Bima membukakan pintu untuk nona mudanya. Ia berdiri di samping pintu sambil menunggu Clara masuk. Ia sedikit bingung dengan perubahan wajah Clara yang siang itu merengut. Biasanya ia selalu memberikan senyuman manis pada Bima.
Masih dengan bibir yang maju menggemaskan karena rasa kesalnya, Clara menghentakkan kaki dan masuk ke dalam mobil. Ia melipat kedua tangan di depan dada, dan menghempaskan bokongnya duduk di bangku penumpang di samping kemudi.Ada yang bingung kenapa Bima menempatkan Clara di sampingnya dan bukan di belakang, seperti nona muda pada umumnya?Karena berkali-kali ia melakukannya sebelum ini. tetap saja Clara akan memilih duduk di sampingnya.Menyebrangi kursi dari belakang dan masuk ke depan.Itu malah membuat jantung lelaki itu tidak sehat. Paha mulus Clara dan bokongnya yang sintal akan tersaji di depan wajah Bima dengan bebas.Bagaimana pun Clara adalah anak majikannya. tidak mungkin Bima berani bertindak gegabah.Lagi pula ia memiliki latar belakang yang tidak layak disandingkan dengan gadis itu. Bima tahu diri.Setelah menutup pintu mobil, Bima mengitari depan mobil dan masuk ke balik kemudi. Tanpa memperdulikan wajah merengut gadis di sampingnya itu lagi, lelaki itu melajukan mobil dengan stabil.Suasana hening yang tercipta di dalam mobil membuat Clara semakin kesal. Pasalnya, Bima tidak ada peduli peduli nya dengan sikap Clara yang sedang kesal.Ia melirik pria dengan rahang tegas di sampingnya itu. Dan semakin kesal saat melihat Bima dengan tenang tetap fokus ke depan. Sama sekali tidak terganggu dengan sikap Clara."Kak Bima!" panggil Clara begitu mobil mereka berhenti di lampu merah.Di luar sana cuaca panas siang itu membuat orang-orang mudah tersulut emosi.Sama panasnya dengan suasana hati Clara saat ini!Bima yang dipanggil dengan nada kesal itu hanya menoleh dengan santai. Wajahnya tetap tenang seperti biasanya. Bahkan tidak ada ekspresi sama sekali."Gila ya! Terbuat dari apa sih hati lelaki ini!" gerutu Clara di dalam hati.Tanpa memberikan aba-aba apa pun lagi. Clara segera memajukan tubuhnya dan menarik kerah jas hitam Bima mendekat padanya.CUP!Ia menempelkan bibirnya ke bibir Bima tanpa pikir panjang lagi.Clara melumat bibir lelaki itu dengan berani. Atau lebih tepatnya ia nekat memberanikan diri."Bodo amat!" pikir gadis itu sambil memejamkan matanya dengan erat.Gila memang. Ini adalah ciuman pertamanya, dan ia pula yang menyosor duluan. Mungkin Bima akan menganggapnya agresif atau apa pun lah itu. Clara tidak peduli.Saat ini, yang ada di dalam benaknya hanyalah membuat lelaki di sampingnya itu menyadari perasaan Clara padanya.Setelah semua yang selama ini Clara tunjukkan, tidak mungkinkan Bima tidak menyadari perasaan gadis itu padanya?Jantung Clara berdetak dengan cepat. Telapak tangannya berkeringat dingin. Namun, ia sudah kepalang tanggung.Digerakkan bibirnya yang masih kaku itu secara perlahan. Bima tidak menolak. Namun lelaki itu juga sama sekali tidak meresponnya. Kenyataan itu membuat Clara semakin malu dan marah yang bercampur aduk.Gadis itu membuka sedikit bibirnya, lalu menghisap bibir atas dan bawah Bima secara bergantian. Ia bahkan semakin berani menggunakan lidahnya untuk menjilati bibir lelaki itu.Bibir Bima kaku. Masih menutup dengan keras. Hingga rasanya Clara akan menangis karena rasa kesal dan malu. Sepertinya Bima memang sama sekali tidak tertarik padanya.Ia baru saja hendak menarik tubuhnya kembali. Merasa apa yang sudah dengan lancang ia lakukan itu tidak mungkin diteruskan lagi sebelum dirinya mempermalukan diri sendiri semakin parah.Namun, tiba-tiba Bina meraih pinggang ramping itu dan menyentak tubuh Clara ke arah nya. Memeluknya dengan erat, hingga Clara mengeluarkan pekikan kecil karena rasa terkejutnya.Ya Tuhan!Hampir saja jantungnya copot. Namun, tidak sempat memikirkan apa yang baru saja terjadi, pikiran Clara kembali terfokus pada bibir Bima yang kini malah balik menyerang bibirnya.Darah gadis itu seketika berdesir hebat. Mengalir kencang seperti air bah untuk memenuhi kepalanya.Ia merasakan lidah Bima yang mulai menyelinap masuk ke dalam rongga mulutnya. Meliuk dengan liat di lidah Clara yang sama sekali tidak berpengalaman.Lengan lelaki itu pun semakin erat memeluk tubuhnya. Dada mereka saling berhadapan dan melekat erat saat ini. Hingga membuat Clara terasa sedikit sesak.Sejurus kemudian, ternyata Bima tidak berhenti di sana. Salah satu tangannya mulai melancarkan gerilya nakal dan panas. Mulai menggerayangi tubuh Clara. Menyentuh dadanya yang bulat dan penuh, lalu meremasnya dengan gemas.Tangan itu turun semakin ke bawah. Menyusuri sisi pinggir tubuhnya dengan halus, berhenti sejenak di pinggangnya yang ramping untuk memberikan elusan melingkar, lalu melanjutkan perjalanannya semakin kebawah menuju bokong.Tangan Bima yang besar melingkupi buntalan bulat dan kenyal itu. Lalu meremasnya dengan gemas."Ah..." lenguhan itu lolos dari bibir Clara yang kini bengkak akibat ciuman panas Bima. Lelaki itu mengangkat wajahnya dan menatap Clara dengan pandangan dipenuhi kabut gairah dan amarah yang bercampur padu."Apa ini yang kau inginkan, Nona?" geram lelaki itu di atas bibir Clara.Mata gadis itu terbelalak lebar dengan rasa terkejut. Lalu cairan bening seketika menggenang di sana. Ia tidak menyangka apa yang dilakukan Bima padanya barusan tidak berarti apa-apa bagi lelaki itu.Suara Bima dingin dan sinis. Lelaki itu seakan menamparnya kuat dengan kata-kata yang seakan merendahkan dirinya itu. Dada Clara terasa nyeri dengan remasan keras tidak kasat mata.Clara tidak menjawab. Ia tidak mampu. Satu kata saja lolos dari bibirnya, gadis itu tahu dirinya akan menangis.Clara memeluk dirinya sendiri dengan erat, lalu membuang muka ke luar jendela. Di luar sana, kemacetan sedang terjadi. Membuat para pedagang berkesempatan menjajakan minuman-minuman dingin pelepas dahaga.Tiba di rumah, Clara langsung turun dari mobil tanpa mengatakan apa pun lagi pada Bima. Tidak ada lambaian tangan dan senyum menggoda yang biasa ia berikan pada lelaki itu. Hati sang nona muda terlanjur sakit dengan apa yang diucapkan Bima tadi.Bima sendiri hanya menatap Clara yang keluar dari mobil dengan marah dan membanting pintu. Ia memaklumi kelakukan gadis tersebut. Mau bagaimana lagi. Wajar saja Clara merasa marah padanya.Pria itu menghembuskan napas kasar karena rasa frustasi yang menyerangnya.Bima tahu bahwa ucapannya pada Clara tadi keterlaluan. Namun, ia tidak mampu menahan diri. Ia marah. Sangat marah. Bukan hanya pada Clara yang menciumnya tanpa aba-aba, namun juga pada dirinya sendiri yang malah membalas ciuman itu dengan lebih menggebu dan hampir hilang kontrol.Jika saja mereka berada di tempat tertutup dan bukan di dalam mobil yang hanya berhenti sejenak di lampu merah, mungkin Clara tidak akan lepas dari cengkraman hasrat Bima
DEG!Clara langsung terduduk tegak mendengar kabar itu. Lupa bawa kepalanya sedang pusing karena terlalu banyak menangis."Serius Lo? Di mana? Sama siapa? Memangnya yang dia lakukan?" Pertanyaan demi pertanyaan mulai beruntun ia tanyakan. Jantungnya terasa nyeri.Karena itu kah Bima sama sekali tidak tertarik padanya?Benar juga. Mengapa Clara tidak pernah berpikir bahwa Bima mungkin saja sudah memiliki kekasih?Pikiran itu seketika menyakiti hati Clara.["Di komplek perumahan Setia Alam. Dan gue juga lihat dia tersenyum lepas gitu begitu disambut sama itu perempuan. Kayanya mereka memang memiliki hubungan khusus."]Sebenarnya Renata tidak ingin mengatakan sebanyak itu, terkesan mengompori rasanya.Namun, ia juga tidak mau sahabatnya terlalu terlarut dalam cinta yang mungkin tidak bisa dimiliki.Clara tidak mampu berkata-kata. Ia terdiam dengan mata yang mulai kembali basah.["Clara?"]
Clara berusaha mati matian untuk menenangkan debaran jantungnya yang menggila."Ih, kenapa sih juga jantung gue harus berdisco kaya gini? Bukan urusan dia juga kalau gue mau keluar sama siapa!" gerutu gadis itu dengan kesal. Sayangnya, gerutu an itu hanya mampu diucapkannya di dalam hati.Nyatanya, di depan Bima yang terlihat sangat marah saat ini, Clara hanya mampu terdiam kaku. Ia menggigit bibir bawah dengan kuat tanpa sadar.Bisa bisa bibirnya berdarah."Maaf kak..." Clara cukup terkejut saat tiba-tiba mendengar Revan mengambil alih pembicaraan. "Saya Revan, teman sekolahnya Clara." lanjut pemuda itu memperkenalkan diri.Revan bahkan mengulurkan tangannya untuk bersalaman kini. Posisi tubuhnya sedikit membungkuk menghormati.Namun sayang, Bima malah tampak tidak ingin menggubris. Alih alih menyambut tangan Revan, ia malah menatap pemuda itu dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan mata elangnya yang tajam dan mendominasi.
Bima kembali merasa jengkel!Bisa bisanya gadis itu menciumnya tadi siang, dan malamnya malah keluar dengan pria lain.Ingin rasanya tadi Bima menarik tubuh rampingnya itu dengan kasar, lalu membopongnya masuk ke dalam kamar. Menguncinya di sana sehingga tidak berkeliaran dengan pria mana pun.Apalagi dengan pakaian seterbuka itu!Oke baiklah. Dress yang dikenakan Clara tadi tidak terlalu terbuka. Namun, jelas mampu membuat pikiran lelaki manapun berimajinasi liar.Pakaian yang dikenakan Clara tadi bahkan sudah membuat darah Bima berdesir hanya dengan memandangnya saja.Dress berbahan katun putih dengan kerah lebar hingga cukup banyak menampakkan kulit mulusnya di area itu, membuat Bima ingin mengerang menahan hasrat yang melesak dari dalam dirinya.Bima bahkan bisa melihat tali bra hitam yang mengintip dari balik kerah dress yang berbahan renda itu.Pakaian yang Clara kenakan tadi memiliki potongan pinggang dan mengembang pada bagian bawah. Bisa bahaya jika angin meniup cukup kencang
Tidak lama setelah itu, pasangan remaja tersebut memanggil pelayan dan melakukan pembayaran.Bima pun melakukan hal yang sama.Mereka keluar dari Cafe tersebut, dan Bima mengikuti mereka dalam jarak yang cukup aman. Sehingga keduanya tidak mengetahui keberadaan lelaki itu.Well, kalau mereka tahu pun. Bima tidak akan peduli. Bukankah tugasnya memang untuk menjaga Clara?Walaupun saat ini, ia melakukan ini semua untuk urusan pribadi.Bima menemukan mobil yang ditumpangi Revan dan Clara langsung menuju ke rumah. Mereka tidak pergi ke mana-mana lagi. Dan itu membuat Bima tenang.Walau rasa marah masih bersemayam di dalam dadanya.Clara turun dari mobil, melambai, dan langsung turun ke dalam.Tanpa menunggu Clara tiba di dalam rumah. Bima langsung melajukan mobil masuk ke dalam garasi. Melewati Clara yang tercengang melihatnya lewat.Saat Clara tiba dan masuk ke dalam rumah, Bima sudah menunggunya di ruang tenga
"Menghukum?" batin Clara memekik kaget. Apa maksud Bima dengan menghukum?Lalu sejurus kemudian samar samar Clara mendengar suara Renata yang menggoda di dalam kepalanya."Hukuman termanis dan terseksi datang dari pasangan yang sedang cemburu. Huhuhuhu." Sahabatnya itu pernah berkata suatu ketika.Jangan tanyakan hukuman yang bagaimana yang dimaksud oleh Renata. Otaknya memang penuh dengan adegan dewasa.Dewasa? Adegan dewasa?Sebuah ide gila terlintas di otaknya yang telah terkontaminasi. Dan itu seketika membuat wajah Clara merah padam. Melebih tomat masak dan kepiting rebus!Tapi benarkah Bima merasa cemburu? Dari kata katanya..."Apa yang kau pikirkan, hah?" ketus Bima. "Kenapa pula wajahmu menjadi merah padam seperti itu?" gumam lelaki itu sambil kembali memasang wajah datar."Dasar anak muda jaman sekarang. Otaknya nggak ada yang beres." sinis Bima melanjutkan sambil mengangkat tubuh langsing Clara dengan
Well, sebenarnya gerakan gadis itu bukannya sama sekali tidak mengganggu. Gangguan itu datang dengan cara yang berbeda.Kaki yang menendang dan tangan yang memukul membuat dress sebatas lutut itu dengan mudah berayun-ayun. Kembali menggoda iman Bima.Apalagi bagian roknya mengembang di bawah.Dan sialnya Clara tidak mengenakan legging pendek di dalamnya.Mengingat gadis itu keluar dengan seorang menunda dengan pakaian demikian membuat darah Bima kembali mendidik. Dipukulnya bokong Clara yang bulat dan sintal itu dengan gemas."Diam lah!" geram Bima yang semakin kesulitan berkonsentrasi karena paha putih dan mulus gadis itu berada begitu dekat dengan wajahnya.Shit!Bagaimana pun juga, Bima adalah seorang lelaki normal. Bagian tubuhnya yang menjadi identitas kelelakian di bawah sana sudah bereaksi sebagaimana mestinya. Menggeliat dengan penuh semangat. Hingga berdiri tegak. Menuntut hak nya untuk berjumpa dengan pasangann
Pagi itu, Clara masih merasa geram pada Bima. Tiba tiba saja ide licik muncul di dalam benaknya. Clara akan membuktikan apakah Bima memang benar benar mati rasa padanya atau itu hanya topeng lelaki itu saja.Pagi itu, ia mengenakan serangan sekolahnya yang kekecilan. Lalu membuk beberapa kancing bagian atas untuk memamerkan bongkahan bulat kenyal dadanya.Clara sendiri merasa geli saat melihat belahan payudaranya yang menyembul keluar. Gadis itu menggigit bibirnya ragu, namun segera ditepisnya semua keraguan itu."Nggk pa pa, nanti sampai di sekolah aku kan mengancingkannya lagi." gumam gadis itu menguatkan tekat.la juga melipat roknya di bagian pinggang. Sehingga memamerkan paha mulusnya dengan lebih banyak.Merasa cukup seksi, ia meraih tas sekolahnya dan berjalan menuju pintu keluar. Gadis itu menekan handle pintu, dan kembali merasa kesal karena pintu itu masih dikunci dari luar.Tidak lama berselang, bunyi klik pun terdenga