dalam berpikir.

Shawn menepis pikirannya tak mau lagi memikirkan Ariel. Dia segera masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan tempat itu. Mobil Shawn adalah mobil sport yang termahal. Pria itu kini mampu membalap mobil Ariel yang sudah lebih dulu pergi.

Ariel yang berada di dalam mobil sederhananya bergumam pelan. “Pria Kaya itu apa sudah bosan hidup? Kenapa menyetir mobil mengebut sekali.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status