Di ruang usaha gawat darurat, dokter melakukan segala upaya demi memenuhi permintaan Exel. Pebisnis muda itu membayar berapapun asal para tim medis terbaik bisa menyelamatkannya. Meski yang di tugaskan mustahil untuk di penuhi.Seorang diri, pria dengan noda darah kering di pakaiannya itu duduk lemas. Menunduk, menutup wajah dengan ke dua tangannya. "Beyza, aku mencintaimu. Kau pasti menginginkan ucapan ini keluar dari mulutku, bukan?! Maafkan aku yang tidak bisa membahagiakan kamu.".Dari kejauhan, terlihat Gerald berjalan tergesa menuju ke arah Exel. Ia menyadarkan Exel. Pria itu membuka tangan dan melihat Paman Gerald duduk dengan wajah pilu.Menepuk bahu Exel pelan. Bibirnya bergetar. Exel masih menunggu pria tua itu bicara. "Xel—"Terdengar ia membuang napas berat. Lalu melanjutkan ucapannya yang tersendat. "Adikmu —"Tidak ingin berpikir buruk. Exel tetap sabar menunggu pria itu melanjutkan ucapannya. "Aslan ... Aslan tidak dapat di selamatkan—"Menunduk pilu, "Aslan Adikku
Brak!!!Telapak tangan yang memiliki tenaga kuat itu menghentak meja. Sorot mata tajamnya menelisik tiga pegawainya yang tidak becus dalam menjalankan pekerjaan yang diamanatkan.Ia mengacungkan satu jarinya; bergerak perlahan, menunjuk satu persatu mereka yang bergidik takut. Mereka menundukkan kepala. Takut-takut salah satu dari mereka di berhentikan hari itu juga."Kalian tahu, karena kebodohan kalian, perusahaan banyak merugi??" Ia berbicara dengan menunjukkan deretan giginya. Bukan tawa, malah dua netra itu memberikan arti jika atasan mereka ingin memakannya hidup-hidup.Bug!Tiga buah map coklat dijatuhkan kemeja, terlihat sebagian isinya semburat keluar karena tidak di rekat. Lembar sedikit tebal--yang entah tidak dapat di prediksikan berapa nominalnya.Mereka sempat melihat namun tidak satu pun tergiur. Karena tumpuk uang dalam map tersebut dapat dipastikan adalah; uang terakhir yang mereka terima dari perusahaan ini."Hari ini, adalah hari terakhir kalian bekerja!! Ambil ini,
Dalam perjalanan tak sengaja kuda bermesin miliknya menabrak seseorang. Hingga ia menghentikan mobil itu secara mendadak. Karena panik, cepat ia keluar dan memastikan keadaannya."Sial! Siapa menyebrang tanpa melihat jalan!!? Apa sudah bosan hidup!?" gerutunya segera membuka pintu mobil, turun dan berjalan menuju depan mobil. Terlihat disana seorang wanita dengan kedua kaki ditekuk; ia menekan kuat lututnya yang berdarah. Mengenakan rok berwarna merah muda selaras dengan jasnya."Apa kau sudah bosan hidup!? Hingga sengaja menabrakkan diri ke mobilku?! Untung saja mobilku tidak lecet!!" Ucapan Exel seolah mengejutkan, wanita itu cepat menoleh ke arahannya."Hai orang kaya tidak memiliki perasaan!! Yang harusnya di salahkan adalah Anda!! Menyetir mobil tanpa melihat depan!! Dan ini malah mencemaskan keadaan mobilnya. Bukannya saya!? Heran, dimana sebenarnya otak Anda!!" sungutnya tidak terima.Exel berjalan maju dan mendorong kepalanya kesal. Dalam keadaan seperti itu, ia masih saja bi
Keduanya mendengar suara bel pintu masuk berbunyi. Beberapa menit kemudian asisten rumah tangga datang memberi informasi jika perawat Aisyah sudah datang."Suruh dia masuk!!" titah Adam."Baik, Tuan."Kedua pria yang masih berdiri ditempat semula, melihat wanita memakai rok dibawah lutut dengan berjalan sedikit pincang. Jantung Exel berdebar. Sepertinya Dewi Fortuna tidak berpihak padanya saat ini. Yang dipikirkan sepertinya benar adalah. Belum melihat wajahnya saja ia sudah merinding aneh. Matanya mengekor dari ujung kaki ke atas sampai terlihat wajahnya.'Astaga!!'Bersamaan gadis itu juga memperhatikan Exel dengan sorot mata membunuh. 'Sialan!! Tatapan matanya sudah seperti iblis betina!!'Wanita itu menjulurkan tangan ke arah Adam, mereka berjabat tangan. Seraya mengenalkan namanya. "Anne." Lalu berpindah ke arah Adam. Betapa terkejutnya gadis itu melihat pria di hadapannya."Anda?!" sapanya dengan menunjuk Exel.Berusaha menjaga wibawanya. Exel berusaha tetap tenang. Menyilangk
"Anda tidak perlu banyak bertanya, sekarang antar saya menuju dapur. Karena harus memasak bubur untuk Mama Anda." Anne bersikap tegas.Exel membuang nafas kasar dan pada akhirnya menunjukkan tempat dapur itu berada."Tuh!! Di sana, semua keperluan bahan kau tinggal cari di lemari pendingin dan lemari bahan. Cari sendiri, jangan manja!!" ucap Exel beralih pergi meninggalkan Anne bekerja sendiri."Dasar pria ketus!! Biar saja jika dia kejam terus, wanita bakal lari ketakutan. Jadi bujang lapuk seumur hidup."Tanpa diketahui, Exel belum pergi dari sana. Suara Anne jelas terdengar oleh pendengaran. Ia berbalik arah."Apa yang kau katakan tadi?!" tanya Exel dengan melipat tangan di pinggang.Wanita itu hanya nyengir. "Tidak, Anda hanya salah dengar." Menarik sudut bibirnya kesamping. Melupakan pria itu, dan mencoba mengalihkan pandangan mencari bahan yang akan di masaknya."Aku ragu, sebenarnya Anda ini seorang perawat, atau hanya wanita yang sedang berpura-pura menyamar menjadi perawat,
"Apa yang Anda katakan!?" tanya Anne dengan mengerutkan kening."Kau jangan bercanda Xel!!" Ivanna merasa pria itu hanya main-main.Anne yang merasa masih memiliki tanggungjawab terhadap pasien segera mengatakan, "Kita bicara di luar, Nyonya Aisyah baru saja tertidur, jangan sampai membangunkannya."Exel lekas menarik tangan Anne, meski gadis itu berusaha menolak. Membuat Ivanna cemburu dan sakit hati."Lepas!" "Diamlah!! Atau aku tidak akan memperpanjang masa kerjamu!!" gertak Exel, terlihat sekali pria dingin sedingin kulkas itu memasang wajah manis. Hampir-hampir Anne mual melihatnya.Ivanna berjalan lebih dulu, dan berhenti di ruang tamu. "Cepat jelaskan padaku, siapa wanita ini, Xel?!" Wanita itu mendaratkan bobotnya di atas sofa panjang. Begitu pula dengan Exel dan Anne. Saat Anne duduk, pria itu pun duduk di sebelah Anne. Bahkan sangat dekat sekali. Sorot mata Ivanna menatap benci pada keduanya. Apa lagi melihat wajah lugu Anne yang memuakkan."Ivanna, seperti yang sudah aku
Anne tanpa sadar menangkap bola mata Exel yang memperhatikannya. "Tuan?! Kenapa Anda melihat saya seperti itu?!"Sontak Exel harus mencari alasan untuk mengelak. "Apa, aku tak dengar? Memperhatikan mu?! Emang siapa kamu?! Penting gitu aku memperhatikan?!" ucapnya sedikit ketus.Pria itu melihat sudut bibir Anne mengkerut seakan tidak percaya. "Kenapa dengan mulutmu itu!?" tanya Exel dengan raut muka makin kesal."Tidak Tuan. Ya, saya percaya kok." Tanpa di sadari Exel merasa senang dengan perhatian gadis ini. 'Sial. Baru juga kenal gadis menyebalkan ini, kenapa aku jadi senang diperlakukan seperti ini. Ini bukan aku, aku bahkan tidak bisa mengontrol detak jantung ku saat tangannya menyentuh keningku. Hm ... Jika dia macam-macam aku tidak segan untuk menghentikan nya—"Gegas ia mendorong tangan Anne. "Sudah-sudah!! Aku tidak apa-apa. Ini membuang waktu berhargaku." Pria itu berdiri dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih."Dasar pria aneh!! Di bantu bukannya mengucapkan
[Aku ingin kamu dan keluargamu hancur, Xel!!] ucapnya dengan nada tinggi. Terdengar ia berbicara dengan intonasi tidak seperti biasanya.[Wanita iblis kamu, Ivanna!!] [Haha ... aku akan melakukan segala cara agar kamu bersatu dengan ku, Xel. Apapun!!][Dasar licik!!][Bagaimana?? Apa kamu biarkan perusahaan mu hancur begitu saja? Jika kamu sudah jatuh miskin, mungkin keluargamu akan berlutut meminta bantuan ku. Haha. Kamu mau seperti itu bukan?!][Tidak akan, Ivanna!!][Tidak ada pilihan lain, kamu harus mengambil keputusan sekarang!! Sebelum keluargamu benar-benar hancur!!]Exel gegas mengakhiri panggilannya. Telinganya panas mendengar ucapannya yang memuakkan."Dasar wanita durjana!!"Sesampainya di perusahaan, ia berjalan masuk melewati pintu utama bersamaan dengan Adam."Papa? Cepat sekali Papa sampai?!""Ya, Papa tidak ingin terlambat ke kantor. Kita harus bisa mencari cara agar investor kembali bekerja sama dengan perusahaan kita.""Ya, Pa." Saat sampai di ruang manager ia ma