Allona mengunjungi rumah yang ditempati Hans dan Diandra, ia sangat mengkhawatirkan keadaan menantunya tersebut. Saat mengetahui Diandra masih terlelap di kamarnya, ia melarang Bi Harum membangunkannya. Sambil menunggu Diandra bangun, Allona membantu Bi Harum membuat hidangan untuk makan malam.
“Bi, Hans di kamarnya?” Allona menanyakan keberadaan putranya sambil mencincang daging ayam sebelum digiling.
“Tuan belum pulang, Nyonya,” jawab Bi Harum usai menyerut wortel.
Setelah mengetahui keberadaan Hans, Allona menyuruh Bi Harum membuat telur dadar, sedangkan ia akan menggiling daging ayam yang sudah selesai dicincang. Ia akan membuat rolade ayam wortel untuk makan malam mereka.
***
Diandra terlihat lebih segar seusai mandi, meski wajah pucat dan mata sembapnya masih terlihat jelas. Langkah kakinya yang hendak ke dapur memelan saat melihat Allona sedang menata hidangan di atas meja makan. Ia tersenyum tipis ketika Allona menyadari kehadirannya.
“Sud
Atas permintaan keras kepala Allona, Hans terpaksa harus menginap di rumah sakit selama sepuluh hari hingga jahitannya dilepas. Bahkan, setelah jahitannya dilepas pun Allona tetap meminta Hans untuk mengontrolnya ke rumah sakit. Allona hanya ingin memastikan luka Hans akibat tusukan tersebut mendapat penanganan yang tepat dari tim medis.Selama sepuluh hari Hans dirawat, sekali pun Diandra tidak pernah menjenguknya di rumah sakit. Allona yang mengetahuinya tidak bisa memberikan komentar. Ia memaklumi keabsenan Diandra, apalagi selama ini perlakuan dan sikap Hans sangat buruk padanya. Untuk meminimalkan rasa khawatirnya saat malam hari, Allona memerintahkan Pak Amin tinggal di rumah Hans bersama Diandra dan Bi Harum. Ia terpaksa melakukannya karena Diandra menolak ketika diminta pindah ke kediaman Narathama selama Hans dirawat.Selama dirawat, Hans mengerjakan semua pekerjaan kantornya di rumah sakit, kecuali memimpin rapat. Ia terpaksa membuat Damar repot karena harus bo
Untuk mengantisipasi pertengkaran yang terjadi antara Hans dengan Diandra, Allona meminta keduanya berangkat menuju tempat acara dari kediaman Narathama. Ia merencanakan berangkat bersama-sama meski menumpangi mobil yang berbeda. Awalnya Hans menolak karena dianggap membuang-buang waktu, tapi Allona tetap bersikeras, sehingga mau tak mau ia pun terpaksa menurutinya.Kini mereka sudah tiba di tempat acara. Mereka sengaja tiba lebih awal karena bertindak sebagai tuan rumah. Berselang beberapa menit, undangan pun mulai berdatangan dan memberikan ucapan selamat kepada Hans serta Allona. Demi kesopanan, Diandra terpaksa memasang senyum palsu dan berdiri di samping Hans ikut berbasa-basi menyapa para undangan yang hadir.Hampir semua undangan memuji penampilan Hans dan Diandra yang terlihat sangat serasi, terlebih keduanya masih tergolong pengantin baru. Long dress hitam bergaya vintage dan berbahan lace terlihat sangat cocok melekat pada tubuh berisi Diandra. Tatanan rambutny
Bi Harum terkejut sekaligus khawatir melihat Hans dan Diandra duduk bersama menikmati sarapan masing-masing, sebab baru pertama kali pemandangan ini disaksikannya sejak sepasang majikannya tersebut menikah. Selama berada di rumah ini, ia hampir tidak pernah melihat Hans dan Diandra bertengkar secara langsung. Berbeda seperti yang pernah dilihatnya langsung beberapa kali di kediaman Narathama. Bi Harum takut jika harus melihat kemarahan pasangan suami istri tersebut, terlebih tidak adanya Allona yang menjadi penengah.“Apakah jenis kelaminnya sudah diketahui?” Hans memecah keheningan di sela-sela kegiatannya menikmati nasi gorengseafoodkesukaannya.Diandra menghentikan kegiatannya mengunyah dan beralih menatap Hans intens. “Kenapa sejak kemarin kamu terus saja menanyakan tentang anakku? Dulu, jangankan menanyakannya, keberadaannya pun biasanya tidak pernah kamu pedulikan,” ucapnya sarkastis. &ldquo
Hans menepuk keningnya setelah menyadari dokumen pentingnya tertinggal di meja kerjanya, di rumah. Ia tidak mungkin menyuruh Damar untuk mengambilnya ke rumah, karena asistennya tersebut tengah mewakilinya menghadiri beberapa rapat. Ia sendiri juga tidak bisa meninggalkan pekerjaannya yang masih menumpuk di atas meja kerjanya. Ia ingin menyelesaikan semua pekerjaannya sebelum berangkat ke Jepang besok malam bersama Damar. Dengan berat hati ia harus meminta Bi Harum mengantarkannya ke kantor.“Bi, tolong ke kamarku dan ambil tumpukan map yang ada di atas meja kerjaku,” beri tahu Hans setelah Bi Harum menjawab panggilannya.“Tidak, Bi. Damar sedang sibuk. Tolong Bibi yang mengantarkannya ke sini ya, ” pinta Hans sopan. “Terima kasih, Bi,” sambungnya setelah Bi Harum mengiyakannya.Setelah menaruh ponselnya di atas meja, Hans menyandarkan punggungnya pada kursi kebesarannya sambil memejam
Pagi ini Diandra menikmati sarapannya seorang diri, sebab Hans belum bangun dari tidurnya. Ia sudah memberi tahu Bi Harum mengenai kepindahan mereka ke kediaman Narathama selama Hans pergi ke Jepang. Diandra juga mengatakan akan ke kediaman Narathama setelah Hans selesai berkemas, jadi ia minta supaya Bi Harum bersiap-siap terlebih dulu usai menuntaskan pekerjaannya.Ketika Hans baru tiba di ruang makan, Diandra sudah menyelesaikan sarapannya. “Sudah selesai?” tanyanya berbasa-basi.“Sudah,” Diandra menjawab setelah berdiri.“Tunggu,” tahan Hans sehingga Diandra mengurungkan langkah kakinya. “Aku belum menyapanya,” sambungnya.“Pagi, Nak. Bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak? Tidur Papa juga sangat nyenyak,” ucap Hans yang tengah menyejajarkan tubuhnya pada perut Diandra.Untung saja Bi Harum sudah ke kamarnya untuk berkem
Walau sudah seminggu berlalu, hingga kini Deanita masih tidak menyangka jika perbuatan ibunya di masa lalu sangat murahan dan licik. Bahkan, lebih murahan dari tindakan Diandra yang sengaja menghancurkan hubungannya dengan Hans. Ia sudah mengetahui kejadian sebenarnya mengenai pertengkaran yang dimaksud ibunya tersebut saat sarapan dari mulut ayahnya langsung. Apalagi sebelumnya ia sempat menanyakan kepada Bi Asih, yang saat itu berada di rumah sekaligus menjadi saksi pertengkaran orang tuanya.Deanita terenyak dan sangat terpukul, saat akhirnya untuk pertama kali mendengar penuturan ayahnya tentang perbuatan ibunya di masa lalu. Ia merasa sangat malu dan kecewa mempunyai ibu seperti Yuri. Seorang ibu yang rela melakukan perbuatan murahan dan licik hanya untuk memenuhi hasrat keegoisannya. Jika kini ayahnya akan menceraikan ibunya, ia akan mendukungnya.Deanita berdiri di balkon kamarnya sambil mengingat kejadian seminggu lalu yang membuat h
Hans menghela napas lega karena keberadaannya di Jepang yang ia perkirakan sekitar dua minggu menjadi lebih singkat, yaitu sepuluh hari. Setelah pesawat yang mereka tumpangi mendarat dengan selamat di bandara, Hans mengizinkan Damar pulang telebih dulu sambil membawa barang-barangnya, tapi tidak ke kediaman Narathama, melainkan ke apartemennya sendiri. Ia juga meminta agar asistennya tersebut merahasiakan kepulangan mereka dari keluarganya, termasuk Diandra. Ia sudah menghubungi Felix agar segera menjemputnya di bandara, memaksa lebih tepatnya.“Kenapa harus aku yang menjemputmu? Memangnya ke mana Damar atau sopir pribadi keluargamu?” Felix menggerutu setelah Hans memasuki mobilnya dan memasangseatbelt. Ia benar-benar dibuat kesal oleh sahabatnya ini.“Aku menyuruh Damar terlebih dulu pulang dan mengizinkannya beristirahat di apartemennya sendiri. Aku juga merahasiakan kepulanganku dari keluargaku, termasuk para pekerja di
Hans yang baru saja mulai menuruni anak tangga setelah selesai membersihkan diri terkejut mendengar suara benda jatuh sehingga membuatnya berlari. Ia terkejut melihat Diandra berdiri mematung dan ponsel masih menempel di telinganya, sedangkan seorang asisten rumah tangganya tengah memungut pecahan gelas yang ada di sekitar kaki istrinya. Ia bergegas menghampiri Diandra dan menyentuh pelan lengannya, kemudian mengambil ponsel tersebut. Melihat Diandra hanya menoleh dengan mata merah dan tatapan datar, Hans langsung menggendong tubuh istrinya agar asisten rumah tangganya lebih mudah memungut pecahan gelas.“Minumlah dulu.” Hans mengangsurkan segelas air putih yang diberikan Bi Harum. Ia membawa Diandra ke ruang keluarga dan mendudukkannya di sofa.“Hans, antar aku ke rumah sakit,” Diandra mulai bersuara setelah meneguk sedikit air yang diberikan Hans.“Perutmu sakit?” Hans khawatir melihat tangan Diandra mengelus p