Menggulung rambutku tinggi-tinggi, menyesap jus semangka pake susu tanpa gula, mungkin saja membuat moodku membaik. Aku bergidik, mengingat mimpi semalam. Bukan mimpi basah karena bercinta dengan pria muda segar berotot penuh vitalitas, tapi karena mimpi jadi babunya Raden Mas Fathian mangkubumi yang mulutnya minta disumpel kaos kaki.
(Duh komennya siapa kemaren yak 😆 🤣)Aku merasa mengalami berada di sumur yang kotor dan kuno, menimba air lalu mencuci setumpuk serbet dapur yang hitam penuh arang. Yang terjadi berikutnya adalah aku pingsan di alam mimpi. Lalu saat sadar aku sedang terlentang di kasur dengan tubuh yang berbalut busana kucel bau terasi dan peluh yang menempel karena kelelahan bekerja rodi siang dan malam, lalu tiba-tiba Thian datang dengan wajah berkumis dihiasi ekspresi seram yang membuatku berteriak ketakutan. Dan begitulah aku akhirnya terbangun.Aku berdoa pada Tuhan yang maha esa agar tak dipertemukan kembali dengan manusia
"Selamat datang pa, ma...?" Jojo berganti mencium kedua pipi mama setelah memeluk papa sedikit lebih lama. Sementara Renita yang juga datang telah bertukar kangen dengan mamanya tersayang, memandang padaku dengan senyum yang terlihat pilu karena melihat Jojo yang terus menempel seperti lintah di tubuhku.Kemudian pandangan papa berbinar setelah melihatku."Kemari, nak. Sudah 2 bulan kita tidak bertemu. Papa merindukan mantu papa yang cantik ini." Selalu begitu saat bertemu. Pujian demi pujian selalu disematkan diantara namaku. Papa memang paling menyayangiku, sebenarnya tiap bulan rekeningku dapat jatah darinya tanpa sepengatahuan Jojo.Aku tersenyum tulus lalu membalas pelukannya. Sosoknya jauh berbeda dari ayahku, tapi kehangatannya yang menembus hati sungguh membuatku makin merindukan ayah. Bahkan menurut Renita, aku sudah berhasil merebut perhatian papa darinya. "Kalau kakek melihat, dia pasti terpana melihat menantu c
Setelah saling membersihkan diri karena tubuh kami sangat lengket disana-sini. Aku menjatuhkan diriku ke ranjang besar Jojo. Abaikan nuansa dark grey yang berbaur dengan broken white yang menambah lelahnya mataku, warna segar seperti hijau, pink, ungu, orange, bagiku lebih merilekskan mata. Aku hanya ingin tidur setelah aktivitas melelahkan kami. Aku sudah kapok main sama Jojo. Dua ronde membuatku tepar, tulang-tulangku remuk redam. Tidak yakin apakah besok aku masih bisa syuting drama pendek untuk festival film Asean."Sayang, tidur yang bener""Mhhm" aku bergumam malas, men-scrol beberapa headline berita online. "Cuwa Amaya, tak puas hanya mengumbar kemesraan dengan suami, kedapatan mencium seorang pria ganteng tepat di depan muka suami" suatu saat kalau aku ketemu editor koplak ini, bakal aku cium bibirnya pake jepit cucian. Pinter banget bikin judul ghibah begini, sih. "Benerin posisi kamu, Wa."
Setelah mandi ala bebek tapi keluar kamar seperti angsa, aku berjalan santai sembari melingkarkan lenganku pada Jojo. Tidak ada sepatu berhak, hanya sandal rumahan kebesaran milik Jojo yang membuat perbedaan kami semakin kentara. Jojo juga menggunakan sandal rumahan. Mungkin dia tidak perlu ke kantor dengan hanya kemeja yang membungkus tubuhnya."Itu dibawah rame banget, emangnya ada apa?" Kamar Jojo ada di lantai dua, rumah ini berarsitektur Belanda yang terletak di pusat Jakarta. Dan untuk menuju ke ruang makan itu masih lumayan sangking besarnya rumah ini."Calon tunangan Renita datang, orangtuamu juga datang." orangtuaku tinggal ibu, apa itu berarti...."Dan suaminya""Owh" terakhir kali aku ketemu ibu adalah tujuh bulan lalu, saat aku dirawat karena retak tulang rusuk akibat kesalahan teknis di lokasi syuting. Dan bukannya menunjukkan rasa khawatir justru menyalahkanku yang ceroboh.
Harapan demi harapan papa dan mama sampaikan untuk Renita dan Fathian. Kanjeng maminya juga menginginkan agar Renita meluangkan waktu untuk Erlangga. Berjanji akan mengenalkan bunda kandungnya Erlangga kepada Renita agar tetap berhubungan baik dalam membesarkan Erlangga. Koq aku kasian mbak Kristin ya.Papa yang telah menganggap Renita seperti anak sendiri seperti Malika kedelai hitam pilihan itu, sedikit menyinggung agar kekurangan Fathian dalam berumah tangga dengan istri sebelumnya dibenahi. Tidak ada orangtua yang mau anak gadisnya dikawin cerai dengan kondisi Thian yang pernah gagal. Emang Renita masih gadis?Sementara Kanjeng mami menjelaskan bahwa ternyata Thian dan mbak Kristin memiliki keyakinan yang berbeda, belum lagi kecintaan wanita itu pada alam yang telah dimulai semenjak muda, membuat waktunya untuk keluarga kurang. Sementara Thian dan keluarganya ingin perempuan yang bisa full di dalam rumah, mendedikasikan dirinya h
"Kamu menangis? Jo, kau apakan dia? Apa kau membulinya?" Aku menatap Jojo sarat tuduhan. Padahal aku sih mana peduli."Kau terlihat seperti pelacur!" Perawan tua itu mendongak demi agar air matanya tak jadi tumpah."Owh tentu aku harus terlihat seperti pelacur menggoda di depan suami. Apa yang salah adik ipar? Lagi pula kami sudah menikah loh, apa pantas kamu masuk kesini." Aku berkata manis sekali."Aku yang menyuruhnya datang sayang, ku pikir itu tidak masalah. Ada kamu disini." Aku mencibir, apalagi tak ada aku ya. Dua orang ini memang suka ngeles. Untung ya tadi nggak jadi nyoblos, kalo enggak, udah kayak tangkepan maling."Kenapa kamu suka sekali menyakiti ku?""Aku? Menyakitimu? Menyakiti di mananya? Dimana yang sakit? Coba beri tau aku?" Menelisik seluruh tubuh Renita penasaran, tapi aku tetap tak beranjak dari depan pintu antara pintu kamar
Sepanjang perjalanan pergi dan pulang makan malam bersama keluarga baru ibuku, Jojo sibuk sendiri dengan tablet dan ponselnya. Wajahnya ditekuk, matanya selalu menajam saat menatap apapun. Jelas mood Jojo jadi hancur setelah pengakuan Renita pagi tadi. Apalagi video wik-wik Renita sudah ku re-send padanya sore tadi. Kepo sih, jadi kayak apa air mukanya Jojo waktu melihat miesoto selera Indonesia itu.Jadi setelah Lukas mengiyakan ajakanku atas permintaan Jojo untuk bertemu, kami langsung menuju lokasi syuting dimana Lukas sedang melakukan pengambilan gambar. Sebenarnya aku sempat chat dia sih tadi siang, bukan membahas orientasi seksualnya, tapi bagaimana bisa sempatnya mengabadikan lewat rekaman video. Jawabannya yang luar biasa membuatku menganga adalah hanya iseng dan spontanitas karena baru kali itu Lukas merekam aksi ranjangnya.Lukas itu termasuk pemain film yang diperhitungkan, dia masuk dalam salah satu deretan artis A lis
Pagi keesokan harinya, aku bangun dalam keadaan seperti zombie. Sampai rumah pukul setengah 1, aku masih harus beberes make-up karena tak mau ladang jerawat pindah ke muka. Iya kalau ladang ganja, aku pasti kaya seperti Mas Ang tokoh novel the Right itu. Lah ini bakal bikin kantongku jebol yang ada, serum gold acne di dokterku bandrolnya jutaan. Sementara Jojo, masih berkutat dengan MacBook entah hingga pukul berapa. Yang jelas ketika aku bangun Jojo juga ikutan bangun dan bergantian menggunakan kamar mandi. Pantes kantong matanya udah mirip palung Mindanao. "Ada syuting?" Aku meraih dasi yang dia sodorkan sembari mengangguk lalu menggeleng. Aku lupa hari ini apa saja jadwalku, syuting atau pemotretan. "Kamu makin tinggi apa aku yang makin pendek?" Seperti istri soleha aku memasang dasinya rapi yang ku akhiri dengan tarikan bertenaga kuat dan sedikit menyesakkan, membuat muka Jojo auto memerah dengan rahangnya
Aku duduk sendiri di balkon apartemen dengan berbungkus-bungkus makanan yang ku beli sepulang syuting tadi. Seperti keripik kentang, kripik udang, kripik jagung, sponge Snack, keripik beras kaya MSG, coklat aneka merk, biskuit dijilat dicelupin, sekotak besar eskrim, susu kotak mulai dari rasa degan sampai stroberi, dan masih banyak yang lainnya. Aku tidak pergi bersama teman-teman ku, aku memilih menikmati kesendirian yang terasa menenangkan yang rasanya jarang ku dapatkan. Sunyi, sepi, selaras dengan rasa di dalam hati yang diam-diam ku rasakan. Sunyi adalah sahabat lama yang ku rindukan, sepi merupakan kebahagiaan yang lama tak ku dapatkan. Dan bagiku bebas jadi gendut begini adalah karunia tak terhingga. Sebulan lebih membaiknya hubunganku dan Jojo yang penuh kepura-puraan, rasanya aku tak lagi punya waktu sendiri. Selalu ada dia dalam keseharianku meski hanya beberapa jam. Aku juga lelah mengumpatinya, yang rasanya sekarang jadi keb