Setelah perbincangan mereka tadi, kini suasana kembali menjadi hening. Bahkan terasa lebih canggung dari yang sebelumnya. Ailisha terus menundukkan kepalanya dan memainkan jari tangannya. Ia terlihat begitu gugup saat ini. Entah kenapa pria itu harus membahas masa lalunya yang begitu memalukan. Ia tidak tahu harus menaruh wajahnya dimana lagi.
Kini ia bisa merasakan pipinya yang tengah memanas karena malu. Pasti saat ini pipinya sudah berubah menjadi merah seperti tomat matang. Ah, benar-benar memalukan. Rasanya ia ingin menghilang dari hadapan Shevandra saat ini juga. Pria itu tahu betul bagaimana cara mempermalukan Ailisha. Ia pernah membuat gadis ini harus menanggung rasa malu di depan satu angkatan hanya karena Shevandra tahu jika Ailisha menyukainya pada saat itu. Tapi ada bagian yang paling buruk di sini. Ailisha pernah dibenci oleh kakak kelas sebanyak dua angkatan.
Hal tersebut berhasil membuat mental Ailisha acak-acakan. Ia tidak lagi fokus denga
ISUITP 10Semua orang sepertinya mengenal Shevandra dengan sangat baik. Apa pria itu memang cukup terkenal? Tapi jika memang benar begitu, kenapa hanya Ailisha sendiri yang tidak mengetahui soal fakta tersebut. Apa ia memang ketinggalan sesuatu di sini? Mungkin Ailisha adalah satu-satunya orang yang tidak mengetahui jika pria itu memang cukup terkenal. Bukan hanya itu. Bahkan sampai-sampai keberadaannya sendiri saat ini memiliki tempat yang tersendiri di mata orang-orang. Lihat saja bagaimana mereka begitu menghormati pria ini. Shevandra bahkan bisa memerintah mereka jika ia mau. Sebenarnya kekuatan macam apa yang ia miliki hingga bisa mengendalikan orang lain seperti ini.Ailisha tenggelam di dalam pikirannya sendiri. Ia bahkan tetap melamun selama proses dirinya dirias. Tidak ada hal lain yang ia pikirkan kecuali beberapa pertanyaan yang sempat muncul di dalam kepalanya tadi. Gadis itu tahu betul jika ia tidak akan menemukan jawabannya begitu saja tanpa bertanya. Y
Menurutnya ia tidak seburuk itu. Lantas kenapa ia tampak begitu burk di mata Shevandra. Memangnya kesalahan apa yang telah ia perbuat sejauh ini. Sepertinya pria itu memang tidak pernah berubah. Sekali ia membenci seseorang, maka ia akan tetap membencinya. Bukankah manusia lebih mudah untuk mengingat satu salah dari pada seribu kebaikan.Ailisha memilih untuk diam dan tak berkomentar sedikit pun. Ia tidak bisa mengubah cara pandang pria itu terhadap dirinya. Mustahil. Ailishaakan tetap menjadi orang yang paling tidak ia sukai di dunia ini selamanya. Shevandra mendadak bersikap baik hanya karena ada keperluan saja. Ada maksud terselubung di balik setiap tindakannya. Ailisha tak tahu apa. Yang jelas pasti pria itu sedang memanfaatkan dirinya untuk keuntungan pribadi. Ailisha menyimpulkan semuanya sendiri.Ternyata pria itu sama sekali belum berubah. Ia masih bisa melihar Shevandra dari empat tahun yang lalu di dalam dirinya. Mereka benar-benar masih sama. Bahkan waktu ti
ISUITP 11Akhirnya kolega bisnis Shevandra datang juga setelah cukup mereka menunggu cukup lama. Hal itu membuat Ailisha bertanya-tanya apakah jalanan di kota sedang macet saat ini. Shevandra dan Ailisha langsung berdiri untuk menyambut mereka yang baru saja datang. Tidak terlalu banyak sesuai dengan ekspektasi gadis itu selama ini. Hanya ada seorang pria yang tak jauh berbeda umurnya dengan Shevandra. Ia juga membawa seorang gadis bersamanya. Mungkinkah jika itu kekasihnya."Selamat datang!" ucap Shevandra sebagai kata sambutan.Mereka saling melempar senyum satu sama lain, kemudian berjabat tangan. Tidak ada yang istimewa di sini. Mereka masih melakukan setiap halnya dengan normal."Apakah ini gadis yang pernah kau ceritakan waktu itu?" tanya pria tersebut secara tiba-tiba.Shevandra hanya mengangguk untuk mengiyakan perkataan temannya. Ia tak mau terlalu banyak bicara. Itu bisa merusak citranya nanti."Memangnya apa yang ia ceritakan
Sepertinya hanya Ailisha satu-satunya orang yang tidak mengerti dengan pembahasan mereka. Menurutnya topik yang diangkat terlalu berat. Mereka bahkan membahas soal proposal. Entah sejak kapan pria itu menjadi pebisnis yang cukup handal. Padahal dulu Shevandra merupakan lulusan dari jurusan teknik waktu masih duduk di sekolah menengah. Kemudian melanjutkan kuliah dengan jurusan hukum. Dan sekarang, lihat saja pekerjaan seperti apa yang tengah ia tekuni saat ini. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan pendidikan yang pernah ia ambil sebelumnya. Iya, pria itu siswa SMK bukan SMA. Yang lulusan SMA adalah Ailisha. Ia merupakan salah satu siswa jurusan IPA sebelumnya. Bahkan gadis itu pernah berada di kelas unggulan. Meski hanya berlangsung selama satu tahun, setidaknya hal itu bisa ia banggakan.Mereka berdua sama-sama tidak sinkron. Hidupnya nyaris tanpa arah, tapi mereka tetap bisa bertahan. Shevandra memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis dan telah membangun
Ailisha langsung menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke atas kasur miliknya. Ia bahkan tidak sempat untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu. Sudah tidak ada lagi tenaga yang tersisa, membuatnya merasa tak berdaya untuk melakukan apa pun.Baru saja ia akan memejamkan matanya untuk memasuki alam bawah sadar. Gadis itu nyaris terlelap. Namun, secara mengejutkan ponselnya bergetar pelan. Sontak Ailisha terperanjat kaget. Ia kembali membuka kedua kelopak matanya secara spontan.“Ck! Siapa sih malam-malam gini nelpon?!” gerutunya sebal.Ia menatap layar ponsel miliknya dengan seksama. Tidak bisa dipungkiri jika pandangannya mulai terasa buram dan tidak fokus akibat mengantuk. Jadi, ia harus melakukan usaha ekstra untuk membaca nama yang tertera di sana.Malam-malam begini siapa yang mau meneleponnya. Seperti tidak ada kerjaan lain yang jau lebih penting saja.“Nomer enggak dikenal,” gumamnya malas.Sebe
Shevandra memutuskan untuk membawa gadis ini ke salah satu rumah makan. Kali ini tempatnya memang tidak semewah kemarin. Lagi pula sebentar lagi sudah waktunya makan siang. Mereka berdua sedang menunggu pesanan yang masih dibuatkan. Sebentar lagi akan diantar begitu selesai.Ailisha masih tetap bergeming sejak tadi. Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Wajahnya tampak datar. Tidak ada yang bisa dijelaskan dari ekspresinya tersebut. Pria itu pun sampai tak tahu harus berbuat apa untuk mencarikan suasana. Ia telah kehabisan akal. Padahal tak pernah seperti ini sebelumnya.Bahkan Shevandra sampai rela berdeham untuk mendapatkan atensi dari gadis itu. Tapi ternyata hasilnya masih tetap nihil. Ia tidak tahu separah apa kesalahannya. Sampai-sampai tidak peduli seberapa keras Shevandra terus mencoba, ia masih terus mengacuhkan pria itu begitu saja.“Mau sampai kapan diam kayak gini?” tanya Shevandra yang pada akhirnya memutuskan untuk membuk
Tidak seperti kebanyakan penculik lainnya yang akan membawa korban mereka ke sebuah gudang kosong atau rumah lama, berbeda halnya dengan pelaku kejahatan yang satu ini. Ia malah menyuruh anak buahnya untuk membawa Ailisha ke salah satu apartment miliknya. Sembari menunggu gadis itu sadar dari pingsannya, si penculik tampak menyibukkan dirinya di dapur.Kalian salah jika mengira kalau yang melakukan semua ini adlaah seorang pria. Bahkan wanita zaman sekarang pun memiliki nyali yang jauh lebih besar dari para kaum Adam. Sama halnya seperti yang terjadi hari ini. Wanita itu tampaknya sudah lumayan mapan. Ia memiliki kekuasaan dan juga koneksi dimana-mana. Sampai ia bisa melakukan apa saja yang diinginkan.Dunia hanya mendengarkan mereka yang berkuasa. Kau bukan apa-apa tanpa uang. Setelah dipikir-pikir, kalimat yang satu itu ada benarnya juga. Memangnya siapa yang mau hidup bebas jika tanpa uang. Kalau begitu caranya, maka hidupmu tidak akan ada apa-apany
Liora masih menatap gadis di hadapannya itu dengan sorot mata yang sulit untuk ditangkap apa maksudnya. Ia memang tidak bertindak sama sekali. Tapi, tatapannya berhassil mengintimidasi Ailisha. Kharisma yang dimilikinya sama sekali tidak setara dengan Ailisha.“Lo siapa?!” tanya Ailisha dengan lantang.Gadis itu berusaha untuk memberanikan dirinya. Ia tidak bisa diam sja seperti ini jika ingin selamat. Tidak ada yang gratis di dunia ini.“Haha!!!”Mendengar pertanyaan Ailisha barusan berhasil memancing gelak tawa Liora. Tapi ia hanya tertawa sebentar. Kurang dari lima detik kemudian ia langsung berhenti. Wajahnya kembali serius. Sorot matanya kian menajam hingga menurus iris mata Ailisha.“Apa kamu tidak diajarkan bagaimana caranya bersikap sopan kepada orang yang lebih tua?” tanya Liora lebih seperti menyindir.Ia tidak tahu kenapa semua orang terus mempermasalahkan soal sopan santunnya. Padahal menurut A