"Bukan seperti itu, kenapa kamu harus memakai nama lain? Sama saja kamu telah membohongiku."Jenny mendekatkan wajahnya, menatap Adam dengan tatapan tak biasa. "Aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh, selama ini kita hanya berhubungan sebagai rekan bisnis."Adam tidak merespon bahkan ia memalingkan wajahnya.Kembali Jenny melanjutkan ucapannya, "Aku tahu, semenjak acara pada malam itu, kamu tidak akan mau bertemu kembali denganku.""Lantas?" Adam menaikkan alisnya."Ya aku hanya berusaha mengikuti perintah orang tua kita," jawab Jenny, kali ini wanita itu sangat gugup menghadapi Adam, tidak seperti sebelumnya."Maaf Jenny, jika siang ini kita hanya membicarakan tentang perjodohan itu--lebih baik aku pergi! Karena percuma, sekuat apapun kalian berusaha, aku tetap pada pendirianku, aku bisa mencari pilihanku sendiri!" Adam berdiri dan berniat meninggalkan Jenny--gegas wanita itu menarik tangannya tidak biarkan Adam pergi."Oke, baiklah, tidak akan aku lanjutkan pembahasan itu. Duduklah k
Pria itu menarik tangan Aisyah, sampai berhenti di tepi kolam."Untuk apa kamu seret saya kesini, Tuan?" Aisyah ketakutan--dalam pikirannya, sebuah bayangan buruk Adam mendorong tubuhnya masuk kedalam kolam."Aku sudah tidak bisa sabar, Aisyah! Rasanya kali ini aku ingin membunuhmu! Biar dendam ini segera terlampiaskan!" Kemurkaan Adam terlihat hingga wajah putihnya menjadi merah.Aisyah menggeleng kepala, "Tidak! Tolong jangan lakukan itu, Adam! Percayalah padaku! Bukan aku pelakunya! Astaghfirullah ... Ya Allah tolonglah hambamu.""Aku tidak bisa mempercayai ucapan wanita munafik sepertimu! Percuma hijab menutupi tubuhmu! Tapi kejahatan sudah membalut hati dan pikiranmu!" teriak Adam, tanpa berpikir panjang Adam mendorong tubuh Aisyah masuk kedalam kolam."Rasakan kau, Aisyah! Kau akan mati!" teriak Adam lantang. Adam memperhatikan kedua tangan Aisyah diatas permukaan air--melambai-lambai dengan suara samar tidak terdengar jelas. Seperti air sudah menuju rongga mulutnya."Tolong!
"Kau bodoh ya, sudah tahu itu mukena! Masih bertanya itu apa? Cepat aku kedinginan, butuh sesuatu untuk menghangatkan tubuhku!" "Masya Allah ... Benarkah ini mukena untukku? Terimakasih banyak Tuan Adam, saya sangat menghargai pemberian ini." Aisyah masih tidak percaya dengan apa yang diberikan Adam padanya.Adam sempat berdehem, hanya itu saja responnya."Sudah sudah ... Berhenti berkata, dan cepat berganti pakaian segera!" perintahnya.Aisyah tidak bisa membendung kebahagiaannya, sampai ia memutuskan berlari mendekati Adam dan memeluknya erat.Deg! Deg!Tubuh Adam mulai membeku, hampir menjadi patung hidup sekarang. Apa lagi botol jin miliknya meronta tidak menentu, ingin lepas entah kemana lalu berlabuh.Mana sesuatu mengganjal di dada Aisyah menempel di dada bidang Adam, membuatnya ingin melakukan sesuatu yang halal untuk pasangan suami istri.Sebagai pria normal ia tidak bisa lepas pandang dari lekuk tubuh Aisyah yang terlihat indah, apa lagi pakaian yang basah telah menunjukkan
Aisyah bergegas membuka pintu gerbang, berpikir mungkin Adam telah pulang, tapi nyatanya tidak, seorang wanita berdiri membelakanginya. Tidak menyangka akan kedatangan seorang tamu, "Selamat sore, Kak," sapa Aisyah dengan senyum merekahnya.Wanita itu membalik tubuhnya--kini wajahnya terlihat jelas dikedua mata mata Aisyah.Keduanya sama terkejutnya melihat siapa yang mereka lihat dihadapan mereka."Kak Jenny?" Aisyah membenarkan penglihatannya. Seketika pikirannya kembali mengingat bayangan wanita itu yang telah menjebloskan dirinya kedalam penjara. Sudah beberapa bulan lamanya tidak bertemu dengan wanita itu.Aisyah berusaha menghilangkan sakit hati itu--melupakan semua yang pernah diperbuat terhadapnya. Bacaan istighfar seketika ia lafadz-kan dalam hati. Ketakutan kini mencuat kembali setelah melihat wajah itu.Aisyah mengatur nafasnya, agar terlihat lebih tenang, menghembuskannya perlahan."Bagaimana kau bisa disini, wanita pembunuh?" Jenny melihat Aisyah dari atas sampai bawah
Sepintas Adam melihat Aisyah berjalan di depan kamar, satu ide kembali muncul di pikirannya. Ia buru-buru memeluk tubuh Jenny dan berkata "Sayang layani aku saat ini--aku membutuhkan tubuhmu!""Hah? Aku gak salah dengar?" Wanita yang ada dalam pelukan Adam terkejut sekaligus senang, deretan giginya terlihat rapi.Sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan Jenny--wanita itu berniat merayakannya. Tidak perlu berupaya keras mendapatkan pria itu.Hanya dengan menjentikkan jari, semua dapat dikuasainya.Bagaimana mungkin seorang Jenny dapat ditolak pria? Tidak mungkin ... Bahkan pria banyak yang ingin mendapatkannya, begitu pikirnya."Tidak Sayang, mari kita lakukan sekarang! Aku sudah tidak tahan ingin menikmatinya." Adam serta merta menjatuhkan tubuh Jenny--menangkapnya dengan lengan kekarnya. Pria itu menggendong tubuh Jenny yang mengenakan pakaian minim bahan masuk ke dalam kamarnya. "Ahh ... kau sangat romantis Sayang ..." Gelak tawa terdengar manis dipendengaran mereka sendiri.
Mendengar ucapan Adam baru saja membuat jiwanya tergugah, ia berdiri, berjalan mendekati Adam lalu melayangkan sebuah tamparan.Plak!"Rasakan itu!" ucap Jenny dengan intonasi tinggi.Adam membutuhkan wanita ini untuk menghancurkan Aisyah--lekas ia menarik tangannya yang akan beranjak pergi dari sana. Dengan terpaksa pria itu memeluknya erat. "Aku minta maaf untuk hari ini, Jenny. Mau kan kamu memaafkan-ku? Please ... demi hubungan kerjasama kita."Nafas kasar baru dihembuskan oleh Jenny, terasa hangat di pundak Adam. "Akan ku pikirkan kembali nanti," jawabnya datar, Adam merenggangkan pelukannya dan menatap wajah Jenny tajam."Serius?" tanya Adam meyakinkan ucapannya.Jenny hanya mengangguk saja tanpa menjawab, tidak ada ekspresi apapun dari wajahnya. Adam senang tidak perlu banyak berdebat tentang itu."Aku ingin pulang." Wanita itu lekas meraih tas selempang kecil miliknya dan menggantungkan salah satu di bahunya."Aku antar kedepan!" Adam memberikan penawaran, sekali lagi Jenny
Adam menenggelamkan wajahnya di atas bantal, dan melanjutkan kegiatan senyum tanpa kejelasan itu. "Dasar Aisyah! Wanita hina yang ku rindukan!! Ralat!! Tidak!! Aku sudah gila!!" teriaknya dalam hati.Adam bangun, lalu mengacak rambutnya, kesal dengan sikapnya tadi, seharusnya ia tidak menerimanya? Apa yang terjadi? Tubuhnya telah berkhianat, membuatnya seperti orang tak punya pendirian. Menjatuhkan tubuhnya ke lantai, menyandarkannya di dinding tepi ranjang, bayangan yang indah pada beberapa menit lalu membuatnya tersenyum kembali."Tidak Aisyah! Kamu harus tanggung jawab!! Bagaimana kamu memporak-porandakan pikiranku! Kamu wanita hina kejam! Aku benci padamu, Aisyah!!" Kepalanya di letakkan diatas dua lutut yang ditekuk-nya, beberapa saat diangkatnya kembali.Adam meraba bibirnya dari sudut kanan ke sudut kiri, sangat hangat sentuhan bibir Aisyah--hingga tidak dapat dilupakan."Aku sangat lapar!! Tapi aku sangat malu bertemu kembali dengan wajahnya!" racau Adam hampir frustasi.
Malam itu entah keberanian dari mana, Aisyah menggandeng tangan Adam untuk segera pergi. Adam hanya melihat dengan wajah senang wanita itu menarik tangannya untuk pergi bersamanya."Sadar Adam!!!" batin Adam bergemuruh."Tunggu, aku mengambil kontak mobil sebentar!" Adam melepaskan genggaman tangan Aisyah.Aisyah malah memegang erat tangan Adam menahannya seraya berkata, "Kita tidak perlu mengeluarkan mobilmu dari bagasi. Karena tempatnya tidak jauh. Kira cukup jalan kaki saja.""Baiklah."Ditengah perjalanan, Adam mengeluh."Berapa lama lagi kita akan sampai? Kakiku sudah tidak kuat berjalan!!" dua sungut di kepala Adam muncul. Kepalanya hampir terasa panas sekarang.Ingin marah tapi tenaganya sudah habis."Sabar, Tuan. Baru juga beberapa menit kita berjalan? Anda sudah mengeluh lelah. Tidak sepadan dengan tubuh Anda yang besar dengan otot-otot yang kekar," kata Aisyah berniat mencemoohnya."Apa kau bilang?" tanya Adam penuh tekanan. "Ah, malam ini aku tidak ingin berdebat. Tenagaku