Sudah beberapa hari Alan dan Alana tiba di Jakarta. Mereka di sibukkan dengan pekerjaan mereka masing-masing dan rencana acara tunangan yang akan mereka adakan di Bandung, rumah orangtua Alana.
Seperti biasa setelah Alan selesai bekerja, dia menemui Alana yang berada di kantornya untuk membahas proses lamaran nanti.
Alana sedang berada di ruangan kantornya sembari memandangi cincin berlian yang di berikan oleh Alan ketika di New York.
tok.. tok.. tok..
Terdengar pintu ruangan Alana diketuk dari luar, lalu menyadarkannya dari lamunan dan segera beranjak dari kursinya.
Belum sempat Alana melangkahkan kaki, pintu ruangannya pun sudah dibuka "Loh, Mas Ezra? Kirain siapa."
"Iya, Al. Itu di lobby ada Alan lagi nungguin kamu."
"Oh iya, Mas. Aku ada janji sama dia." Jawab Alana dan langsung mengambil tasnya yang ada di meja dan bergegas menghampiri Alan.
Mereka berdua memutuskan untuk membahas acara la
Tidak terasa sudah satu bulan Alan dan Alana bertunangan. Walau begitu, Alan merasa belum bisa memiliki Alana sepenuhnya sampai mereka berstatus menikah.Selama mereka bertunangan, Alan tampak memberikan perhatian yang berlebihan kepada Alana sehingga terkesan 'posesif'. Berbeda dengan Alana yang memang sudah merasa memiliki Alan sepenuhnya dan memberikan kepercayaan kepada Alan.Karena sifat posesif Alan, dia meminta Alana untuk tinggal di apartemen kembali bersamanya. Alana menyetujui hal itu dengan syarat mereka harus tidur secara terpisah dan tidak melakukan kesalahan lagi sampai mereka berstatus menikah.Alan setuju dengan apa pun syarat yang di berikan oleh Alana. Lagi pula, Alan mengajak Alana kembali tinggal di apartemen bersamanya bukan karena ingin memanfaatkan tubuhnya, tetapi dia benar-benar takut kehilangan Alana lagi.tik tok tik tok--AlarmAlan seketika berbunyi dan membangunkannya. Alan mera
Alan menunggu Alana di apartemen yang sedari tadi tidak mengangkat teleponnya. Apalagi sekarang minggu, mengapa Alana belum pulang sampai selarut ini.Tiba-tiba pintu apartemen Alana terbuka dan Alana masuk dengan membawa high heels-nya menuju ke dapur. Alana mengambil botol minuman dan menuangkan air mineral ke dalam gelas. Ketika Alana tengah minum dia tersedak melihat Alan berada di sampingnya"Astaga!!!" Alana mengusap dadanya "Kamu ngagetin banget sih. Kapan kamu ada di apartemen aku?""Kamu darimana aja? Udah jam sebelas malam.""Aku adaphotoshoot." Alana menjawab singkat lalu melangkah untuk meninggalkan dapur.Alan menahan Alana dan menatapnya dengan tatapan sinis "Photoshootsampe malam gini? Sekarang jugaweekend. Biasanyaweekendkamu gak pernah kerja sampe selarut ini.""Habisphotoshootaku ketemu Tasya dan Lily. Temen kantorku dulu. Semenj
Alana menemui Farhan di tempat prakteknya, dia memutar rekaman penjelasan masa kecil Alan yang diam-diam di rekamnya. "Hipotesis awal aku masih sama, Al. Alan mengalamiAttachment Disorder,gangguanini gak menutup kemungkinan orang dewasa juga mengalaminya." "Terus aku harus apa, Han?" "Kalo kamu mau hubungan kamu dan dia baik-baik aja kedepannya kamu harus bawa dia kesini untuk menjalani terapi. Kamu sendiri pasti paham, kita gak bisa langsung menebak seseorang itu mengalami penyakit mental seperti apa sebelum melakukanassesmentyang lebih jelas." "Yeah, I know." "Terkadang orang gak sadar, pascatrauma itu lebih buruk dan merusak masa depan jika gak diobati." Sambung Farhan. "Tapi aku takut Alan gak mau k--." "Takut Alan gak mau atau takut kamu kembali merasakan hubungan yang tidak menyenangkan dengan Alan dengan tipe yang berbeda?" Alana menghela napas "Oke d
"Terkadang orang gak sadar, pascatrauma itu lebih buruk dan merusak masa depan jika gak diobati." Sambung Farhan."Tapi aku takut Alan gak mau k--.""Takut Alan gak mau atau takut kamu kembali merasakan hubungan yang tidak menyenangkan dengan Alan dengan tipe yang berbeda?"Alana menghela napas "Oke deh. Nanti akan aku coba bawa Alan kesini.""Okay. Aku mau kamu bahagia, Al." Jawab Farhan dan Alana hanya membalas dengan senyuman."Gapapa sayang. Aku juga minta maaf udah gak dengerin kamu. Gak usah di bahas lagi ya. Oh iya, kita mau ke psikolog mana sih?"Alana terdiam sejenak. Alan pasti tidak suka jika harus berhadapan dengan Farhan, adik Arya yang selama ini membuatnya cemburu dan juga pernah bertengkar secara fisik.Alana menghela napas "Ke tempat Farhan. Jangan marah ya.""Kenapa harus dia? Kamu tau kan aku pernah berantem sama dia?"
Hari ini, Lovandra, Ibu Alan akan tiba di Jakarta untuk menghadiri acara alumni tempatnya menempuh pendidikan dulu. (WazzApp Notification - Alan) "Sayang, Mama aku hari ini nyampe Jakarta. Kamu di apartemen, ‘kan?" -Alan "Iya sayang. Tante udah ngabarin aku kok. Aku masih di kantor, tapi kunci apartemen udah aku titipin di lobby" -Alana Beberapa jam kemudian... "Hei, Tante." Ucap Alana menghampiri Lovandra yang terlihat sibuk memasak di dapur "Hei. Apa kabar, sayang?" Ucap Lovandra sembari memeluk Alana "Baik, Tante. Tante masak apa?" Tanya Alana sembari menguncir rambutnya. "Makanan kesukaan Alan. Ayam gulai dan sayur lodeh." "Kamu istirahat aja. Pasti kecapean, kan?" Ucap Lovandra yang tengah melihat Alana mencuci sayur-sayuran yang diletakkan di wastafel "Nggak, kok. Hari ini kerjaannya gak banyak." "Tanpa pengobatan yang tepat, anak denga
“Jadi bener kalo Alan itu mengidap attachment disorder, Han?” Tanya Alana kepada Farhan yang berada di hadapannya. Ya, saat ini Alana tengah menemani Alan untuk melakukan terapinya bersama Farhan. Alan pun memang menginginkan Alana menemaninya untuk terapi karena Alana sudah menjadi bagian dari hidupnya. “Bener, Al. Tapi kamu tahu sendiri kan kalau attachment disorder itu kebanyakan diderita oleh anak-anak. Dulu Alan mengidap attachment disorder, akan tetapi karena Alan dan keluarganya tidak menyadari kesehatan mental pada akhirnya di biarkan begitu saja sehingga saat ini Alan bukan lagi mengalami attachment disorder melainkan attachment disorder yang sudah berkembang menjadi trauma.” Jelas Farhan kepad Alana dan juga Alan yang tengah duduk di sofa ruangan konseling-nya. “Lebih parah dong?” Tanya Alana memastikan. “Not at all. Gak parah kok. Justru attachment disorder-nya menghilang akan tetapi di
“Sayaaanggg.” Sebut Alan manja sembari melirik Alana yang berada di sampingnya dan menggenggam tangan wanita itu. Ya, mereka berdua saat ini sedang berada di dalam mobil menuju ke tempat praktek Farhan untuk menjalani konseling lagi. “Kenapa, Alan?” Alana mengernyitkan dahi dan curiga dengan sikap Alan yang tiba-tiba menunjukkan sisi manjanya. “Jangan hilang lagi, ya. Kalo ada masalah baiknya di komunikasikan.” Alan mengolok Alana sembari tertawa terbahak-bahak. Sementara Alana tampak kesal dan langsung melepaskan tangannya dari genggaman Alan. “Ih Alan! Dari kemarin ngomongin itu mulu. Kesel deh!!!” “Nanti aku mau tanya ke Farhan tentang sikap kamu yang suka ngilang begini.” Lagi-lagi, Alan semakin membuat Alana menjadi kesal. “Alan jangan ganggu aku mulu. Aku lagi makan!” “Uuuuu ngambek.” “Aku gak mau temenin ah.” “Hahahahaha. Iya-iya nggak lagi. Aku udah seneng lihat kamu kesel, Al.” Alan pun mencubit pipi Alana deng
Beberapa minggu kemudian… Alan dan Alana tiba di Bandara Rembele (Aceh Tengah) pukul sembilan lewat beberapa menit. Suasana dingin yang disuguhkan oleh Kota itu membuat tubuh Alana menggigil. Bagaimana tidak, walaupun cuaca sangat cerah tetapi suhu yang ada di kota itu mencapai 13 derajat celcius. Alana terlihat sangat cantik memakai selendang yang dia pakaikan di kepalanya. Ya, kita semua tahu bahwa Aceh dijuluki dengan kota serambi mekkah, artinya masyarakat disana menganut budaya-budaya islam yang sangat kental seperti negara Arab. Sehingga pengunjung pun di wajibkan memakai selendang atau pun kerudung disana. “Alana… Jaket kamu kemana?” Tanya Alan yang tampak melihat Alana menggigil saat mereka tengah menunggu di tempat pengambilan bagasi. “Di koper, sayang. Berrrrr dingiiiinnnn!!!” Ucap Alana sembari memanyunkan bibirnya. “Haduhhh… Kenapa di taro disana? Aku kan udah kasi tahu kamu kalo kota ini dingin. Jadi harus pr