Tommy termangu sesaat. Sebelum dia sempat menjawab, Yosef sudah masuk sambil bertanya, "Katanya Jingga sudah siuman?" Bagaimanapun, hubungan Jingga dan Tommy sangat dekat. Lantaran Tommy begitu perhatian terhadap Jingga, Yosef juga tentunya sangat peduli dengan Jingga. Mendengar perawat mengatakan bahwa Jingga telah siuman, dia pun langsung datang."Dia nggak ingat padaku lagi, juga nggak ingat apa yang terjadi belakangan ini. Tapi dia masih ingat dengan Juanita. Apa yang terjadi sebenarnya?" Ekspresi Tommy sangat muram. Suasana hatinya tentu tidak akan baik karena Jingga mengalami hal seperti ini.Yosef terdiam sesaat, kemudian dia berjalan ke hadapan Jingga untuk memeriksa keadaannya. Kemudian dia berkata, "Seharusnya ini karena pengaruh obat. Haeh, orang itu benar-benar jahat. Padahal ini hanya anak kecil."Tebersit kebencian yang mendalam pada tatapan Tommy. Dia harus menangkap pelaku yang mencelakai Jingga. "Apa bisa melacak sumber dari obat itu?" tanya Tommy.Yosef merenung sejen
Juanita ingin menolaknya, tetapi merasa tidak enak hati pada keramahan wanita tua itu. Pada akhirnya, dia tetap menyetujui tawarannya. Saat putranya pulang, wanita tua itu langsung memberitahukan usulannya. Putranya juga langsung menyetujui ide ibunya tanpa ragu-ragu."Ini adalah putraku, Harfi," kata wanita tua itu memperkenalkannya."Harfi, kamu harus antarkan orang ini dengan selamat," kata wanita tua itu berpesan pada anaknya. Harfi mengangguk, lalu berkata, "Aku tahu, Bu."Menjelang kepergiannya, Juanita kembali mengucapkan terima kasih pada wanita tua itu. "Terima kasih atas bantuan kalian, aku pasti akan datang untuk berterima kasih pada kalian kelak.""Nggak masalah," kata wanita tua itu melambaikan tangannya. "Hanya masalah kecil. Lagi pula, ini menyangkut masalah nyawa, mana mungkin aku bisa mengabaikannya begitu saja?"Setelah kedua orang itu berbincang sejenak, Juanita baru pergi bersama Harfi. Sama seperti kedua orang tuanya, sifat Harfi sangat jujur. Dia terlihat agak mal
Setibanya di rumah sakit, Juanita langsung mencari tahu kamar Jingga. Setelah menanyakannya kepada perawat dan mengelilingi rumah sakit itu, dia tetap tidak menemukan Jingga. Sebab, Jingga sekarang telah dipindahkan ke ruang VIP.Ruang VIP terletak di lantai paling atas rumah sakit. Baik dari segi lingkungan maupun fasilitas, semua adalah yang terbaik. Tentu saja ruangan ini tidak bisa diakses oleh sembarang orang. Oleh karena itu, Juanita tidak bisa menemukannya.Tommy bersusah payah menemukan Jingga, tentunya dia tidak berharap akan terjadi sesuatu lagi pada Jingga. Karena itulah dia sangat melindungi Jingga saat ini. Jika sampai terjadi sesuatu lagi pada Jingga, Tommy pasti tidak akan memaafkan dirinya sendiri.Juanita khawatir dirinya melewatkan bagian tertentu, sehingga dia mengulang pencariannya sekali lagi. Namun pada akhirnya, perjuangannya tetap saja sia-sia. Saat ini hatinya mulai merasa sangat gelisah. Baru saja dia hendak mencari sekali lagi, Harfi menarik lengannya dan ber
Setelah mengalami kejadian menghilangnya Jingga dan Juanita, Serafina merasa sangat bersalah dalam hatinya. Apalagi saat melihat Jingga melupakan banyak sekali hal dan menjadi tidak akrab dengan Tommy.Ekspresi kecewa Tommy membuat Serafina merasa sedih. Adiknya ini biasanya sangat tegar, sejak kapan dia bisa merasa sedih karena hal seperti ini? Ini menunjukkan seberapa pentingnya Jingga dan Juanita dalam hati Tommy.Tommy berkata dengan yakin, "Tentu saja harus menikah."Meski ucapan Tommy sangat yakin, dalam hatinya justru berpikir, 'Hanya saja, pengantinnya bukan Tanya, melainkan Juanita.' Tommy sangat yakin bahwa Juanita akan menampakkan diri. Mendengar jawaban Tommy yang begitu yakin, Serafina juga tidak berkata apa pun lagi. Dia hanya menghela napas, lalu pergi dari tempat itu.Adam segera mengumumkan perihal Tommy menyetujui pernikahan ini kepada Keluarga Saloza. Menerima kabar ini, Tanya tentu sangat gembira. Sepertinya keputusannya untuk membebaskan Jingga memang benar. Untung
Keesokan harinya, Jack tiba-tiba masuk ke ruangan Tommy dengan tergesa-gesa. Melihat hal itu, Tommy punya firasat buruk. Jangan-jangan ... ada kabar mengenai Juanita?"Tuan, kabar baik!" seru Jack dengan wajah gembira. Dia sudah bersusah payah selama beberapa hari, penyelidikannya akhirnya membuahkan hasil. Selama beberapa hari ini, dia tidak langsung memberitahukan apa yang telah ditemukannya kepada Tommy. Dia takut Tommy akan kecewa jika informasi yang didapatkannya itu ternyata salah."Kabar baik apa? Kamu sudah menemukan Juanita?" tanya Tommy buru-buru.Jack memang sudah bisa menebak reaksi Tommy, tetapi saat melihatnya langsung, Jack tetap merasa takjub. Sebelum bertemu dengan Juanita, Tommy tidak pernah menunjukkan ekspresi seperti itu. Jack hanya bisa bilang, kehadiran Juanita dalam hidup Tommy benar-benar memberi pengaruh yang sangat besar.Jack juga tidak berani menunda lagi, dia langsung menjawab, "Aku memang sudah menemukannya. Kami mencari di sepanjang jalan dari lokasi kec
Setelah Juanita berjalan sebentar, dia duduk di sebuah bangku. Dia duduk di sana cukup lama sambil termenung, entah apa yang sedang dipikirkannya. Sementara itu, Tommy tetap duduk di kejauhan melihat Juanita. Ingin sekali rasanya dia langsung memeluk wanita itu dan memberitahunya seberapa khawatirnya Tommy padanya. Namun pada akhirnya Tommy menahan niatnya ini.Mungkin ini bukan saat yang tepat bagi mereka untuk bertemu. Langit sudah mulai gelap, tetapi Juanita masih tetap duduk di sana, tidak bergerak sama sekali. Banyak sekali orang yang berlalu-lalang, ada juga yang merasa heran melihat Juanita yang duduk di sana, sehingga mereka menanyakan keadaannya.Akan tetapi, Juanita hanya membalas dengan senyuman dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Tommy mulai khawatir pada Juanita yang masih duduk di sana, padahal langit sudah gelap. Bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu padanya?Tommy masih bisa duduk untuk mengawasi Juanita sekarang. Namun, bagaimana kalau Juanita sampai bertemu baha
Setelah keduanya berbincang sejenak, Tanya melirik jam tangannya dan mulai tidak sabaran. "Waktu sudah larut, bagaimana kalau kita ngobrol sampai di sini saja hari ini?" kata Tanya sambil menatap Ruben.Ruben juga sadar bahwa Tanya tidak ingin berlama-lama di sini dengannya. Meski merasa jijik dengan sikap Tanya yang sok suci, pada akhirnya dia hanya tersenyum menanggapinya, "Silakan saja."Setelah Tanya pergi, ekspresi Ruben berubah menjadi muram. Dia adalah orang yang cerdas, jadi dia bisa melihat bahwa Tanya sebenarnya tidak suka dengan dirinya. Meski Tanya telah berusaha menutupinya, Ruben tetap bisa melihat kecuekannya dengan jelas."Huh, Tanya, kamu pikir kamu itu siapa? Kalau bukan karena masih bisa dimanfaatkan, aku sudah nggak mau berurusan denganmu," gumam Ruben dengan wajah kesal. Setelah duduk beberapa saat lagi, Ruben juga meninggalkan tempat itu.Kedua orang itu tidak menyadari bahwa Serafina duduk di dekat mereka. Percakapan mereka tadi terdengar jelas oleh Serafina. Rau
Tommy memang sudah menebak bahwa ini adalah perbuatan Tanya. Sebab, selain Tanya, Juanita dan Jingga tidak akan diancam orang. Tanpa perlu dipikirkan pun sudah jelas bahwa ini adalah ulah Tanya. Dia hanya kekurangan bukti untuk membenarkan tuduhannya."Hehe ...." Tommy hanya tertawa pelan, lalu tidak mengatakan apa pun lagi. Melihat reaksi Tommy, Serafina menjadi panik. Kenapa adiknya ini tidak cemas sama sekali?"Aku hanya bisa bilang seperti itu, kamu pertimbangkan lagi saja dulu apakah pernikahan ini mau diteruskan," ujar Serafina menghela napas.Tommy hanya tersenyum tipis. "Tentu saja harus diteruskan, kita sudah persiapkan selama ini. Bukankah akan sia-sia kalau batal?" Serafina menatap Tommy dengan mata terbelalak. Dia benar-benar tidak bisa mengerti pikiran adiknya ini."Sudahlah, terserah kamu mau bagaimana. Lagi pula ini bukan urusanku," kata Serafina dengan gusar. Lagi pula, Tanya nanti akan jadi istri Tommy. Sebagai kakak ipar, Serafina hanya perlu menjauhkan diri dari Tany