Waktu sudah menunjukkan pukul jam 3 sore dan Aska kini tengah berada di kamar anaknya, sampai akhirnya Hanna datang menghampiri.
Tok tok tokTerdengar suara pintu yang di ketuk dan hal itu membuat Aska mengalihkan perhatiannya, "Siapa?""Saya tuan," jawab Hanna dari balik pintu."Masuk! pintunya tidak di kunci."Saat itu juga Hanna memasuki kamar Angel, tampak Aska tengah memperhatikan bayinya yang tertidur."Ada apa Hanna?" tanya Aska yang langsung to the point."Dibawah ada Bu Ratna serta seorang asistennya, beliau berkata bahwa mereka ingin mengukur jas dan juga dress untuk pernikahan anda Tuan.""Astaga... kenapa Mami tidak memberitahuku? Naura pun sekarang tidak ada di sini," pikir Aska yang kemudian bangkit dari tempat duduknya untuk menghampiri Bu Ratna yang berada di ruang tamunya."Hanna, tolong kamu jaga Angel karena saya akan menemui Bu Ratna sekarang.""Baik Tuan."Saat itu juga Aska melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar tersebut, dan menemui seorang sahabat dari ibunya."Hallo tante," sapa Aska yang disambut baik oleh Bu Ratna."Ya ampun Aska, kamu udah semakin dewasa dan Tante masih gak nyangka kalo sebentar lagi kamu akan menikah."Aska tersenyum, "Iya Tante..."Mata Bu Ratna tampak mencari karena ia yang tak mendapati mempelai perempuannya ada disana, "Calon istrimu mana?""Dia sedang ada urusan Tante, Mami juga gak ada cerita sama Aska kalo sore ini bakal ukur baju.""Kalau begitu mungkin besok Tante akan kembali lagi kesini."Aska menggelengkan kepalanya, "Tidak Tante... Kebetulan besok pagi Aska dan Naura akan pergi keluar, jadi nanti sekalian saja Aska ke butik tante.""Baiklah kalau begitu, kamu telpon tante saja jika kamu akan ke butik.""Pasti tante," angguk Aska."Kalau begitu Tante pulang sekarang," bersamaan dengan itu Bu Ratna bangkit dari tempat duduknya yang diikuti oleh seorang asisten."Mari Aska antar," tawar Aska yang kemudian mereka berjalan menuju teras rumah."Tante duluan ya," pamit Bu Ratna sebelum memasuki mobil."Hati-hati Tante."Bu Ratna tersenyum dan langsung memasuki kendaraannya.BrommmMobil yang ditumpangi Bu Ratna pun mulai melaju meninggalkan Aska disana, yang kebetulan sekali sebuah pick up juga berhenti di depannya."Dengan Pak Aska?" Tanya seorang pegawai yang kini menghampiri Aska."Iya saya sendiri.""Saya ingin mengantar barang-barang yang bapak order di pagi tadi.""Oh iya," angguk Aska yang kemudian memanggil asistennya."Ada apa tuan?" Tanya Rudi setelah ia sudah berada di hadapan Aska."Kamu tolong atur mereka untuk membawa barang-barang ini ke kamarnya Angel, dan minta Hanna untuk menyuruh para maid agar menyusun barang-barang ini di kamarnya.""Baik Pak!" jawab Rudi, yang saat itu juga Aska kembali memasuki rumah dan berjalan menuju ruang kerjanya karena ada beberapa hal yang harus ia periksa dan ia kerjakan.Sedangkan di sisi lain Naura dan Sarah baru saja selesai mengemasi barang-barang, yang di akhiri dengan merebahkan diri di atas tempat tidur."Capek juga," gumam Naura yang terdengar di telinga Sarah."Iya bener banget.""Kayaknya kita harus istirahat dulu."Sarah menghadap ke arah Naura yang ada di sebelahnya, "Kayaknya aku bakal kangen sama kamu Ra... gak ada lagi yang dengerin curhatan dari aku karena kamu jauh."Naura menjitak kening Sarah, "Aku gak pindah jauh-jauh jadi bisa ketemu."Sarah mengerucutkan bibirnya dengan tangan mengelus jidatnya yang baru saja di jitak, "Tapi kita gak akan bisa sedekat ini lagi."Naura menghembuskan nafas panjang, "Iya juga sih... aku juga pasti kangen dan bakal kesepian banget kalau gak ada kamu, soalnya gak ada lagi yang ngoceh-ngoceh.""Malah ngatain."Naura terkekeh, "Bercanda...""Kami baik-baik ya disana? Pokoknya harus bisa jaga diri jangan sampai si buaya itu nyentuh kamu sedikit pun!" Pesan Sarah yang cukup mengkhawatirkan sahabatnya itu."Oke!" Angguk Naura setuju."Selepas ini bagaimana kita keluar untuk mencari makan, anggap saja ini permintaan terakhirku sebelum kita benar-benar berpisah.""Kamu membuatku sedih Sarah, mendengar perkataanmu yang seolah-olah kita tidak akan bertemu lagi."Sarah memeluk Naura yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri, "Tentu saja kita akan bertemu! Walaupun tidak sesering ini."Naura hanya membalasnya dengan pelukan, karena tak kuasa untuk mengatakan apapun di situasi yang seperti ini.Bersambung,Keesokan harinya,Sarah membantu Naura untuk mengeluarkan koper-kopernya, di mana sebuah mobil sudah berhenti tepat di depan rumahnya, yang tak lain adalah sopir yang ditunjuk oleh Aska untuk menjemputnya. "Biar saya saja yang membawanya Non," ucap Pak Bambang sembari mengambil alih koper yang ada di tangan Naura."Makasih ya pak."Pak Bambang tersenyum dan kemudian memasukkan koper-koper tersebut ke dalam bagasi."Sering-seringlah berkunjung kemari," pinta Sarah sembari memeluk Naura."Tentu saja!""Hubungi aku jika kamu mengalami kesulitan gara-gara lelaki itu."Naura terkekeh dan menjawab, "Oke!"Setelah mereka berpamitan Naura pun memasuki mobil dan duduk di kursi penumpang dengan Pak Bambang yang menyopirinya."Hati-hati Ra!" Seru Sarah seraya melambaikan tangannya dengan mata yang menatap kepergian sahabatnya itu.BroommMobil pun mulai melaju meninggalkan pekarangan rumah kontrakannya, untung semalam ia sudah berpamitan dengan ibu pemilik kontrakan sehingga ia pun bisa dengan l
Di sebuah ruangan yang serba putih,Naura menggendong Vio dan memangkunya saat seorang dokter menyuntikkan DPT pada lengannya, sang bayi pun menangis dan Naura langsung menenangkannya."Anak pinter jangan nangis ya," ucap Naura yang menimang-nimangnya."Suntik DPT ini harus di lakukan berulang ya Bu, mulai dari umur 2 bulan, 3 bulan dan seterusnya.""Baik Dok," angguk Naura."Untuk semuanya apa anak saya gak kenapa-kenapa Dok?" Tanya Aska pada dokter spesialis anak tersebut."Semuanya baik Pak, berat badan serta kondisinya semuanya aman.""Syukurlah kalau begitu," lega Naura dan Pak Aska.Setelah melakukan imunisasi dan menimbang berat badan Vio, mereka pun memutuskan untuk pergi saat itu juga.Di dalam mobil Vio sudah bisa tenang dan bermain-main dengan Naura, sedangkan Laras kini duduk di samping Pak Sopir."Kita mau kemana Pak?" Tanya Pak Bambang seraya melirik ke arah Pak Aska melalui kaca spionnya."Ke butik biasa."Pak Bambang mengangguk kecil, "Baik Pak."Beberapa puluh menit k
Di kediaman Aska,Seorang wanita tampak menunggu di sofa ruang tamu dengan tangan yang asik memainkan ponsel, yang sesekali ia tersenyum.“Ini minumnya Non,” ucap seorang maid sembari meletakkan segelas jus di atas meja.“Oh iya apa Aska dan Naura belum juga kembali? Aku sangat ingin menemui keponakan kecilku,” tanya Fara padanya.“Mungkin anda akan menunggu lebih lama lagi karena setahu saya Nona Naura dan Pak Aska akan fitting baju setelah Nona Vio imunisasi.”Fara melemparkan ponselnya ke atas sofa seraya menyandarkan punggungnya, “Harusnya aku juga memberitahu mereka bahwa aku akan kemari.”Setelah mengatakan hal itu Fara berdiri dari tempat duduknya, dimana ia hendak pulang karena apa yang ia cari tak bisa ia temui saat ini.“Nona mau kemana?” Tanya maid itu lagi."Aku mau-""FARA!!" seru Naura yang saat itu juga berjalan ke arahnya dengan membawa Vio dalam gendongannya, kebetulan ia dan Laras baru saja sampai di rumah."Hai!!" senyum Fara yang beralih pada bayi mungil dalam gend
Sesampainya di kantor, Aska di temani oleh Brian untuk pergi ke ruangannya karena kebetulan ada beberapa hal yang harus Brian sampaikan padanya."Jadi apa yang ingin kamu beritahukan pada saya?" tanya Aska sembari mendudukkan dirinya di kursi kerja, dengan Brian yang kemudian menyusulnya."Saya ingin memberitahukan bahwa penambahan gedung di pabrik kita yang ada di cabang Cikampek sudah hampir 95% selesai, tapi ternyata di bagian kantin yang dekat dengan jalan masuk itu selalu tergenang air jika hujan Pak. Jadi kepala cabang meminta kita untuk merenovasi kantin tersebut untuk lebih di tinggikan lagi supaya ketika hujan nanti, kantin tidak akan kena banjir Pak.""Pabrik kita sudah berjalan hampir 4 tahun lalu kenapa masalah ini bisa terjadi?" Tanya Aska kemudian."Tak jauh dari pabrik ada aliran sungai Pak, dan sepertinya air meluap ketika hujan karena sungai tersebut sudah lama tidak di keruk.""Kalau begitu-"Tok tok tokPerkataan Aska terhenti ketika ia mendengar ketukan pintu dari
Di kediaman rumah Aska DirgantaraTampak Fara dan Naura sedang mengobrol dengan Vio yang berada di gendongan Naura."Jadi Apa kegiatanmu setelah resign dari kantor?" tanya Naura yang sebelumnya pernah lost contact dengan Fara."Sebenarnya aku bekerja hanya untuk menghabiskan waktu, dan sekarang aku sedang menganggur.""Tidak mencari kegiatan lain?""Em belum, sekarang aku hanya ingin bersantai setelah hampir 1 tahun bekerja dengan Aska. Sebenarnya ibuku menyuruhku pulang ke New York untuk kembali menjadi model," jawab Fara yang sebelumnya memang tinggal di sana bersama dengan kedua orang tuanya.Namun rasa penasarannya dengan Indonesia membuat ia merantau dan tinggal bersama dengan bibinya yang tak lain adalah Ibu Mega."Tak heran kamu memiliki wajah yang cantik serta tinggi badan yang ideal.""Sebenarnya menjadi model itu sangat sulit apalagi saat pelatihan dan juga pemilihan, untungnya ibuku memiliki rekan kerja disana sehingga aku bisa menggunakan jasa orang dalam.""Kamu terlalu
Sesampainya di kantor Fara langsung menghampiri Aska di ruangannya."Askaaaaa!! Kenapa kamu harus menikah dadakan sih?" protes Fara setelah ia ada dihadapan Aska.Kemudian Aska melepaskan kacamata yang ia gunakan saat mengecek laporan, dimana mejanya sudah banyak berkas yang bertumpuk karena kemarin ia tak masuk kerja."Suaramu seperti nenek lampir, jadi berhentilah untuk berceloteh."Fara membuka mulutnya, "Ngaca donk! Kamu juga begitu.""Baiklah kalau begitu kamu duduk dulu dan tenangkan dirimu..." titah Aska yang kemudian bergumam, "Sepertinya dia kerasukan makhluk astral saat di perjalanan."Fara memajukan bibirnya ketika mendengar gerutuan dari Aska, "Kenapa aku harus jadi sekertaris lagi? Ya aku tau ini hanya sementara, tapi seharusnya kamu meminta Naura untuk mengajari sekertaris baru sebelum resign. Baru saja dua bulan aku menghirup udara bebas dan kini aku harus kembali dengan tumpukan berkas yang sudah menjulang tinggi seperti bukit."Aska menyunggingkan senyumnya, "Jadi kam
Di sebuah ruangan,"Jadi bagaimana Pak? Apa proses penandatanganannya bisa di lakukan sekarang?" tanya seorang lelaki paruh baya, yang rupanya akan menjadi rekan kerja Aska."Tentu saja Pak," angguk Aska yang kemudian memberi isyarat pada Fara untuk mengeluarkan dokumen kontrak mereka."Saya sangat suka dengan penjelasan dari kalian dan semoga dengan terjalinnya kerjasama di antara kita bisa memajukan perusahaan, serta mempererat hubungan di antara dua perusahaan.""Saya sangat berterima kasih pada Pak Suryo karena sudah mempercayakan kami sebagai kandidat di perusahaan bapak," senyum Aska ketika Pak Suryo sudah menandatangani surat perjanjian itu."Iyah sama-sama."Setelah meeting selesai Aska dan juga Fara kembali ke kantor, namun sebelum itu mereka memutuskan untuk singgah ke sebuah restoran untuk mengisi perut karena waktu yang sudah menunjukkan pukul jam makan siang."Fara, sepertinya setelah makan siang aku akan pulang."Fara melirik ke arah Aska yang tengah menyuapkan nasi ke d
Setelah Naura selesai dengan makan siangnya, ia pun berjalan menuju kamar Aska karena Aska yang sudah menunggunya di sana.ketika ia sudah berada di depan pintu kamar, dia pun mengetuknya sampai sebuah suara membalas respon darinya."Masuk!"Naura menarik handle pintu dan masuk ke dalam sana. Tampak Aska sedang duduk di sebuah sofa yang ada kamarnya, dengan beberapa berkas yang ada di atas mejanya."Maaf Pak, ada keperluan apa bapak memanggil saya?" tanya Naura.Aska menunjuk ke sofa, "Kamu duduk dulu."Dengan patuh Naura pun duduk di sampingnya."Saya sudah mencetak surat kontrak kita dan silakan kamu baca terlebih dahulu sebelum menandatangani, karena saya tidak ingin sampai mengetik ulang."Naura mengangguk dan kemudian mengambil beberapa lembar kertas yang ada di hadapannya, lembaran demi lembaran kertas itu ia baca secara teliti."Bagaimana?" tanya Aska ketika Naura sudah menutup dokumen tersebut."Semuanya sudah baik! Kita tidak perlu tidur satu ranjang, dilarang melakukan hubu