ISTRI PERTAMA SUAMIKU 18Aku menatap pesan Siska di layar ponselku. Sesungguhnya, aku tak lagi ingin berhubungan dengannya mengingat dialah yang mengajakku terjun ke dunia ini. Tapi disini aku tak punya siapa-siapa. Aku tak mungkin terus menerus merepotkan Mbak Laras. Apalagi jika Cintya sampai tahu Mamanya masih membantuku, hubungan harmonis antara anak dan ibu bisa saja hancur. Aku pernah jadi pelakor, cukup itu saja, aku tak lagi ingin jadi benalu.(Siska, tolong bantu aku.)Pesanku langsung dibacanya.(Bantu apa?)(Carikan aku pekerjaan Sis. Gak apa apa jadi SPG lagi kayak dulu.)Lama tak ada balasan darinya, padahal pesanku sudah biru. Aku mendesah, lalu masuk ke kamar mandi. Kamar mandinya kecil tapi bersih dan rapi. Peralatan mandi yang masih baru berjejer di rak. Meski hanya ada shower kecil disana, tentu saja ini jauh lebih mewah daripada kamar mandiku di kampung ataupun di kostan dulu. Tidak ada air hangat, jadi lekas kuselesaikan mandiku, menyambar handuk putih yang tersedi
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 19PoV LARAS"Cintya!"Aku menahan bahunya sekuat mungkin. Cintya menghentikan langkah, berbalik menatapku. Dapat kulihat bagaimana keterkejutan di matanya timbul melihat air mata yang menetes di pipi. Air mata yang tak dapat kutahan lagi."Mama?""Jangan pergi Nak. Ini sudah malam. Kau baru saja tiba dari perjalanan jauh. Tenanglah, Mama sudah mengatasi ini semua.""Aku hanya ingin bertemu Papa dan bertanya mengapa dia tega melakukan ini pada Mama."Suaranya bergetar. Aku tahu dia menahan emosinya sekuat tenaga. Kuraih tubuhnya dalam pelukan. Cintya yang keras kepala, akan luluh dengan mudah oleh pelukanku. Sejak dulu, dia memang begitu.Perlahan, tubuhnya yang tadi menegang terasa mengendur. Kubawa gadisku duduk di sofa."Mama tidak usah khawatir. Aku bisa jaga diri."Aku tersenyum."Mama tahu Nak. Tapi bolehkah Mama menghabiskan malam ini bersamamu? Disini, Mama hanya punya kau dan Denish. Sementara Denish masih kecil dan belum mengerti arti perpisahan."Cinty
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 20"Sepertinya kalian berdua harus dihajar dulu sampai pingsan supaya tahu sedang berurusan dengan siapa."Aku refleks menarik tangan Cintya yang masih membungkuk sambil memegangi perutnya. Gadis itu terbatuk-batuk, tekanan kuat tubuh Renata yang sintal tentu sangat menyakitkan buatnya. Tubuh Cintya bahkan lebih mungil dariku.Cintya terkejut ketika aku maju dan menjadikan diriku tameng baginya. Sementara Renata tertawa melihatku."Wow, keren! Pelakor yang sudah dicampakkan ke tempat sampah rupanya mulai cari muka.""Berhenti menyakiti Cintya Renata. Dia masih anak-anak.",Aku sudah dewasa!" Cintya malah membentakku. Dia berusaha menguak tubuhku. Namun aku bertahan, tak kubiarkan Cintya menjadi sasaran empuk bagi perempuan sakit jiwa ini.Renata tertawa makin keras. Jarak kami tinggal beberapa langkah saja. Aku mundur, mendorong tubuh Cintya sambil berhitung, bisakah aku menghadapi perempuan ini sendirian. Rasanya aku sudah lupa jurus bela diri yang pernah kupela
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 21"Livia, apa yang sebenarnya terjadi tadi? Cintya kecelakaan!"Aku terkejut bukan main. Ingatanku melayang pada gadis itu, yang menyetir mobil dengan kecepatan tinggi sambil menangis, membawa luka hati yang parah. Mas Dany, cinta pertama baginya, nyata berselingkuh dan mengkhianati sang Mama, orang yang paling penting dalam hidupnya. Membayangkan hal itu saja, hatiku ikut terasa sakit."Aku… seperti yang aku ceritakan tadi Adam." Ujarku.Tapi rupanya telepon telah ditutup. Aku panik. Kemana harus kutemui mereka? Ada banyak rumah sakit di kota ini. Gegas aku menelepon kembali Adam. Setelah beberapa kali tak diangkat, aku tak putus asa. Pada telepon yang kelima, barulah dia mengangkat teleponku."Halo? Ada apa? Kau ini gak tahu orang sibuk ya?!" Bentaknya. Terdengar suara suara riuh. Sepertinya dia telah tiba di rumah sakit."Cintya dibawa ke rumah sakit mana?""Rumah Sakit Panti Asih. Sudah jangan tanya lagi!"Dan telepon kembali ditutup. Aku menghela nafas, sepe
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 22Aku terbangun di suatu pagi yang dingin, dimana titik-titik gerimis tampak di balik kaca jendela. Suara dengung AC membuatku ingin sekali menarik selimut hingga ke kepala, seperti yang dulu sering kulakukan di rumah. Rumahku terletak di kaki gunung yang dingin, tiga jam perjalanan dari pusat kota Bandar Lampung, dimana sayur sayuran menjadi pusat kehidupan dan penghidupan bagi masyarakatnya. Di kampung halaman yang aku cintai itu, aku lahir dan dibesarkan. Lalu, aku merantau ke kota ini, terjerumus di lembah nista karena imanku tak cukup kuat melihat godaan barang mewah dan kehidupan bergelimang harta. Kemudian, keinginan agar adikku tak mengalami nasib sama, menjadi pembenaran semua kesalahan yang kulakukan."Tenanglah Bu, sebentar lagi dia akan bangun. Dia hanya pingsan karena lemas setelah donor.""Bukankah sudah aku bilang, jangan memaksakan diri? Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Livia? Apa yang harus kukatakan pada keluarganya?""Dia akan baik-baik sa
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 23"Apa yang kau lakukan disini Livia?"Aku menahan nafas menatap wajah tampan lelaki yang pernah kucintai sepenuh hati. Dulu, awalnya aku memang hanya menginginkan hartanya. Tapi seiring berjalannya waktu, rasa cinta itu tumbuh subur. Sikapnya yang lembut dan penuh perhatian telah meluluhkan hatiku. Tapi sejak kemarin, kala dia mendorongku dan menyebabkan anak dalam kandunganku tiada, setitik rasa benci mulai muncul. Dan ketika dia diam saja menonton Renata menyiksaku, rasa benciku memuncak padanya. Benarlah pepatah yang mengatakan bahwa perbedaan antara cinta dan benci itu setipis kulit ari."Bukan urusanmu." Aku melangkah hendak meninggalkannya. Melihatnya hatiku terasa sakit sekali. Tapi tangan Mas Dany terulur seketika, mencengkaram bahuku kuat-kuat. "Jangan pergi kalau aku mengajakmu bicara."Aku menatapnya."Kau tak punya hak lagi memberi perintah padaku. Kita sudah bercerai."Sebuah senyum tersungging di bibirnya. Senyum mengejek yang membuatku ingin sek
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 24PoV DANYMempunyai banyak wanita cantik bukan obsesi dalam hidupku. Laras adalah istri yang sempurna, cantik dan kaya raya. Tapi ketika isi rekeningku meluap dan beberapa gadis muda mendekat, aku mulai berpikir, mengapa aku tak mencoba petualangan baru? Laras mulai menua, usianya kini empat puluh tahun. Meski dia tetap cantik dan awet muda, tapi tak bisa dipungkiri tubuhnya telah berubah. Kulitnya tak lagi kencang, otot-ototnya tak begitu mencengkram. Sementara aku, di usiaku yang empat puluh lima tahun, nyatanya makin garang. Aku terbiasa fitness sehingga gerakanku tangkas dan tubuhku penuh vitalitas. Meski Laras masih bisa mengimbangiku di tempat tidur, tetap saja, berpetualang dengan gadis gadis muda yang bergelora terasa sangat menantang.Lalu Livia hadir. Salah satu SPG rokok yang kebetulan kutemui di acara gathering. Wajah cantik dan polosnya yang malu malu membuatku gemas dan penasaran. Apalagi rambut hitam panjang punggung yang kerap dia ikat tinggi ti
ISTRI PERTAMA SUAMIKU 25PoV DANYAku menatap pemuda itu dengan amarah yang menggelegak. Sejak dulu aku tahu dia adalah asisten pribadi dan orang kepercayaan Laras. Di kantor Beta, posisinya tak jelas, tapi dia punya kuasa untuk masuk ruangan mana saja seolah olah dialah pemilik perusahaan. Dia adalah secuil duri dalam rasa nyamanku."Pergi Adam. Kau tidak berhak ikut campur dalam urusan ini." Ujarku dingin.Adam menatapku, tapi tak beranjak selangkah pun. Sial*n, tatapan matanya terasa mengintimidasi, tak secuilpun tersirat rasa hormat disana. Geram, kutarik kerah kaus lengan panjangnya. "Turuti perintahku brengs*k!"Pemuda itu diam saja, lalu tangannya yang kekar menarik tanganku dari kerah kausnya. Aku terkejut merasakan tenaganya yang besar. Tanganku terlepas dengan mudah. Justru aku terhuyung sedikit akibat lepasnya tanganku dari sana."Maaf Pak. Saya bekerja pada Bu Laras. Bukan pada anda."Laras tampak menahan nafas melihat perseteruan kami. Denish yang merasakan suasana meneg