Pada akhirnya Anin mau menemani mertuanya bertemu dengan Aaira, mereka memilih untuk bertemu di hari Minggu. Selain karena wanita itu libur, Albanna juga bisa ditinggal bersama papanya.
Lina memilih untuk bertemu disebuah restoran menjelang makan siang. Dia sengaja tidak memilih private room karena ingin suasananya lebih santai antara dia dan kedua wanita yang memiliki hubungan dengan kedua putranya.
Anin dan mertuanya sampai di restoran tersebut menjelang jam sebelas siang, tidak lama kemudian Aaira juga datang dan langsung menuju tempat dimana Anin dan mertuanya duduk.
Dalam pandangan Anin, wanita yang bernama Aaira itu cukup sempurna. Pantas saja Kevin bisa tertarik dengannya. Wajahnya terlihat polos dan manis, namun dari gaya berpakaian dan body language-nya terlihat smart. Rambutnya yang panjang dan lurus di kuncir kuda, dengan memakai dress dengan panjang sedikit dibawah lutut membuat
"Enggak serius kok ma, cuma berbincang biasa aja," sahut Anin."Mama sudah dari tadi selesai dari toilet?" lanjutnya bertanya."Enggak, mama baru datang. Kalian serius sekali sampai gak tahu mama sudah disini," jawab Lina."Kalian baru bertemu sudah terlihat akrab, mama harap begitu seterusnya."Obrolan mereka kembali terjadi secara random, setelah itu pada akhirnya mereka memutuskan untuk pulang kembali karena waktu sudah lewat tengah hari."Kapan-kapan jika kamu libur mama akan ke rumah," ucap Lina pada Aaira.Mereka tengah menunggu supir yang akan menjemput Anin dan mertuanya."Baik, ajak serta mbak Anin dan anaknya biar bisa main dengan Thalia," sahut Aaira sambil memandang pada AninAnin membalasnya dengan anggukan kecil."Mau sekalian bareng?" Lina menawarkan tumpangan saat mobil mereka sudah datang."Tidak perlu, saya naik taksi saja. Pasti kalian akan kerepotan jika mampir kesana
Selepas isya, Evan beserta anak dan istrinya bercengkrama sambil menemani Albanna bermain puzzle."Mas, Meysha ingin kita jalan-jalan dan liburan bersama. Menginap di Villa misalnya. Bagaimana menurut?" tanya Anin membuka percakapan dengan suaminya."Boleh juga tuh, sejak menikah kita belum pergi kemanapun. Kita bisa liburan bersama dengan Meysha dan Fajar sekaligus, sepertinya menyenangkan. Kapan kalian ingin pergi?" tanya Evan."Nanti coba diomongin lagi sama Meysha deh kalau gitu," sahut Anin."Kapan Albanna punya adik?" celetuk Albanna tiba-tiba.Anin dan Evan berpandangan, kenapa tiba-tiba bocah itu ingin memiliki adik."Kenapa Albanna ingin adik?" tanya Anin."Karena Al sudah besar dan ingin punya teman bermain," jawab Albanna."Berdoa sama Allah ya, minta padaNya supaya Albanna cepat punya adik," t
Aaira segera pergi ke restoran sesuai keinginan Kevin, tepat setelah dia masuk kedalam dan sibuk mencari sosok laki-laki itu, datang seorang pelayan yang kemudian membawanya ke sebuah privat room.Sesampainya di ruangan pribadi itu, Kevin sudah menunggunya dengan santai dan dengan hidangan yang sudah tersedia."Gimana kabarmu?" Kevin mengulangi pertanyaan yang sama seperti yang dia tanyakan saat di kantor tadi pagi."Aku baik-baik saja, papamu sudah menjagaku dan putriku dengan baik," jawab Aaira yang sudah duduk sempurna dihadapan Kevin. Mereka dipisahkan oleh meja yang sudah terisi dengan beberapa menu."Mungkin suatu saat aku bisa mengambilnya dari kalian semua, biar beliau hanya menjaga kami saja. Aku ingin tahu gimana kalian merasakan rumah tangga yang rusak," lanjutnya.Aaira berkata dengan santai, menatap kearah Kevin. Ingin melihat reaksinya bagaimana jika ay
Fajar memeluk dengan erat pinggang istrinya sambil menciumi rambutnya yang sudah terbuka tanpa hijab."Mas, apa tidak apa-apa jika kita melakukan ini?" tanya Meysha pada sang suami."Tidak apa-apa, aku akan melakukannya dengan perlahan. Mana mungkin aku akan menyakiti calon buah hati kita," sahut Fajar.Dikecupnya kening Meysha dengan penuh kelembutan. Setelah selesai sarapan pagi, Fajar menarik tangan Meysha ke kamar mereka. Suasana pegunungan yang sejuk dan tenang membuat hasratnya bergejolak di pagi hari.Apalagi sejak satu bulan yang lalu setelah dokter bilang Meysha hamil 4 minggu, sejak saat itu juga Fajar menahan diri untuk tidak menyentuh isterinya.Mereka berbagi peluh dengan penuh kelembutan, menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara khasnya dengan kencang. Mereka sedang tidak ada
Sudah hampir satu bulan Anin terlambat datang bulan, tapi dia belum juga memeriksakan dirinya. Bahkan Evan pun tak menyadari jika istrinya sudah terlambat datang bulan cukup lama. Kebiasaanya menempel pada sang suami dianggap Evan sebagai keinginannya untuk bermanja-manja.Minggu pagi, Kevin datang ke apartemen mereka. Kali ini dia selalu datang jika ada kakaknya, selain itu Anin mulai terbiasa kembali melihat adik iparnya.Kevin sengaja datang untuk meminjam Albanna, dia bilang jika Thalia hampir seumuran dengan Albanna jadi laki-laki itu meminjamnya agak bisa dekat dengan putrinya jika ada Albanna juga bersamanya.Evan tidak bisa membiarkan putranya pergi berdua saja dengan adikknya dan memutuskan untuk ikut pergi bersama mereka ke rumah Aaira. Toh selama ini Evan belum pernah bertemu secara langsung dengan, jadi dia pikir inilah saatnya.Sepeninggal anak dan suaminya, Anin berpikir un
Evan memasukkan password pintu apartemennya dengan tidak sabaran, dia segera ingin bertemu dengan istrinya. Suasana rumah terlihat seperti, siang-siang begini mungkin Albanna sedang tidur siang bersama bundanya.Laki-laki itu memilih untuk melihat dulu di kamar Albanna yang ternyata hanya ada putranya tertidur sendirian. Berarti istrinya ada di kamarnya.Bergegas dia menuju ke kamarnya bersama Anin, Wanita itu tampak tertidur dengan pulas di atas ranjang. Tanpa berniat untuk membangunkannya, Evan ikutan tidur dan memeluk istrinya dari belakang. Tangannya mengelus perut yang masih datar itu.Anin merasa terganggu dan terbangun dari tidurnya."Apakah ini sudah sore, apa aku tidur terlalu lama. Dimana Albanna, kenapa dia tidak membangunkan bundanya?"Mulut Anin tidak berhenti berbicara tapi matanya masih terpejam. Dia hanya merubah posisinya menghadap pada Evan, memeluk
Mobil melaju menembus padatnya jalaann ibu kota, sepanjang jalan Thalia bertanya tentang rumah nenek dan kakeknya yang juga tempat dimana papanya tinggal.Setelah mobil berhenti dengan sempurna di halaman rumah mewah tersebut, Thalia, Aaira dan Kevin segera turun dan masuk kedalam rumah.Mendengar keramaian berasal dari teras rumah, Lina segera keluar menuju ke ruang tamu. Dia seperti mendengar suara anak kecil, dia pikir Albanna datang setelah sekian lama tidak pernah berkunjung. Terakhir kali datang saat Kevin hendak berbuat macam-macam pada Anin dan hingga sekarang Evan belum mengijinkannya kembali datang."Wah, cucu nenek datang. Mau menginap kah?" tanyanya sambil memeluk Thalia."Iya, mau bobok sama papa," jawab Thalia mengemaskan."Tidak mau bobok sama nenek kah?" tanya Lina."Tidak! sama papa saja," tolak Thalia."Baiklah, tidur sama papa. Tapi besok main sama nenek yaa. Jangan pulang dulu, oke?"
Anin terbangun dari tidur sebelum subuh karena rasa mual yang menyerangnya. Wanita itu bergegas ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Evan terbangun mendengar istrinya muntah-muntah di kamar mandi. Bergegas dia menghampiri wanita yang tengah mengandung anaknya itu."Kamu baik-baik saja?" tanya Evan dengan nada khawatir."Iya, biasa kayak gini tuh," jawab Anin dengan badan lemas. "Gendong," rengeknya manja.Wanita itu minta di gendong oleh Evan dari kamar mandi ke tempat tidur."Bawaan bayi?" tanya Evan meledek."Bukan, bawaan bunda bayi," sahut Anin lemah.Evan akhirnya membopong tubuh istrinya menuju ke tempat tidur. Andaipun Anin tidak manja saat hamil, dia berjanji akan memanjakannya."Kamu mau makan? semalam kan tidak makan?" tanya Evan."Aku mau kedondong yang kemarin di beli," sahut Ani