BRAK!!
"Apa-apaan sih mereka itu! sudah kudga mereka menyembunyikan sesuatu dariku! kenapa tidak terus terang saja? mungkin aku bisa menerimanya walau hanya sedikit!" oceh Aldo seraya membanting pintu kamarnya.
Aldo menjatuhkan dirinya sendiri ke kasur dan mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi diluar sana, sedangkan Ethan dan yang lainnya masih diluar seraya membereskan semua barang yang berantakan akibat kedatangan Aldi sebelumnya.
"Apa kita tidak bisa jelaskan saja pada Aldo soal dia yang dulu jadi arwah liar dan meminta bantuan kita?" tanya Rianti pada Ethan.
Ethan hanya diam seraya menundukkan kepalanya, sebenarnya apa yang dikatakan Rianti itu sama seperti yang dipikirkan oleh Ethan tapi jika mereka menjelaskannya pada Aldo sekarang ada kemungkinan Aldo tidak akan menerima kenyataan yang mereka ceritakan padanya.
"Tidak bisa.. resikonya terlalu besar. Biarkan dia mengi
"Kak Aldo?!""Eh? kenapa Ra?" tanya Rianti terkejut mendengar Khairana berteriak."Kak Aldo Riri! dia dalam masalah!""Apa? gak mungkin, kak Ethan pasti menghubungi kita kalau ada masalah disana""Tapi sinyal kristalnya berkata seperti itu! mami ana apa anda juga merasakan hal yang sama?" tanya Khairana pada Iriana seraya menggenggam tangan cenayang itu."Iya, aku juga merasakannya. Terjadi sesuatu yang membuat Ethan tidak bisa menghubungi kalian, sebaiknya kalian cepat kembali" ujar Iriana seraya bangkit dari tempat duduknya."Dan untuk Rianti, kau sudah mengerti kan apa yang baru saja aku jelaskan soal kristalmu? dia akan menunjukannya padamu kalau kau berusaha mencari tau" Rianti mengangguk menanggapi ucapan Iriana dan menyusul Khairana dan Sunny yang sudah lebih dulu berlari kearah mobil."Terimakasih mami ana" ucap Rianti.
“Sudah kuduga” Aldo bersweatdrop kala melihat rumah tempat tinggal Iriana dari luar.“Ada apa?” tanya Ethan saat melihat reaksi tidak mengenakan dari Aldo.“Tidak ada, aku hanya sudah mengira kalau rumah cenayang akan mengertikan seperti kastil hantu atau semacamnya” ujar Aldo membuat yang lain menepuk jidat mereka masing-masing pasalnya rumah Aldo lebih terlihat seperti rumah hantu saat mereka pertama kali menginjakan kaki disana.“Kalian? Kukira siapa yang bikin ribut diluar rumah” ucap Iriana seraya mengintip dibalik celah pintu rumahnya.“Mami ana,” sapa Khairana.“Ah.. si arwah liar itu ternyata sudah kembali ke tubuhnya ya, masuklah kalian semua” ucap Iriana seraya membukakan pintu untuk mereka.Seperti biasa mereka duduk di ruang tengah dengan meja bundar dan sebuah bola kristal di
“Ra?! Udah siap?!” teriak Rianti dari arah luar rumah Khairana.“Siap!! Rara turun!!” Khairana berlari menuruni tangga saat mendengar suara Rianti, tak lupa juga ia membawa kotak bekal makan siang yang dibuatkan oleh asisten rumah tangganya.“Eh? Sarapannya?”“Maaf bi! Rara buru-buru nanti Rara sarapan bareng Riri di kantin! Rara berangkat ya bi!” Khairana menutup pintu agak keras karna buru-buru pergi ke sekolah membuat asisten rumah tangganya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.“Dia pasti terlalu senang karna arwah itu akan menjadi teman satu sekolahnya”“Gak sarapan?” tanya Rianti saat mendengar suara perut Khairana, sang empu yang ditanya pun hanya bisa menggaruk kepala tak gatal.“Harusnya tadi sa
“Ra kalau gak kuat lari bilang aja ya, jangan maksain diri kamu” ucap Rianti yang khawatir karna Khairana sudah mengeluarkan keringat lebih banyak dan wajahnya pucat sekali namun Khairana hanya tersenyum seraya mengangguk tanda mengerti.Aldo memperhatikan Khairana sedari dari, ada perasaan khawatir seperti yang dirasakan Rianti saat ini dengan keadaan Khairana, disisi lain seorang guru pembimbing mereka yang tak lain adalah Aldi malah tersenyum misterius melihat kedua orang itu khawatir dengan keadaan Khairana.“Wah wah~ ternyata sang pangeran khawatir dengan keadaan sang putri yang kini tengah dalam keadaan yang tidak mengenakan. Apa aku harus memberi bumbu sedap di adegan mereka berdua?” batin Aldi seraya mengelus-elus dagunya sendiri.PROK PROK PROK!“Baiklah anak-anak pemanasarannya sudah cukup, sekarang mari berkumpul” titah Aldi seraya menepuk-nepukkan tanga
“Hah... bisa-bisanya aku kebelet saat jam pelajaran gini” Aldo berjalan sendiran melewati lorong sekolah menuju toilet siswa.Aldo berhenti saat ia melewati gudang sekolah mengingatkannya akan sesuatu tapi ia tidak tau apa itu.“Sejak alu menyebut perkataan itu, rasanya kata itu selalu terngiang-ngiang dikepalaku... apa ada sesuatu yang terjadi sebelumnya disini?” batin Aldo seraya memegangi kepalanya dan mencoba masuk ke dalan gudang.Kata ‘Jangan sentuh milikku’ yang Aldo ucapkan tadi pada Aldi terus berputar dikepalanya bersamaan dengan kilas kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu saat Aldo masih menjadi arwah lliar yang sedang melindungi Khairana dari Aldi.“Apa ini,,, apa aku pernah kesini sebelumnya? Aku... melindungi.. Khairana?” batin Aldo seraya memegang kepalanya yang terasa berdenyut saat potongan ingatannya perlahan kembali.
“Jadi? Kenapa kau bisa tiba-tiba sakit kepala? Apa kau mengingat sesuatu?” tanya Ethan yang merasa penasaran melihat Sunny dan Aldo berbicara serius.“Ya... aku mengingat sesuatu, tapi lupakan saja sudah tidak sakit lagi kok”“Yang benar?” tanya Ethan lagi untuk memastikan kalau Aldo sedang tidak berbohong.“Benar kok”Sunny hanya diam mengingat perkataan Aldo tadi kalau dia ingat saat masih menjadi arwah liar pernah menginap dirumahnya, Khairana kalau mendengar kabar ini pasti gembira.Tiba-tiba saat Sunny akan mengambil ponselnya, gelang mereka bertiga bersinar sangat terang sepertinya terjadi sesuatu pada salah-satu gadis-gadis itu. Aldo, Ethan, dan Sunny saling bertatapan seperti memikirkan hal yang sama.“Apa terjadi sesuatu pada Khairana dan Rianti?” tanya Sunny merasa tidak enak saat gel
“Kau yakin melihat siapa pelaku pembunuhan papaku, Riri?!” tanya Khairana dengan tatapan berharap kalau Rianti bisa memberitahu gambaran tentang orang yang sudah membunuh papanya.Rianti tidak tega melihat tatapan Khairana yang saat ini tengah dilanda sebuah ujian yang benar-benar tidak bisa ia bayangkan sama sekali.“Tenang dulu Ra, aku akan ceritakan semua yang aku lihat. Oke?” ucap Rianti mencoba menenangkan Khairana dan ia pun mencoba untuk tetap terkendali..“Saat aku diberitahu oleh Sunny untuk menggunakan kekuatanku agar masalah ini terpecahkan, aku memegang lengan papamu. Disana aku melihat ia sedang berjalan menuju ruang kantornya setelah sebelumnya kau bilang beliau mampir sebentar untuk memeriksamu kan?” Khairana mengangguk seraya menyusut air matanya yang terus saja menetes tanpa permisi.“Dia melewati setiap lorong perusahaan itu, s
Sebulan sejak kematian Gerald, kini Khairana mencoba untuk beraktifitas seperti biasa lagi tanpa kehadiran seorang ayah disampingnya."Mama yakin gak mau Rara bantu ngurus perusahaan papa? Mama juga kan harus segera balik ke luar negeri""Kamu fokus aja dulu sama sekolah kamu sayang, jangan pikirkan soal bisnis. Mama masih bisa mengatasinya sendirian, kalau kamu sudah lulus nanti kamu bisa ambil alih perusahaan papamu" jawab beliau seraya mengelus pucuk kepala Khairana.Khairana hanya pasrah dan menghela nafas saat mendengar jawaban dari ibunda tercintanya itu, seraya mengambil tas sekolah dia menyalami mamanya dan berpamitan sebelum pergi ke sekolah."Kalau gitu Rara pergi dulu ya ma, assalamu