Bismillah
"TEROR KUYANG"
#part_12
#by: Ratna Dewi Lestari.
"Sebelum kita menemukan tubuhnya. Kita masukkan duri,beling atau sebagainya hingga ia tak bisa bersatu kembali dengan tubuhnya. Atau bisa juga kita sembunyikan tubuhnya dan kita bakar sekalian," papar Pak RT diiringi anggukan setuju bapak-bapak lainnya.
"Yang jadi soal, kita tak tau dia itu siapa, Pak. Kalau kita tau, kita bisa dengan mudah mencari tubuhnya. Karena pasti tubuh itu tak jauh dari kediamannya," Bapak berbaju koko coklat menimpali.
"Iya benar, Pak. Susah kalo kita tidak tau siapa orangnya," Bapak berbaju biru ikut komentar. Yang lain cuma mengangguk. Aku mendengarkan dengan seksama.
"Mohon maaf sebelumnya, Pak. Saya tau siapa kuyang itu. Dan saya adalah menantunya," jawabku pelan. Aku sengaja menggigit bibir karena takut mereka akan mengusirku. <
Bismillah "TEROR KUYANG"#part_13#by: Ratna Dewi Lestari.Pov : DINI Sretttttt! "Aaaa ... kuyang!" pekik Bu RT. Gubrakkkk! Bu RT langsung pingsan begitu melihat kuyang itu mengambang dibalik jendela dengan senyum yang menyeringai . Matanya merah dan melotot ke arah Bu RT. Aku hanya bisa melihat nanar pemandangan ngeri di hadapanku saat ini. Keadaanku lemah. Aku hanya bisa meremas perutku yang terasa amat sakit dan nyeri. Deg! Jantungku seolah berhenti berdetak. Keberanian ku hilang dalam sekejap. Kepala terbang dengan usus terburai dan jeroan mengambang itu memalingkan wajahnya dan menatapku amat tajam. Mulutnya bergerak membaca mantra dan kemudian mulutnya bergerak seperti menyedot. Anehnya tubuhku seperti tersedot mendekati
Bismillah "TEROR KUYANG"#part_14#by: Ratna Dewi Lestari. "Istri saya ... ada apa Bapak mencari istri saya?" tanya si Bapak berpura-pura tak tau siapa jati diri istrinya. Aura kebohongan tampak jelas di matanya. "Bapak jangan berpura-pura tidak tau, Pak. Jelas-jelas dulu Bapak menyuruh saya untuk pergi dan bukankah kita dulu pernah melihat langsung ketika Arini dan ibunya menjadi kuyang?" cecar Yusuf dengan nada tinggi. Membuat bapak Arini terdiam dan merasa tersudut. "Jika Bapak sengaja menyembunyikan istri Bapak, maka Bapak harus menanggung resikonya!" ancam Pak RT. "Hmmm, saya tidak tau, Pak. Istri saya tidak nampak sejak tadi," Bapak Arini menunduk takut. "Apa Bapak tau seberapa mengerikan dan berbahayanya istri Bapak bagi kami? Ibu hamil banyak yang kekurangan darah dan lama-lama meninggal. Bayi banyak yang gugur sebelum sem
Bismillah "TEROR KUYANG"#part_15#TAMAT#by: Ratna Dewi Lestari. "Bakar! bakar!" teriak warga. "Saya mohon, Pak! jangan bakar istri saya!" seru Pak Rusdi, bapaknya Arini seraya mengiba . Ia berlutut di kaki Yusuf dan Pak RT. "Tidak bisa, Pak! istri Bapak sudah membuat banyak nyawa melayang karena sakit dan kehabisan darah. Sangat meresahkan!" bentak Pak RT. Yusuf menatap nanar. Air matanya tiba-tiba merembes. Mengingat kebaikan Wingsih, sang mertua dikala ia masih menjadi menantu kesayangannya. "Tolong, Pak! izinkan istri saya bertobat. Kalaupun ia harus meninggal, saya harap masih bisa mengebumikan ia secara layak," pinta Pak Rusdi. "Bakar saja, Pak! biar kesiksa sekalian! iblis itu!" ujar warga geram. "Bakar! bakar! bakar!" yang lain mulai tersulut emosi.&n
Bismillah "Cinta Si Gadis Kuyang" #by: R.D. Lestari "Persiapkan Arini sebagai penerus kita! ingat! dialah satu-satunya penerus kita yang akan mewarisi semua kekuatan kita!" "Tapi, Nek. Dia akan menderita sama sepertiku!" isakku. Hatiku pedih bagai teriris memikirkan nasib putri tercintaku, Arini, yang harus mengalami nasib tragis sepertiku. Menjadi kuyang seumur hidup. "Kalau kau tak mewarisi ilmu itu, maka kau akan susah mat*, sama seperti aku yang tersiksa seperti ini, untung kau mau mewarisi ilmu ini setelah ibumu harus meregang nyawa karena ketahuan warga!" "Ingat! karena warga Ibumu tew*s! kau harus menuntut balas!" itulah senjata Nenek untuk membuatku kembali mena
Bismillah "CINTA SI GADIS KUYANG"#part_2#by: R.D. Lestari. *Flash back kehidupan Arini dan ibunya, Wingsih. Bagaimana ia menjadi kuyang dan perasaannya kepada Mas Yusuf, suaminya sebelum akhirnya ia tewas di tangan Yusuf. Selamat menikmati cerita receh mamak dewi di malam jum'at ini.*** Aku membaringkan Nenek kembali ke peraduan. Mengusap darah yang tersisa di mulut dan lehernya. Wanita tua itu kian susah bernapas. "Cepat adakan ritual untuk Arini sebelum aku mat*. Agar nanti kau tak susah sepertiku, antara hidup dan mat*," ucapnya dengan bibir gemetar. "Tapi, Nek. Arini baru berumur lima tahun, apa bisa ia mencari makan sendiri," sahutku. Terasa geti
Bismillah "CINTA SI GADIS KUYANG"#part_3#by: R.D.Lestari. Malam gelap tanpa sinar bulan, hanya desiran angin malam menemani langkahku dan Arini, putri kecilku menuju jalan ke hutan. Suara burung hantu bersahut-sahutan dan pepohonan bergoyang. Hatiku resah bukan karena takut, tapi sedih karena malam ini Arini harus menjadi penerus ilmu hitam turun temurun dari keluargaku. Aku tak kuasa menolak. Cepat atau lambat Arini harus mengikuti jejakku. Semakin cepat ia akan semakin pintar dan terbiasa. "Bu, mau kemana kita?" tanyanya. Tangannya yang mungil menggenggam erat tanganku. Aku tahu dia takut. "Malam ini kamu akan menjadi dirimu yang sebenarnya, kuat dan cantik," rayuku. Aku te
Bismillah "CINTA SI GADIS KUYANG"#part_4#kbm_cerbung# by:R.D. Lestari 15 tahun kemudian Arini yang dulu berusia lima tahun kini sudah menjadi gadis dewasa yang amat cantik fisiknya. Berkulit putih bersih dan bersinar. Namun, aneh nya tak ada seorang pun yang mau berpacaran apalagi menikah dengannya. Usut punya usut ternyata banyak warga yang sudah menaruh curiga padanya dan ibunya. Semua berawal dari kematian seorang wanita hamil tak jauh dari rumahnya. Ibu si wanita tak sengaja melihat kepala melayang dan menghilang di rumah Arini. Begitupun ada beberapa warga yang tak sengaja melihat ibu Arini menyibak jilbabnya waktu di ladang. Tak sengaja jilbab itu tersingkap dan mereka melihat bekas luka
Hari pertama tak sengaja diriku berpapasan dengan seorang pria tampan yang sukses membuat hatiku kepincut. Rupanya ia pun merespon baik kepadaku. Ia tak henti-hentinya menatap kecantikanku. Aku sangat yakin lelaki itu menaruh hati padaku. Kami tak sengaja bertemu di lift ketika pulang kerja dan ia menyodorkan tangannya untuk berkenalan denganku. Tentu saja ku sambut tangan itu dengan senang hati dan mengucap namaku. "Yusuf," ucapnya. "Arini," jawabku malu-malu.*** Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Bang Yusuf mengutarakan niatnya pagi itu untuk bertandang kerumahku. Tentu saja aku menyambutnya dengan riang gembira. Walaupun Bang Yusuf belum mengutarakan cintanya padaku, tapi aku tahu kalau ia sangat mencintaiku. Terbukti dari semua