FLASHBACK ON
Sebelumnya, di kamar Ray...
Ray meraba-raba ranjang sebelahnya, mencari sesosok yang belum lama ini menghangatkan tubuhnya. Tidak ada! Namun sosok itu tidak ada di sana. Ranjangnya terasa dingin. Ia pun mencoba membuka matanya perlahan. Didapatinya sosok yang begitu familiar di hadapannya.
"Mencari Kiara?" Tanya Ken sarkastik. Ia kesulitan mengendalikan emosinya saat ini. Ingin rasanya segera melayangkan bogem mentah kepada si tampan yang sedang malas-malasan di ranjangnya itu.
"Dia dimana? Aku masih belum selesai dengannya. Jika kau senggang, cepat panggil dia kemari!" Pinta Ray.
Oh My God! Oke, sabar Ken!
"Kau sadar dengan apa yang baru saja kau lakukan tidak, hah? Kau memperkosa Kiara lagi, Ray!"
"Aku hanya menidurinya saja." Ray nampak santai sambil mengenakan kemejanya.
"Hanya? ... Hanya kau bilang? Kau mem
"Apa yang terjadi setelah itu?"“Mereka tewas di tempat!"Kiara mencolos.“Mereka tewas di tempat, itu berita yang kami lihat keesokan harinya di TV. Ayahku hanya bisa menyelamatkan Ray, ayahku bilang orang tua Ray terjepit jadi tidak mungkin bisa dikeluarkan dengan cepat sementara ia harus berpacu dengan waktu karena mobil ayah Ray sudah terbakar sebagian.” Jawab Ken.Kiara menutup mulutnya, seakan-akan ia bisa merasakan kejadian memilukan itu.“Ray masih sangat beruntung karena tidak banyak orang yang mengetahui jika Tuan Angga Yudhistira, ayah Ray memiliki anak bungsu, yaitu Ray. Mungkin karena ayah Ray sudah tahu jika suatu saat pasti akan ada orang-orang yang berniat tidak baik padanya, maka dari itu, ayah Ray tidak begitu terbuka soal keluarganya. Jadi semua partner kerjanya hanya tahu jika Tuan Angga hanya memiliki anak tunggal saja. Ray sudah tinggal di Inggris sejak kecil. Di Inggris ia tinggal dengan sahabat ayahny
Masih di kamar Kiara...Kiara tahu jika sampai detik ini, ia masih menyalahkan Ray dengan apa yang sudah Ray perbuat terhadapnya. Ia ingin lepas tangan dan masa bodoh dengan masa lalu yang terjadi pada Ray. Toh dirinya juga mengalami hal yang sama. Sama-sama kehilangan kedua orang tuannya.Namun lagi..Lagi-lagi sisi malaikatnya tak bisa ia khianati. Ia tak bisa menanggalkan sikap bawaanya yang sebenarnya itu sangat merepotkan. Ya, sifat iba dan terlalu baiknya.Apa memang dirinya ini sebaik itu?Kiara adalah tipe wanita yang dikenal sangat baik di lingkungannya. Ia juga sering dikerumuni banyak orang karena kebaikkannya, tentunya juga didukung karena parasnya yang ayu juga.Kiara tidak tegaan. Ia mudah menangis meski hanya melihat pengemis dengan tubuh tak beruntung. Tangisannya bisa ia pikirkan sampai berberapa hari. Ia juga akan menyesal jika ia tak membantu pengemis itu.Sama halnya dengan perasaannya kali ini. Kiara
Malam menjelang. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11.35, hampir tengah malam. Seorang laki-laki dengan tinggi 180 cm, memiliki kaki jenjang, badan yang berotot meski agak kurus, hidung mancung, dan jidat yang bagus sedang meneteng sebuah tas ransel dan berdiri santai di depan sebuah gerbang.Kaca mata hitamnya menutupi matanya yang indah. Laki-laki itu memakai jaket berwarna hitam dengan baju kemeja kotak-kotak sebagai dalamannya. Ia juga memakai celana jeans senada dengan warna jaketnya.Nada-nada lagu keluar dari mulutnya. Ia bernyanyi pelan.Laki-laki pemilik nama asli Teha Yuwan lalu membuka tas ranselnya yang ia bawa itu dan mengambil sebuah benda seperti smartphone. Ia berjalan ke tembok sisi gerbang. Ia mengamati sebuah alat berwana hitam yang menempel di dinding itu.Dengan sedikit tenaga ia membuka tutup dari alat berwarna hitam itu. Kemudian Teha menancapkan sebuah kabel, sejenis kabel data ke dalam smartphonenya. Setelah itu menghubungkannya
“Kiara, kembalilah ke kamarmu!” Pinta Ray."..." Kiara hanya menurut saja apa yang Ray katakana padanya. Kiara masuk ke dalam kamarnya.“Aku butuh penjelasan tentang kerusuhan ini!”Kata Ray.Setelah Ray mengunci kamar Kiara, ia berjalan dimana semua orang sedang berkumpul di ruang tamu....Kamar Kiara."Ada orang baru. Seorang laki-laki. Sepertinya seumuran dengan Tuan Ray dan Kak Ken. Tadi Tuan Ray dan laki-laki itu seolah sudah kenal sejak lama. Apa mereka dari kecil sudah menjalin persahabatan? Laki-laki itu terlihat sangat ekspresif. Apa Tuan Ray mau dengan sosok berisik seperti laki-laki itu? Maksudku, Tuan Ray yang super menyeramkan, tapi bersedia berteman dengan laki-laki ceria? Ya bisa saja, meski mungkin lebih banyak tidak mungkinnya." Batin Kiara.Kiara memilih untuk merebahkan diri di ranjang. Tubuhnya terasa sangat remuk. Bermain dengan Ray itu sangat melelahkan."Sial aku
"Kalian lanjutkan saja berbincangnya. Paman dan Bibi akan kembali beristirahat..." Kata Paman Willy. "Tuan Ray mohon Anda juga segera beristirahat..." Kata Bibi Willy. "Hn." Kata Ray yang entah apa itu artinya. Iya atau tidak. Hanya Ray yang paham. Teha adalah anak tunggal Yuwan sahabat mendiang ayah Ray. Teha tinggal di Inggris bersama ayahnya. Dia mengunjungi Indonesia hanya beberapa kali saja jika ia sedang merindukan kedua sahabat kecilnya, Ray dan Ken. Masih di ruang keluarga mansion milik Ray... "Kak Teha masih akan lama di sini, kan?" Tanya Yuna. "Hn, begitulah. Aku kali ini sepertinya akan tinggal lebih lama lagi di Indonesia karena aku mendapatkan pekerjaan cukup berat dari Ray si iblis brengsek itu." Jawab Teha yang masih tidak terima dengan perlakukan dari Ray. Ray memintanya untuk membantu mencari data perusahaan incaran Ray, Angkara Corp. tentunya data yang bersifat maya. Kenapa? Itu adalah keahlian T
Menjelang pukul tiga pagi, Ray dan Teha mulai mabuk karena banyaknya wine yang mereka minum. Akhirnya, Ken memutuskan untuk menyudahi pembicaraan nostalgia mereka bertiga.Rasanya sangat menyenangkan karena setelah sekian lama, akhirnya bisa bersua kembali. Meksi lebih banyak berdebat tidak penting, tapi masing-masing dari mereka bertiga mengakui keberadaanya satu dengan yang lainnya.Itulah persahabatan yang mereka bangun.Ken memapah Teha yang sangat mabuk, beda dengan Ray yang meski mabuk, tapi masih bisa jalan sendiri menuju kamar di lantai dua.Sesampainya di langai dua, Ken ingin membantu Ray masuk ke dalam kamar karena baru saja ia melihat Ray sedikit limbung. Sepertinya Ray lebih mabuk dari yang ia kira."Itu bukan kamarnya Ray, kan?" Tanya Teha. Ia ingat jika sebelum ini ia salah kira dan mendapat bogem mentah dari Ray akibat seorang cewek yang tinggal di kamar itu."Iya. Ray memberikannya pada Kiara." Jawab Ken.Ray terlihat
KIARA POVSIAL... SIAL...Aku bodoh, aku kecolongan! Kenapa aku harus jatuh ke lubang yang sama? Apa yang sedang aku pikirkan? Kenapa aku menjadi seperti ini? Kenapa aku tidak bisa menolaknya? Kenapa dia seenaknya saja berbuat seperti itu padaku? Kenapa dia tidak pernah sedikitpun memikirkan perasaanku?Ya inilah keadaanku yang menyedihkan. Bosan aku bersedih, bosan aku merana, bosan aku menderita dan meratapi nasibku yang malang ini. Ingin rasanya aku tertawa terbahak-bahak menertawakan nasibku yang mengenaskan.Miris sekali.Cih, brengsek! Brengsek! Brengsek!Aku ingin sekali keluar dari mansion ini. Mansion setan ini benar-benar bisa membuatku mati gila. Aku benar-benar terkurung di tampat ini.Aku sudah lupa berapa kali dia mempermainkanku. Setiap dia memiliki masalah, ujung-ujungnya aku yang menjadi pelampiasan. Ujung-ujungnya dia memintaku tidur bersamanya.Menuruti segala hasrat menjijikannya itu.TUAN RAY, SAYA S
Kamar Kiara...“Kiara-chan, waktunya sarapan.” Kata Yuna dengan semangatnya.Yuna itu seperti tidak pernah terlihat sedih. Dia selalu ceria. Kiara merasa iri karenanya. Tuhan pasti sedang bahagia saat menciptakan Yuna. Gadis itu dianugrahi paras yang rupawan dan akhlak yang baik.Kiara menoleh ke arah Yuna. Ia lalu merapikan pakaiannya yang berantakkan. Ia menutupi setengah badannya dengan selimut. Bagaimanapun, di dalam dirinya masih menyisakan rasa malu meski kelakuannya sangat menyedihkan."Yu-Yuna?" Gumammnya parau. Suaranya hampir habis karena ia habiskan untuk menangis semalaman."Hai, selamat pagi!" Yuna mencoba menyapa Kiara dengan senyumannya. Ia ingin Kiara membaik setelah apa yang Kiara alami.Kenapa Kiara menjadi korban kebejatan kakaknya sih? Menurut Yuna, kakaknya itu sebelumnya tidak pernah seperti ini. Ia tahu, kakaknya itu iblis, tapi dalam dunia bisnis, bukan urusan nafsu. Apa lagi sampai bertindak sejauh itu da