Share

Kisah horor di pesantren Part 2

Akibat Mengencingi Pohon Angker 

“Siapa namamu?” tanya ayah Sandi.

“Ba… Basuki, Pak,” jawabku terbata-bata dan masih dalam posisi telentang.

“Berdiri,” pintanya. 

Kuturuti perintahnya. Ragu-ragu aku berdiri sambil tertunduk. Aku tidak berani menatap wajah ayah Sandi yang mengerikan itu.

“Pegang lenganku!”

Dia menjulurkan lengan kanannya. Perlahan kupegang lengannya itu. 

“Ada denyut nadi?” tanyanya.

Aku mengangguk, padahal aku tidak merasakan sedikit pun denyut nadi di pergelangan tangannya. 

“Aku masih hidup. Jangan menakut-nakuti temanmu. Kasihan Sandi,” lanjutnya. 

“Baik, Pak. Maafkan saya.” 

Aku minta maaf. Padahal aku sama sekali tidak merasa bersalah. Dia lalu beranjak dari kamar, sedangkan aku sempat pipis sedikit di celana saking takutnya. Aku tidak akan pernah lupa kejadian mengerikan itu. 

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status