"Mau ngomong apa bang?". tanya Lisa, kini memandang serius Ilham."Lisa...". suara Ilham tercekat, rasanya sulit sekali untuk mengutarakan isi hatinya selama ini.Padahal dia sudah berusaha untuk membuang jauh-jauh perasaan itu namun kenapa justru orang yang ingin di lupakan nya malah muncul di hadapannya dengan keadaan yang sangat membuat Ilham iba.Lisa masih menunggu kata-kata yang keluar dari mulut Ilham karena ini sangat membuatnya penasaran."Apa kamu sudah bercerai dari suami mu?". dengan berani akhirnya Ilham bertanya.Lisa diam beberapa saat, pandangan nya lurus ke depan. Kenapa Ilham malah bertanya itu? ini jadi membuatnya tambah mengingat Ari."Seharusnya aku masih menjadi istrinya namun sepertinya hukum Islam tidak menerima nya karena aku sudah lebih dari tiga bulan berpisah dengan nya. Menurutmu apakah aku masih menjadi istrinya?". jawab Lisa dan diakhiri dengan pertanyaan."Ya, memang dalam hukum Islam kali
"Ilham... Lisa... apa yang kalian lakukan?". suara Maya yang terdengar menahan emosi.Lisa langsung melepaskan pelukan Ilham dengan kekuatan nya karena sudah ketauan pun Ilham seperti enggan melepaskan nya. Kemudian Lisa langsung menghampiri Maya dengan wajah yang merasa bersalah."Mbak Maya ini tidak seperti yang mbak pikirkan, tolong jangan salah paham". ucap Lisa menjelaskan sambil memohon sedang Ilham tertunduk diam."Apa yang salah paham, setelah aku melihat sendiri kalian berpelukan di depan mataku. Apa kamu pikir aku tidak berfikiran negatif". jawab Maya pelan namun diakhir dia membentak.Lisa sampai terkejut begitu juga dengan Ilham."Mbak, aku sama bang Ilham tidak ada hubungan apapun.""Bang... bahkan kau memanggilnya dengan sebutan itu". potong Maya cepat saat Lisa keceplosan memanggil Ilham dengan kata 'Bang' yang artinya dekat karena jika di daerahnya panggilan untuk seseorang yang hanya kenal adalah 'pak'.
Setelah kejadian mengejutkan yang baru saja terjadi Lisa memutuskan untuk pergi dari rumah itu, dia merasa bersalah atas apa yang terjadi pada kehidupan rumah tangga Ilham tetapi sebelum itu dia harus meminta maaf pada Maya bagaimana pun keadaannya.Di suatu malam dia melihat keadaan sepi, Ilham juga dari sore tadi pergi entah kemana dan Maya belum keluar dari kamarnya, hal itu tentu saja membuat Lisa khawatir takut Maya melakukan sesuatu yang tidak di inginkan.Lisa pun memberanikan diri berjalan ke arah kamar utama dan mengetuk pintu secara perlahan."Mbak... mbak Maya.. mbak masih di dalam kan!". ucap Lisa mengetuk sambil memanggil Maya namun tak ada jawaban, jelas saja mungkin masih marah."Mbak, saya mau bicara sama mbak sekaligus berpamitan. Tolong mbak buka pintunya?". kata Lisa masih berusaha.Tak lama kemudian suara pintu terbuka, keluar lah Maya yang dalam keadaan berantakan dengan kamar yang berantakan pula, wajah sembab dan ka
"Lisa, apa kamu baik-baik saja?". ucap Ilham sangat khawatir pada Lisa, apalagi terlihat lukanya mengeluarkan darah dan memar.Lisa tidak menjawab hanya merintih sambil ingin membawa anak-anak nya masuk kembali ke kamar.Melihat Lisa yang ingin menggendong Saga, Ilham langsung beralih."Biar aku yang menggendong". tanpa aba-aba Ilham langsung menggendong Saga sambil meraih tangan Lisa yang hendak bangun."Aku bisa sendiri". tepis Lisa saat Ilham hendak menarik tangannya."Jangan membantah, kamu kesakitan". kata Ilham dengan sorot mata yang mampu membuat Lisa menunduk diam."Begini lebih baik, Laras gandeng ibumu bawa ke kamar". titah Ilham pada Laras."Iya om". angguk Laras, anak itu mengikuti perintah dari Ilham.Mereka pun kembali ke kamar Lisa, karena hari sudah malam, Saga dan Laras mengantuk. Ilham membiarkan Lisa menidurkan anak-anaknya sementara dirinya menyiapkan obat untuk Lisa lalu mendatangi kamar May
Setelah insiden kemarin, Lisa sudah memikirkan matang-matang, dia akan keluar dari rumah itu meski tidak di beri gaji tidak masalah yang penting rumah tangga Ilham tidak semakin berantakan jika dirinya masih berada di situ.Pagi-pagi sekali dia ingin menemui Ilham untuk meminta ijin darinya, Lisa juga tidak mempedulikan ancaman Maya kemarin terhadap nya karena yang dia pikirkan adalah dia takut Ilham akan melakukan sesuatu terhadap nya sesuai keinginan nya dan malah akan menambah dosa dan Lisa sangat takut akan hal itu.Ternyata, Ilham sudah bangun dia sedang membuat kopi sendiri di dapur."Bang Ilham". panggil Lisa pelan.Ilham berhenti mengaduk kopi dan menoleh ke belakang yang ternyata sudah ada Lisa."Ya ada apa?". jawabnya datar."Emm.. aku ingin bicara denganmu"."Bicara saja"."Tapi sebelumnya, bagaimana keadaan mbak Maya?". meski begitu Lisa tetap mengkhawatirkan kondisi Maya."Dia masih tertidu
Ilham lalu membuka pintu kontrakan dan memasukkan barang-barang Lisa. Kontrakan itu terdiri dari tiga petak.Ilham membuka pintu kontrakan, kemudian masuklah mereka ke dalam, kontrakan itu lumayan bersih dan bagus terdiri dari tiga petak ruang tamu, kamar tidur dapur serta kamar mandi yang menyatu sangat pas ukuran nya jika di tinggali oleh Lisa dan Anak-anaknya."Nah Laras, ini untuk kamu dan adik kamu ajak main dulu yah di sana". ucap Ilham pada Laras sambil memberikan sekantong kresek yang berisi mainan dan makanan."Hore.. makasih om". Laras tentu saja senang, dia membawa serta adiknya ke ruangan tidur untuk bermain dan makan dan di sambut antusias oleh sang adik dengan mengejar kakaknya ke ruangan itu.Lisa tersenyum melihatnya, lalu dia melangkah hendak melihat ruangannya.Dan dia bingung, dari awal juga sudah bingung kenapa kontrakan nya sudah ada furniture nya apakah ini termasuk fasilitas dari pemilik kontrakan. Di dalamnya sudah
"Siap bekerja? bekerja bagaimana maksudnya?". tanya Lisa tidak mengerti."Iya, aku mendaftarkan mu bekerja di pabrik teman ku. Pekerjaan itu santai kok dan bisa dikerjakan di rumah". ujar Ilham."Aku tidak ingin kamu dan anak-anak mu terlantar, jadi aku sudah membuat rencana ini semoga kamu mengerti". lanjutnya tulus."Terimakasih bang, kamu baik sekali padaku aku tidak tau harus membalasnya bagaimana?". ucap Lisa merasa tidak enak."Kamu tidak perlu membalas, cukup terima aku di kehidupan mu itu saja sudah cukup". kata Ilham tersenyum manis.Lisa memalingkan wajahnya saat melihat senyum Ilham takut dirinya khilaf karena telah mengagumi suami orang."Kamu tenang saja, besok akan ada orang yang akan membawa beberapa bahan yang sudah matang dan harus di bungkus kesini dan kamu juga akan di jelaskan bagaimana sistem kerjanya serta pendapatan nya. Kamu mengerti kan!". jelas Ilham dan Lisa mengangguk."Baiklah aku harus pulan
Setelah mendapat siraman kalbu dari ibunya, hati Ari menjadi lebih tenang dia jadi lebih mendekatkan diri pada sang pencipta banyak beribadah dan berdoa meminta pengampunan dan permohonan untuk bertemu kembali dengan Lisa, Laras dan Saga.Beberapa akhir ini juga Ari sudah mulai beraktivitas dia tidak selalu melamun dan diam, dia berusaha untuk membuang rasa kesepian nya dengan melakukan banyak hal seperti membantu tetangganya yang sedang membutuhkan bantuan nya.Untuk para tetangga, tentu saja mereka semua sudah tau apa yang terjadi dengan rumah tangga Ari dan Lisa, sebelumnya sempat menjadi buah bibir yang ramai di bicarakan namun semakin kesini mereka jadi memaklumi dan menjadi kasihan pada kehidupan Ari.Dan untungnya mereka baik mau mendoakan Ari yang sudah melakukan kesalahan dan memberikan dukungan pada Ari dengan tidak membahas atau mengintimidasinya."Ri, saya ada kabar baik buat kamu". ucap Hadi sengaja menemui Ari di rumahnya."