Saat Ilham berjalan perlahan untuk meminta penjelasan pada Bu Rumi dengan sorot mata yang tajam sambil mengepalkan tangannya membuat Bu Rumi ciut juga.
Namun sedetik kemudian Bu Rumi bisa bernafas lega karena pak RT datang di waktu yang tepat."Maaf saya terlambat!". ucapnya dengan nafas tersengal-sengal pasalnya pak RT ini berlari dari rumahnya menuju ke kontrakan Lisa yang jaraknya lumayan jauh.Ilham tentu saja mengehentikan langkahnya kala mendengar suara seorang pria paruh baya yang menyerobot masuk."Tenang bapak-bapak ibu-ibu, masalah ini kita bisa menyelesaikan nya dengan kepala dingin kalian jangan saling menghakimi apalagi kalau tidak ada bukti". papar pak RT dengan suara yang tegas."Pak RT laki-laki ini sama janda itu telah berbuat mesum di kampung kita dan yang laki-laki itu sudah memiliki istri mereke berselingkuh pak RT"."Iya pak RT, menurut pak RT apa kita harus diam saja melihat perbuatan mereka dan tidak memikiAkhirnya mereka pun membawa Ilham serta Lisa ke balai desa untuk di adili, banyak sekali para warga yang mendatangi balai desa guna untuk melihat perkembangan penggerebekan itu.Sebenarnya para warga yang lain sangat menyayangkan atas tindakan warga yang asal tuduh saja karena selama ini yang mereka lihat, Lisa tidak seperti wanita yang merusak rumah tangga orang lain, meski dia tidak ada suami tapi selama ini Lisa sangat menjaga kesopanan dan kehormatan nya.Karena memang Lisa termasuk wanita yang manis dan kalem, para ibu-ibu di sini terkadang ada yang iri karena Lisa dan Anak-anaknya selalu mendapat perhatian dari ibu-ibu yang baik.Sambil membawa Laras dan Saga, Lisa duduk di kursi sidang dan di sebelahnya ada Ilham yang tatapan nya sangat datar menatap lurus ke depan, bukan apa-apa sebenarnya dia sangat tidak tega melihat wanita yang di cintainya harus di adili beserta anak-anaknya hanya karena kesalahan yang dia perbuat."Jadi bagaimana? cob
Suasana dalam ruang balai desa itu masih tampak hening, melihat dari cara bicara Ilham saja sudah memperlihatkan bahwa pria itu tidak berbohong apalagi tidak nampak gugup apalagi gemetar justru setelah mereka mendengar semuanya mereka jadi segan terhadap Ilham."Tapi tetap saja kalian berdua tidak boleh berduaan meski ada anak Lisa tetap saja mereka masih kecil belum tau apa-apa jadi kalian di larang untuk berdua di dalam kontrakan". ujar Bu Rumi yang memang benar."Untuk soal itu saya minta maaf, setelah ini saya berjanji tidak akan menemuinya setelah urusan pribadi kami selesai maka itu lain ceritanya dan sekarang saya minta sekali lagi pada kalian agar tidak ada yang menyakiti atau pun menggunjing nya lagi. Mengerti!". sekali lagi Ilham tekankan pada warga di sana agar tidak semena-mena pada Lisa dan Ilham terpaksa melakukan ini demi ketenangan Lisa dan anak-anaknya.Semoga saja Ilham dapat mengubur perasaannya lagi dan lagi terhadap Lisa yang memang se
Setelah masalah selesai di kediaman Lisa, Ilham memutuskan untuk pulang dan menemui Maya ada hal yang ingin dia tanyakan sesuatu yang mengganjal sebelum akhirnya dia membuka hati karena setelah ini dia berjanji demi Lisa untuk menjaga keutuhan rumah tangga nya.Sampailah dia di rumah, rumah tidak di kunci jadi dia masuk saja tetapi sebelumnya sudah mengucapkan salam."Maya...! dimana kamu?" panggil Ilham terhadap istrinya.Tidak ada sahutan, mencari ke kamar pun tidak ada, kamar mandi dapur tapi tetap tidak ada."Dimana Maya?". gumam nya lalu teringat sesuatu."Ah dia pasti di sana". langsung saja Ilham menemui Maya yang di pastikan berada di belakang rumah.Ternyata benar Maya sedang memberi makan ikan di sana memang tempat favoritnya bisa memberi makan ikan peliharaan nya sekaligus merawat tanaman nya karena dia memang suka berkebun."Maya!" panggil Ilham pelan.Maya menghentikan aktivitas nya saat mendengar s
Setelah melihat kesungguhan Ilham, hati Maya terketuk juga bagaimana pun dia juga sangat mencintai Ilham dan tidak ingin Ilham pergi dari hidupnya dia melakukan ini hanya agar Ilham kembali padanya.Baiklah, dengan menghembuskan nafas pelan Maya berusaha memaafkan suaminya itu dan memberikan kesempatan kedua, jika di kesempatan ini dia malah berbohong maka dia tidak akan segan-segan untuk berbuat sesuatu terhadap Lisa."Baiklah, aku akan memberikan kesempatan untukmu. Tapi.. jika kamu membohongi ku maka aku tidak akan segan-segan untuk menyakiti Lisa juga anak-anak nya kalau perlu. Kamu mengerti!". ucap Maya datar."Baik, aku berjanji terimakasih karena kamu sudah mau memberikan kesempatan untukku". jawab Ilham datar juga.Demi Lisa dia akan mengorbankan perasaannya dan belajar melupakan nya."Dan permintaan ku jangan ada wanita lain selain aku dalam hidup mu karena aku tidak mau jadi yang kedua, ingat itu mas". lagi Maya berucap seakan
"Ri, gimana kerja pertama kamu hari ini?" tanya rekan kerja Ari yang baru yang bernama Agus saat mereka istirahat tiba."Ya lumayan cape!". jawab Ari sekenanya sambil mengatur ritme nafas."Ya di jalanin aja ri, namanya kita mengadu nasib jangan pernah nyerah"."Iya gus".Ari memang sudah bekerja hari ini menjadi kuli bangunan proyek gedung yang nantinya akan berdiri sebuah perusahaan di bidang elektronik milik bos kaya raya pulau seberang.Dan dia tidak bersama Hadi teman tetangga kampungnya yang ikut serta juga mereka di pisahkan di bagian masing-masing namun masih bertemu di saat keduanya pulang karena mereka tinggal satu mees.Dan Agus adalah teman baru dari perantauan juga, dia menjadi rekan kerja Ari selama masa proses pembangunan ini. Untuk baru pertama bertemu mereka sudah akrab karena memang Ari yang orangnya supel dan mudah berbaur dengan orang lain membuat nya bisa langsung beradaptasi di tempat baru manapun.
"Rio, kamu ngagetin aja sih!". Rena kesal karena di ganggu."Lagian, kamu ngapain mondar mandir ngga jelas disini". lelaki yang di panggil Rio itu menyahut sambil memandang Rena yang terlihat gelisah."Kamu di cariin pak Wawan tuh, katanya kamu suruh menghadap dia". lanjut Rio memberi tahu maksud nya."Ya ampun aku lupa, aku kan emang mau nemuin pak Wawan". Rena menepuk jidatnya sendiri kala ingat dirinya yang terburu-buru tadi."Makasih ya Rio udah ngingetin". Rena langsung bergegas pergi sedang Rio hanya menggeleng kan kepalanya.*****Sudah tiga bulan lamanya Lisa mengontrak di tempat itu dan selama itu pula Ilham tak pernah lagi mengunjungi nya. Lisa jadi tenang akan hal itu dia juga tidak pernah mendengar lagi dirinya di bicarakan oleh tetangga-tetangga yang biasa bergosip di warung langganan Lisa.Semua itu berkat Ilham, Lisa sangat berterimakasih untuk itu dia tidak ingin menyakiti hati Maya jika seandainya dia me
"Mah, kenapa berhenti?". tanya Laras tiba-tiba membuyarkan pikiran Lisa yang saat ini hatinya seperti di hantam batu besar begitu sesak dan nyeri.Sadar anaknya bertanya, Lisa segera menghapus air matanya dan berusaha tersenyum tegar, "Maaf sayang, mamah tadi lagi mikir apa saja yang kurang". kilah Lisa namun karena Laras masih kecil jadi dia tidak mengerti dengan perubahan raut wajah ibunya."Maaf mas, terimakasih". ucap Rena tersenyum kikuk, beda dengan hatinya yang terus berdebar karena wajahnya sangat dekat dengan Ari membuat pipinya merona merah."Ngga apa-apa mbak". jawab Ari singkat menanggapi nya hanya hal biasa saja namun siapa sangka di seberang sana ada hati yang tersakiti.Ari masih belum sadar, jika dirinya begitu dekat dengan anak dan istrinya dia masih bersikap biasa dan terus memperhatikan atasannya yang kini sedang di pegangi.Tapi Laras yang notabene anaknya selalu ingin tau dirinya melihat sekitar dan matanya tertuju pa
Saga yang sudah berada di dekat ayahnya pun ikut berontak turun sambil memanggil kata ayah yang belum mahir berbicara alias masih cadel. Balita itu berlari mendekati ayahnya yang sedang bersama kakaknya dan Lisa membiarkan itu.Ari yang melihat anak keduanya berlari menuju ke arah nya langsung meraihnya dalam gendongannya dan memeluknya erat serta menciumi seluruh wajah Saga dengan penuh kerinduan."Saga anak ayah, ayah kangen nak!" dengan air mata yang turun begitu saja membuktikan bahwa pria ini benar-benar sangat merindukan nya.Saga hanya tertawa riang dengan celotehan nya, sepertinya anak itu begitu senang bertemu dengan ayahnya hingga wajahnya selalu tertawa.Lagi-lagi Lisa merasa terpukul, melihat kedua anaknya yang sangat merindukan ayahnya dan apakah dirinya begitu tega jika harus memisahkan mereka lagi hanya karena masalah yang belum jelas.Setelah puas antara anak dan ayah itu yang saling melepaskan kerinduan, kini pandangan Ar