"Bu, Ibu, ... Bu, Ibu di mana?!" teriak Winda yang sedang mencari Ibunya."Sedangkan Wati yang sedang berada di dapur, ia merasa kesal mendengar suara teriakan Winda."Ish, itu anak berisik banget!" gerutunya seraya memijat kepalanya yang terasa pusing."Bu, ....""Apa?!" balas Wati yang kemudian ikut berteriak.Mendengar suara Ibunya yang berada di dapur, Winda pun langsung pergi ke sana. "Ibu, aku cariin dari tadi ternyata ada di sini?""Kamu ini kenapa teriak-teriak sih? Bikin kepala Ibu jadi tambah pusing aja!""Ish, Ibu. Aku punya berita penting, Bu.""Apa?" sahut Wati malas."Itu, Mbak Nella mau nikah lagi, Bu. Mana calon suaminya gagah dan ganteng banget lagi, aduh ... kenapa dia selalu beruntung ya? Itu meski si Rohman malas kerja, dia juga lumayan ganteng. Tapi, yang sekarang hemmm ...." Winda mengacungkan dua jempolnya di depan Wati."Memangnya kamu ketemu Kakakmu di mana?""Di taman kota.""Oh, berarti sekarang dia pindah ke kota?" "Enggak, dia sekarang tinggal di daerah
Empat bulan kemudian ..."Selamat pagi, Bu Romlah," sapa Nella pada tetangganya ketika ia hendak berjalan mendahului Romlah."Pagi ... eh, Nella. Mau ke mana?""Mau ke warungnya Bu Nur, Bu.""Oh, sama dong, kalau begitu kita bareng ajak yuk!" Dengan cepat Romlah segera menyusul langkah kaki Nella.Sedangkan Nella dalam hati sontak berdecak, sebab ia sebenarnya sedang terburu-buru, namun karena Bu Romlah mengatakan seperti itu, ia hanya bisa mengangguk seraya tersenyum."Mau belanja apa, Bu?" tanya Nella sedikit berbasa-basi, sebenarnya Nella sedikit malas membuka obrolan dengan Bu Romlah, karena beliau terkenal sebagai orang yang suka nyinyir.Namun, kalau Nella hanya diam saja, Nella pasti akan dicap sebagai orang yang angkuh karena dianggap enggan berbicara dengan Romlah."Mau beli beras, kamu sendiri mau belanja apa?" balas Romlah seraya tersenyum. Di permukaan Romlah memang seperti orang yang ramah kepada semua orang, namun di belakang ia suka membicarakan orang, apalagi jika oran
"Assalamualaikum ....""Wa'alaikumsalam ... wah! Kamu bawa apa ini, Mas?" tanya Nella seraya menerima kantong kresek yang diberikan oleh Sugeng."Martabak manis, kesukaanmu ...." sahut Sugeng seraya mengedipkan sebelah matanya.Nella yang mengerti kode itu, ia hanya tertawa saja melihat kelakuan Sugeng. Sugeng terkadang memang sering membelikan oleh-oleh kesukaannya Nella, lalu kemudian malamnya nanti ia akan meminta jatah dengan durasi yang sangat lama sebagai gantinya. Jadi seperti inilah cara Sugeng membuat rumah tangganya agar selalu harmonis.Di saat mereka berdua tengah tertawa, Winda yang juga baru saja pulang bekerja, ia langsung menyapa kakak dan kakak iparnya itu."Mbak, Mas," sapa Winda seraya tersenyum, saat ini Winda sedang berjalan kaki menuju kos-kosannya."Lho, kamu jalan kaki, Win? Lha temanmu yang biasanya antar jemput kamu ke mana?""Dia sudah pindah kerja, Mbak. Sudah dari seminggu yang lalu aku berangkat dan pulang jalan kaki.""Owalah ... ya sudah, sekarang kamu
Tiga Bulan kemudian...."Nella, aku tadi melihat suamimu membonceng adikmu. Tapi, mereka berdua kok kelihatannya mesra gitu ya?" ujar Romlah yang saat ini sedang belanja di pasar."Hehehe ... mesra bagimana, Bu. Bu Romlah ini ada-ada saja, dan beberapa bulan ini kan Winda memang aku suruh numpang motornya Mas Sugeng, sebab aku kasihan lihat dia pulang dan pergi kerja jalan kaki setiap hari.""Iya, aku tahu itu. Tapi, yang kulihat tadi ... Winda kok pegangan pinggangnya Sugeng kayak orang lagi pacaran gitu, pokoknya mereka berdua nempel banget gitu.""Hehe ... Bu Romlah ini, mungkin Mas Sugeng lagi buru-buru kali, Bu. Jadi bawa motornya kenceng, dan Winda tidak sengaja pegangan pinggangnya Mas Sugeng.""Ya memang Sugeng bawa motornya kenceng sih, Nell. Tapi, aduh gimana ngomongnya ya, memangnya kamu sendiri nggak khawatir gitu? Soalnya ipar kan halal dinikahi, Nell? Kamu paham kan maksudku?"Degh ....Setelah mendengar kalimat itu, tomat yang sedang dipegang Nella terjatuh dan mengge
"Hayo! Mbak Nella ngelamun lagi," goda Nessa seraya menepuk bahu Nella dari arah belakang.Nella sontak terkejut, namun ia mengatakan, "Enggak kok, emang siapa yang ngelamun? Aku lho lagi lihat Ibu itu." Menunjuk asal seorang ibu-ibu yang sedang berbelanja.Nessa mencebikkan bibirnya tidak percaya, sebab ia bukan anak kecil yang bisa dibohongi."Sudahlah Ness, jangan ganggu Mbak Nella, dia mungkin semalam tidak dapat jatah dari suaminya, jadi kelihatan kayak orang linglung gitu."Semua orang sontak tertawa mendengar candaan Bu Yanti, namun berbeda dengan Nella yang hanya tersenyum tipis menanggapi candaan Bu Yanti.Sebab, apa yang dikatakan Bu Yanti memang benar, Nella semalam memang tidak mendapat jatah batin dari Sugeng, dan bukan hanya semalam saja, namun sudah dari tiga bulan yang lalu Nella sudah jarang mendapat nafkah batin dari Sugeng.Awalnya Nella memang tidak mempermasalahkan, sebab ia mengira jika Sugeng kelelahan hingga ia tidak berminat melakukan hubungan suami istri.Nam
"Mas, kenapa kamu menamparku?!""Kenapa? Kamu bilang kenapa?" Lalu tiba-tiba saja Sugeng langsung merebut ponsel di tangan Winda."Ini, coba kamu lihat! Kamu sengaja ingin merusak rumah tanggaku ya?!" Menyodorkan ponsel tepat di depan wajah Winda, yang menampilkan sebuah pesan yang dikirim Winda ke nomornya Nella tadi."Lho, Mas. Memangnya kenapa? Aku kan hanya ingin titip rujak sama Mbak Nella, lalu apa salahnya?" "Kamu jangan sok polos, Winda! Kamu pikir aku tidak tahu akal busukmu itu! Kamu sengaja kan, ingin memberitahu Mbak mu tentang kehamilanmu ini?"Winda sekilas tampak terkejut, ia tidak menyangka jika Sugeng bisa mengetahui apa yang dipikirkannya, lebih tepatnya ia sedang sial karena ponselnya Nella ketinggalan di rumah."Huh, kenapa Mbak Nella nggak bawa HP nya sih? Kalau begini jadi rusak kan rencanaku," gerutu Winda dalam hati."Lebih baik sekarang kamu gugurkan anak ini, karena aku tidak mau punya anak denganmu!" sentak Sugeng seraya hendak menarik tangan Winda untuk me
"Nella, duduklah!"Nella menurut, lalu kemudian ia duduk di samping Bu Romlah."Nell, kamu dengerin Ibu baik-baik ya, dan kamu juga harus bersabar." Menghirup napas sejenak. "Winda hamil, dan lelaki yang menghamilinya adalah suamimu sendiri, dan kalau kamu ingin bukti, ini silakan kamu dengerin rekaman ini."Bu Romlah menyodorkan ponsel miliknya, namun Nella tidak mau menerimanya. "Terima kasih, Bu. Tapi, maaf itu tidak perlu, karena saya percaya dengan perkataan Bu Romlah."Mendengar itu, Sugeng sontak menghampiri Nella dan bersimpuh di kakinya. "Nell, tolong kamu dengerin penjelasan, Mas. Ini-ini semua tidak seperti yang kamu bayangkan, waktu itu aku dijebak sama adikmu!"Nella tidak merespon, ia hanya memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong, dan meskipun Nella sudah memperkirakan ini, namun ia tidak menyangka jika perselingkuhan suaminya kali ini hingga sampai membuat adik kandungnya sendiri hamil.Namun, yang lebih parahnya, kenapa adiknya tega mengkhianatinya juga?"Nell,
"Bu, Winda. Aku ingin bicara dengan kalian berdua," ujar Nella setelah semua orang sudah pulang ke rumah mereka masing-masing.Wati dan Winda yang sedari tadi asyik mengobrol seraya tertawa, mereka sontak menghentikan obrolan mereka dan kemudian memandang Nella bersamaan."Ada apa?" Entah hanya perasaan Nella saja atau bukan, namun suara Wati mulai terdengar tidak ramah di telinga Nella.Melihat akan ada yang tidak beres dengan pembicaraan di antara ibu dan anak itu, Sugeng yang sebenarnya malas berada di sini, ia terpaksa tetap duduk di tempatnya karena penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh mantan istrinya tersebut.Sedangkan Nella sendiri, ia tidak menghiraukan keberadaan Sugeng, ia akan membiarkan Sugeng melihat drama keluarganya karena Nella hanya menganggapnya sebagai benda mati."Aku tidak tahu apa yang aku pikirkan ini benar atau salah, tapi adanya Winda melakukan hal ini padaku, membuat aku merasa bahwa sepertinya kalian berdua memang sengaja ingin menyakitiku."Nella