Sinar mentari masuk melalui celah gorden kamar Ara yang tak tertutup rapat. Ia menggeliat meregangkan tubuhnya untuk sedikit mencari kesegaran.
Cuaca sudah tak sedingin semalam, bahkan pagi ini mentari pagi terasa hangat mengganti udara di kamarnya.
Ara menyibakkan selimut tebal yang hanya menutupi tubuhnya setengah saja.
Ia meraba pinggiran bantalnya guna mencari ponsel yang semalam ia letakkan di sana.
Setelah mendapatkannya, Ara segera mengaktifkan layar dan melihat jam di sana.
"Haaahh..masih jam tujuh.." gumamnya.
Namun ia harus segera bangun. Karena perutnya juga tengah keroncongan. Dengan sedikit malas, Ara turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.
Ia ingin mandi air dingin pagi ini biar rasa segar semakin menyejukkan perasaannya.
Setelah mandi, Ara langsung berjalan menuju lemari pakaian dan meraih gaun tidur yang ia beli kemaren. Sebenarnya gaun itu bisa di pakai di rumah dan tak harus untuk tid
Ara baru saja selesai latihan untuk hari ini. Hari ke sembilan dari seratus hari yang ia tetapkan sebelum ia bertanding.Ara duduk di sudut dinding untuk beristriahat sejenak. Ia sungguh kelelahan karena nyaris tiga jam nonstop ia latihan. Bahkan pelatihnya pun dibuat geleng-geleng kepala."Hai Ra.." sapa seseorang padanya.Ara yang tengah minum langsung menghentikan kegiatannya dan melihat siapa yang menyapa.Lelaki itu ternyata Raka, rekan satu tim nya dan juga satu warna sabuk."Oh Ka? Sejak kapan di sini?" Tanya Ara sedikit basa basi."Barusan.." jawabnya. Raka melihat Ara yang nampak kelelahan.Sebenarnya Raka penasaran apa asalan Ara mengambil perlombaan ini. Bukannya Ara baru saja menikah dan juga perlombaan ini sangat berbahaya. Apa tak ada larangan dari suaminya?"Ra...gue boleh tanya nggak? Tapi agak pribadi.." Ucap Raka yang sudah duduk di sebelah Ara.Ara melirik Raka sejenak lalu mengangg
"Kau ingin aku membuatmu medesah?"Aagghh...Bastian mencubit ujung dada Ara membuat istrinya itu memekik."Babas?" teriak Ara berang."Kenapa? Bukannya tak ada halangan lagi untuk kita bercinta?"Deg!Ara tediam. Ia tak bisa bereaksi apapun. Apa maksud ucapan Bastian barusan? Apa suaminya ini sudah menerimanya?"Ba..Babas?" Ara mendadak gugup. Jantungnya serasa tengah berdebuh kencang.Ara melirik tepat di pupil mata Babas. Namun ia hanya melihat tatapan kosong di sana. Kosong dan hanya diisi oleh gairah semata."Ba..Babas aku..""Kau ingin ini kan? Kita lakukan.." Bastian langsung melumat bibir Ara, ia tak membiarkan Ara menjawab ucapannya sedikitpun.Jemari Bastian dengan aktif bergerak mengurai rambut Ara yang hitam panjang, menyisirkan jemarinya di sana dan menahan kepala Ara untuk tak dielakkan oleh wanita itu.Ciuman itu semakin lama semakin panas. Ara bahkan sampai kewalahan dan
Ciuman itu masih saja panas. Dan tak ada yang tahu sudah berapa lama ciuman itu terjadi. Jika bisa Ara menebak, ini sudah lebih dari lima menit. Kenapa mereka ciuman selama ini, dan seperti ia melihat Babas candu dengan bibirnya.Ara yang mulai kesal, seketika langsung memukul Babas kuat membuat Babas mengaduh."Apa-apaan kamu..?" tanya Babas kesal."Lima menit berlalu dan kita hanya ciuman?" geram Ara.Ara langsung mendorong Babas menjauh dan langsung berjalan keluar dari kamar. Saat langkah Ara baru mencapai setengah anak tangga, ia ditarik oleh Babas yang membuatnya langsung terduduk di pijakan anak tangga tersebut."Kalau kau ke sini hanya untuk menciumku, maaf ini sudah perih.." ucap Ara kesal. Ia menepis dan sedikit mendoro Babas untuk menjauh.Sampai di bawah Babas lagi-lagi menahan gerak Ara. Namun tidak di dudukkan di lantai lagi, ia membawa Ara menuju pantri dapur dan mendudukkan Ara di sana.Babas mengangkat k
Ara merealisasikan ucapannya. Ia tak ingin dipermainkan Babas lagi. Walaupun pernikahsnnya baru hitungan minggu, tapi Babas tak pernah menghargainya. Jadi sekarang, biarkan ia mencari cinta sendiri diluar sana.Malam ini ia ada janji makan malam dengan Raka. Sepertinya mulai membuka hati pada Raka bukan hal buruk. Dan Ara akan memulainya hari ini.Ara sudah siap dengan penampilannya malam ini. Ia yakin Raka akan semakin tertarik padanya.Memperhatikan dirinya sejenak di cermin, Ara pun bergumam kata 'sempurna' lalu keluar dari kamar.Saat keluar, ia mendapati Babas tengah berdua dengan Naima. Mereka tampak begitu mesra. Naima yang tengah menyuapi Babas makanan buatan gadis itu.Kehadiram Ara membuat aktivitas keduanya terganggu.Babas seketika menatap Ara dari atas sampai bawah, "Kau mau kemana malam-malam begini?" tanya Babas sambil terus memperhatikan penampilan Ara yang memang terlihat cantik."Aku pergi makan malam d
Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE
Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE
Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE
Taman Terang Bulan. Mungkin akan menjadi taman favorit sekarang bagi Ara. Ia baru saja menemukan taman ini saat ia berjalan-jalan di sekitar komplek rumah Bastian sore ini.Entah kenapa berada di rumah ia sangat suntuk. Apalagi Bastian juga tak ada. Tepat pukul sepuluh pagi tadi Bastian meminta izin untuk ke kantor Tian. Ada hal yang harus dia urus.Jujur, kenapa Bastian selalu meminta izin padanya akhir-akhir ini? Saat pergi dinas ke luar kota bersama Tian, ia juga meninggalkan memo, tadi juga saat ingin ke kantor, Babas juga meminta izin pada dirinya. Apa Babas sudah berubah dan mau membuka hati? Entahlah, yang jelas Ara masih belum mau menerka-nerka bagaimana perasaan Bastian padanya saat ini. Bisa jadi itu hanya cara Bastian agar mereka tak ribut di rumah.Ara menghidup udara sore dari pepohonan rimbun yang berjejer di taman tersebut.Entah karena ini sudah sore atau karena memang taman ini berada di tempat yang cukup terpencil, jadi ora