Share

Part 14

Mas Didik menjawab dengan tersenyum. “Sabar ya, Bu. Insha Allah kalau ada rejeki lebih lagi Didik akan kasih uang yang banyak buat Ibu.”

Hebat Mas Didik masih bisa bersabar menghadapi ibunya yang cerewet itu, dan hebatnya lagi dia sama sekali tak membelaku.

“Didik sama Mayang baru saja mulai merintis, Bu. Jangan melihat dari nominal yang dikasih, sudah bersyukur Didik sama Mayang mau menyisihkan rejeki mereka untuk Ibu. Disyukuri saja, Bu. Tidak baik mengeluh begitu.” Ibu mendelikkan matanya tak senang. Bukannya ucapan terimakasih yang kami dapatkan, dia malah ngeloyor pergi begitu saja bersama Farah.

“Sekar sudah bangun, Nak? Ibu kangen mau meluk-meluk anakmu.” Suaranya masih terdengar jelas di telingaku.

Kangen? Tinggal serumah saja bisa membuat ibu mertuaku kangen pada cucu perempuannya itu, sedangkan Arthur, cucu laki-lakinya yang sudah sebulan lebih tidak bertemu sama sekali tak ditengoknya. Jangankan dipegang, dilirik saja tidak. Sabar ya, Nak.

“Kalian yang sabar ya menghadap
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status