19. KEANEHAN DEMI KEANEHAN (BAGIAN B)“Emmm, bilang sama Wak wedok, Aya baik-baik saja,” tulisku dengan cepat.Namun setelahnya, panggilan dari nomor Wak Lukman masuk. Dan dengan cepat aku langsung menggeser tombol hijau, setelahnya kekehan kecil keluar dari kedua belah bibirku karena mendengar suara Wak Ifah yang lembut.[Assalamualaikum, Nduk. Kamu baik-baik saja?] Sapanya di ujung sana.“Waalaikumsalam, Wak. Aya baik-baik saja, Alhamdulillah ….” kataku lembut.[Kalau ada apa-apa langsung ngomong ya, Nduk. Firasat Wawak tidak enak.] Katanya lagi, nada cemas langsung memasuki indera pendengaranku.“Pasti, dong! Memangnya Aya bisa mengadu ke siapa lagi? Cuma kalian yang Aya punya sekarang,” ujarku dengan sendu.[Hush, Kalau Bibimu mendengar kata-katamu dia pasti tersinggung.] Ucap Wak Ifah dengan cepat. [Nduk, kalau ada apa-apa hubungi Mas-Masmu. Kemarin Masyitah ngomong kalau Bobby dan Putra saat ini bekerja di salah satu perusahaan di kotamu. Kalau tidak salah namanya apa ya? Apa na
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU20. SERIGALA BERBULU DOMBA (BAGIAN A)~Aksara Ocean~“Beberapa hari ini, aku mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan! Dan aku harap itu semua adalah omong kosong belaka, Mas," desisku dengan nada mengancam."Maksud kamu apa, Dek?" tanya Mas Farhan dengan nada takut-takut."Mas pasti tahu maksudku apa," kataku lagi dengan santai. "Jangan macam-macam denganku, Mas!" lanjutku sambil menatapnya dengan dalam."D—dek, maksud kamu apa, sih?" katanya tergagap."Maksudku, kalau kamu punya pikiran buat mengkhianati aku … lebih baik buang jauh-jauh pikiran kamu itu,"ujarku dengan masih menatap wajahnya. "Karena aku tidak akan memaafkan hal itu!" kataku lagi dengan tegas."Ya Allah, Dek. Mana mungkin aku mengkhianati kamu," katanya dengan nada lembut. "Kamu tau kan? Aku itu cinta banget sama kamu," katanya lagi."Ya ya, aku cuma berharap kalau Abang itu jujur. Karena kalau tidak …." Ujarku dengan nada mengancam.Mas Farhan duduk diam
21. SERIGALA BERBULU DOMBA (BAGIAN B)Aku mengusap lengannya dengan penuh kasih sayang, bagaimanapun juga laki-laki ini adalah sosok yang sangat aku cintai, hingga saat ini. Yang masih aku sayang dengan sepenuh hati, aku mencintainya tanpa koma dan tanda tanya. Dialah imamku yang aku harapkan untuk seumur hidupku.Makanya, apa aku mampu jika dia tidak ada? Apa aku mampu menjalani hari-hariku tanpanya?Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan Mas? Apa benar kamu menghamili seorang wanita? Dan apakah benar kalau wanita itu adalah sahabatku sendiri?Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di otakku, namun aku akan menunggu waktu yang tepat untuk menguak semuanya. Dan aku harap, sampai saat itu tiba, aku sudah siap dengan konsekuensinya."Ehhhh, Mas cuma kecapekan, Dek," katanya sambil menatapku. "Bisa kita akhiri percakapan ini? Mas kangen banget sama kamu," katanya pelan.Ahhhh, tatapan itu lagi. Tatapan memuja dan penuh cinta. Bagaimana bisa, laki-laki sebucin ini tiba-tiba bermain api?
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU22. SERANGAN BALASAN DARI AYA (BAGIAN A)Aku melanjutkan perjalanan ku dengan tergesa menuju dapur, saat mendengar suara langkah kaki yang berderap seperti ingin keluar dari kamar tempat aku menguping tadi.Sesampainya di dapur, aku langsung mengambil piring dan menyendokkan nasi beserta lauk pauk ke dalamnya. Bertepatan dengan aku yang duduk di kursi untuk menikmati makananku, Tante Tari dan juga Tante Mira masuk ke dapur.Mereka terlihat sedikit tersentak saat melihat keberadaanku, namun aku hanya bersikap acuh dan dengan cuek mengunyah makanan ku dengan amat santai."Wah, wah, putri tidur sudah bangun ternyata. Lapar non?" tanya Tante Mira dengan penuh nada sindiran di dalam kalimat yang dikeluarkannya."Iya, Bik. Saya lapar," sahutku acuh."Heh, kamu anggap aku ini pembantumu, ya?" tanyanya dengan nada marah."Hah, kok begitu? Nggak begitu konsepnya, Bik. Aku nggak ada ngomong apa-apa, loh!" kataku santai."Jelas-jelas
23. SERANGAN BALASAN DARI AYA (BAGIAN B)"Itu! Kenapa kamu panggil aku Bibik, hah?" tanyanya lagi."Ish, kan udah aku jelasin tadi. Mau Bibik, mau Tante, artinya sama. Nggak ada bedanya!" kataku diplomatis."Dasar sialan! Dan jangan berani-beraninya kamu bilang, kalau aku ini fakir miskin. Mulutmu itu bahkan bisa aku beli!" katanya sambil berlalu dan menghentakkan kakinya dengan marah.Aku hanya mengerjap polos, namun di dalam hati sana aku menahan tawa sekuat-kuatnya. Aku merasakan kepuasan yang amat sangat karena bisa mengerjai Tante Mira.Rasakan! Syukur-syukur dia darah tinggi, kemudian stroke. Eh, Astaghfirullahaladzim, Aya! Aku kembali menambah makanan di piringku, rasanya perutku kembali lapar setelah berdebat dengan Tante Mira seperti tadi.Ternyata, sedikit melawan rasanya sangat menyenangkan. Ah, aku jadi menyesal! Kenapa tidak dari dulu aku menghajar mulut sampah Tante Mas Farhan itu.Sedangkan Tante Tari sendiri, terlihat sedang memainkan ponselnya dan masih tetap duduk
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU24. PERSELINGKUHAN LAINNYA (BAGIAN A)Aku berniat untuk naik kembali ke kamar, namun di tengah perjalanan aku dikejutkan oleh kehadiran Tasya yang keluar dari kamar mandi.Serupa dengan reaksiku, Tasya juga terlihat amat terkejut dengan kehadiranku. Dia tersentak kaget, dan terlihat tidak nyaman dengan keadaan ini."E—eh, mau ke mana, M—mbak?" tanyanya tergagap.Aku menaikkan alisku, penasaran dengan reaksinya yang terlihat sangat aneh. Namun tak lama kemudian aku langsung tersentak kaget, karena dari dalam kamar mandi tiba-tiba keluar Om Rama.Wajahnya pucat pasi, dan menatapku dengan takut-takut. Aku menaikkan alis, meminta penjelasan pada mereka secara tidak langsung."Ngapain kalian berdua di dalam kamar mandi?" tanyaku dengan tatapan yang mengintimidasi."Ka—kami nggak ngapain-ngapain, Mbak," sahut Tasya gugup."A—aya, kamu jangan punya pikiran yang macam-macam, ya," ujar Om Rama menimpali ucapan Tasya."I—iya, Mbak, O
25. PERSELINGKUHAN LAINNYA (BAGIAN B)Aku sudah terbiasa berbohong dan mengelak, tapi memang di depan Mbak Aya aku langsung blank dan juga tidak bisa banyak bicara.Aura Kakak Iparku itu semenjak pulang dari Pekanbaru terasa berbeda, lebih kuat, dan juga tegas, aku semakin segan padanya.Sial, begini saja aku sudah takut padanya. Bagaimana lagi jika ketahuan kalau kami membohonginya selama ini? Bisa habis aku dibuatnya."Oh, Tante kira kamu manggil Om kamu dengan sebutan Mas," balas Tante Mira cuek."Ya nggak lah," jawabku enteng."Bagus deh, kamu harus ingat. Walau Om kamu usianya masih muda, tapi dia adalah suami Tante. Jadi kamu harus menghormati dia," kata Tante Mira lagi."Ya ampun, Tan. Nggak usah di ulang-ulang juga deh, aku bahkan hafal sama kata-kata Tante sangking seringnya diulang," balasku sambil memutar bola mata.Tante Mira hanya terkekeh dan mencium pipi Mas Rama dengan mesra, ah sial!Aku kesal sekali melihatnya, jijik rasanya. Apalagi saat Mas Rama membalas ciuman Tan
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU26. MULAI TERKUAK (BAGIAN A)POV SAYAKAAku bisa melihat tubuh Tasya tiba-tiba menegang, tidak bisa di pungkiri dia pasti merasa kaget dengan pertanyaan yang baru saja aku lontarkan.Lucu rasanya saat melihat gadis yang berani berselingkuh dengan suami dari Tantenya sendiri, saat ini ketakutan karena pertanyaanku.Aku benar-benar tidak mengenali keluarga suamiku sendiri, mereka seperti orang yang berbeda. Terlalu banyak rahasia yang selama ini mereka sembunyikan.Kedepannya, entah rahasia apa lagi yang akan terkuak. Entah bangkai apalagi yang akan tercium.Wajah Tasya yang memucat membuat aku terkekeh kecil, wajah cantiknya tidak cocok saat memancarkan aura ketakutan. Karena bagiku wajah cantik adik iparku itu lebih cocok memancarkan aura bahagia dan juga ceria."Ayo jawab, Mbak nunggu, loh," kataku lagi.Masih dengan nada yang sama, masih dengan senyum yang sama. Dan aku juga mendapat reaksi yang sama dari Tasya, wajahnya