Bismillah
MINYAK KUYANG
#Part_4
#by: R.D. Lestari.
"Bagaimana, Mbak Diana?"
"Ya, saya bersedia," aku mengangguk setuju.
"Baiklah. Nanti jika bulan Purnama. Mbak Diana oleskan Minyak ini ke leher, setelah itu Mbak harus cari tempat bersembunyi. Di mana tubuh Mbak aman. Mbak harus mencari darah orang yang habis melahirkan, ibu hamil atau orang yang baru saja di kuburkan. Itu terserah Mbak Diana,"
"Ini bertujuan untuk memperkuat ilmu Kuyang dan membuat wajah Mbak Diana semakin cantik,"
"Ingat! jauhi kerumunan kalau tak ingin nyawa jadi taruhan," jelas Bu Wingsih.
"Oh, satu lagi. Minyak ini jangan si letakkan di depan cermin dan harus ada ventilasi, mengerti?"
"Mengerti, Bu," jawabku.
Aku semaki
BismillahMINYAK KUYANG#Part_6#by: R.D.Lestari.Pov AuthorPagi itu, seorang gadis berperawakan oriental, bermata sedikit tipis dan berhidung mancung dengan kulit putih bersih keluar dari dalam kamar mandi dengan tergesa.Tangannya gemetar menggenggam sebuah alat dengan dua garis merah terang terukir di sana. Tatapannya nanar dan matanya berkaca-kaca.Berulang kali ia mencoba menghubungi kekasih gelapnya, tapi sayang, si lelaki baj*ngan yang ia cintai tak jua mengangkat telponnya..Ia gusar. Antara takut, sedih dan kecewa. Sebenarnya sedikitpun ia tak ingin menghubungi lelaki yang beberapa bulan ini selalu intens nengunjungi dan mencurahkan cinta kasih untuknya.Ia tahu jika Si Lelaki sudah punya istri, ya, dialah Damar. Suami sah dari D
BismillahMINYAK KUYANG#part_7#by: R.D.Lestari.Diana melihat menatap nanar kepergian suaminya yang mengendap-endap. Ia amat yakin ada yang tidak beres dengan suaminya, Damar. Namun, ia tak mau gegabah. Melihat suaminya yang menjadi lembut itu sudah jadi kebahagiaan tersendiri baginya.Wanita berparas cantik itu beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah menuju ujung lemari. Merogoh sesuatu yang tersembunyi dibalik lemari. Sebuah kendi yang terbuat dari tanah liat yang sudah di tutupi kain kafan putih.Apalagi kalau bukan ari-ari bayi yang ia buru tempo hari. Benda itu belum sempat ia berikan pada Bu Wingsih sebagai mahar dari minyak kuyang yang di berikannya.Gegas Diana bersiap-siap dan melangkah keluar rumah. Tak lupa ia melilitkan selendang di lehernya, karena sejak menjadi kuyang di bagian lehernya
BismillahMINYAK KUYANG#part_8#by: R.D.Lestari."Bang! siapa gadis ini," suaraku menggema diseluruh ruangan, menahan geram yang tak tertahankan."Kenalkan, Mbak Diana. Saya Saras, Saraswati! saya terpaksa mengejar Bang Damar kemari karena dia ingin lepas dari tanggung jawab!" seru si gadis dengan berlinang air mata.Darahku serasa mendidih. Aku menajamkan indra pendengaranku. Memejamkan mataku untuk sesaat. Menghirup udara sebanyak-banyak, dan ...Wangi apa, ini? aromanya kuat dan lidahku mengecap. Wangi yang punya rasa manis, serasa sudah berada di ujung lidah.Tak salah lagi, ini bau darah bayi. Cairan nikmat dan lezat dengan rasa manis seperti madu, memikat dan bikin ketagihan. Itu berasal dari... wanita muda di hadapanku ini.Perlahan kubuka mata. Dia hamil? wanita muda itu hamil?Seharusnya aku marah. Menjambak dan menendang wanita yang tentu saja akan merusak rumah tanggaku bersama
Bismillah MINYAK KUYANG#part_9#by: R.D.Lestari.Setelah drama tak berkesudahan antara Saraswati dan Damar, Diana akhirnya memberi solusi yang terbaik di antara mereka."Dek, tapi Abang belum punya duit untuk nikahin dia, Dek," wajah Damar memelas. Lelaki berkulit putih itu memang tak lagi memiliki uang di saku celananya. Modal untuk menyenangkan Saraswati sudah merogoh koceknya terlalu dalam.'Cih, dah kere banyak tingkah lagi,' batin Diana."Ehem, kebetulan aku baru saja membeli emas, Bang. Kau bisa jual. Ya, walaupun ga banyak, aku rasa cukuplah untuk sekedar sedekahan biasa. Yang penting aibmu tertutupi dan bayi dalam perut Saras punya Bapak,"Mata Damar seketika itu juga berbinar. Ia tak menyangka istri yang sudah ia khianati mal
BismillahMINYAK KUYANG #Part_10#by: R.D.Lestari.Kretek-kretek!Slapsss!Kepala beserta jeroan lepas dari tubuhnya. Mata merah beserta benda berkelip di antara jeroannya membuat Diana tampak amat mengerikan. Dia terbang melalui ventilasi kamar dan menghilang di tengah gelapnya malam.Semakin dekat semakin wangi darah Ibu hamil membuat Diana semakin dahaga. Lidahnya terus mengecap seolah darah sudah diujung lidah.Sangat kebetulan, Ibu hamil incarannya sedang berada di luar rumah. Ia seperti menunggu seseorang.Sedangkan Diana bertengger di atas pohon di antara ranting dan dedaunan yang lebat. Mata merahnya mengawasi gerak-gerik si Ibu hamil."Bang! cepatlah! udah ga sabar ini," teriak si Ibu."Ya, sabar Beti, Abang lagi ambil helm," jaw
BismillahMINYAK KUYANG#part_11#by: R.D.Lestari.Diana tersenyum lebar kala mendapati dagangannya laris manis tak kalah dengan dagangan Bu Wingsih di seberang lapaknya. Mereka yang sama-sama menggunakan hijab untuk menutupi bekas di lehernya itu pun melempar senyum seolah saling mendukung.Diana amat cekatan melayani pembeli walaupun berjualan seorang diri. Saat-saat seperti ini selalu ia nanti dari dulu. Lapak ramai dengan hadirnya pengunjung.Tak lupa ia mengoleskan minyak kuyang berwarna putih di uang lembar lima puluh ribuan, berharap uang berwarna biru itu kembali hadir dalam lemarinya dan menambah kekayaannya.Tak terhitung banyaknya lelaki yang mengantri di lapak Diana. Pujian demi pujian terlontar dari mulut manis mereka. Diana hanya mengulas senyum menggoda membuat para lelaki semakin gencar ingin memiliki dirinya.Begitupun Damar yang sejak tadi sengaja datang ke lapak istrinya. Pria yang mendekati paruh baya
Bismillah MINYAK KUYANG#Part_12#by: R.D.Lestari.Sementara di luar seonggok kepala dengan rambut acak-acakan menatap nyalang dengan mata merah semerah darah. Kepala itu melayang dengan usus dan jeroan hampir menyentuh tanah.Sosok yang tak lain adalah Diana itu meniupkan mantra dan mengawasi Saras dari luar jendela. Ia bernafas lega saat Saras mulai terlelap. Aksi nya bisa dengan mudah ia lancarkan.Sembari tersenyum riang, Diana dengan sigap menghisap darah Saras hingga dahaga yang ia rasakan perlahan hilang. Saat sedang asyik melancarkan aksinya, tiba-tiba ...Tong-tong-tong!Bunyi kentongan yang terbuat dari bambu terdengar bertalu-talu. Kuyang Diana terkesiap dan segera melesat terbang ke at
Bismillah MINYAK KUYANG#part_13#by: R.D.Lestari."Gito! Salim!"Damar berlarian kearah dua temannya yang saat ini tak sadarkan diri."Gito!"Damar memukul pelan pipi Gito hingga membuat Bapak dua anak itu sadar dan membuka mata."Gito, ngapain kamu baring di sini!" cecar Damar."Wah! mana Salim!" tiba-tiba Gito langsung terduduk dan pandangannya mengedar sekitar."Mana, mana kuyang itu!" dengan bibir bergetar dan gemeretuk gigi yang beradu, Gito menatap nanar sekitar."Kuyang? tak ada apa-apa di sekitar sini," sanggah Damar. Walau tengkuknya sedikit merinding, dia berusaha berpikir positif."Sudah, nanti saja cerita. Kita tolongin Salim dulu," ajak Damar.Angin berhembus cukup kencang menggoyang pohon dan menyibak dedaunan hingga menciptakan suasana seram.Damar membantu Gito untuk berdiri dan melangkah menghampiri Sali