Sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan apartemen."Terimakasih sudah mengantarku pulang," senyum Zea yang kemudian mendekatkan wajahnya untuk mencium pipi Aska.Aska tersenyum dan menjawab, "No problem.""Kalau begitu aku pulang sekarang, sampai bertemu besok!""Iya Ze," balas Aska dengan Zea yang kemudian keluar dari mobilnya."Hati-hati As!" seru Zea dari luar dengan tangan yang melambai.BroommmAska kembali menjalankan mobilnya menuju rumah karena waktu yang sudah menunjukkan pukul jam 1 malam.Ketika ia sampai di rumah dan ingin menemui Vio ia justru tak mendapati siapapun ada disana sehingga ia pun membuat kegaduhan dengan menyerukan nama Naura dan Hanna, sampai akhirnya Laras mendengar seruan tersebut datang menghampiri tuannya."Dimana Naura, Vio dan Hanna?" tanya Aska yang langsung to the point."E mereka pergi ke rumah sakit Tuan-""Siapa yang sakit?""Nona Vio demam sehingga mereka membawanya ke rumah sakit Medika."Aska tampak mengeluh, "Kenapa mereka tidak memberitahu
Naura tertidur dengan tangan yang selalu menggenggam Vio, melihat hal seperti itu Aska segera mengenakan selimut di tubuhnya dengan Brian yang spontan memalingkan wajah.Naura tampak nyaman karena ia yang merasa hangat, kemudian Aska berjalan ke arah Brian."Terimakasih sudah mengantar Naura dan Vio kemari, tapi ini sudah malam jadi lebih baik kamu pulang. Bukankah besok kamu harus bekerja," usir Aska secara halus.Sebenarnya Brian masih ingin bersama dengan Naura karena sangat jarang ia bisa menemuinya, "Hem baiklah kalau begitu.""Dan jika hal seperti ini terulang kembali tolong untuk memberitahuku terlebih dahulu, karena aku harus tahu dengan siapa istri dan anakku pergi."Brian mengepalkan tangannya ketika mendengar hal itu dan bergumam dalam hati, "Kenapa Aska malah mengakui Naura sebagai istrinya? Bukankah semua ini hanya sandiwara?"Brian mengenyahkan pikirannya karena mungkin Aska tak ingin orang lain salah paham."Kalau begitu aku pergi," lanjut Brian yang kemudian melangkahk
Sampainya di rumah Aska keluar dari mobil bersama dengan Hanna, namun langkah Aska terhenti ketika ia melihat seorang wanita yang tampak menunggu di depan pintu dengan dress hitam yang ia kenakan."Zea... kamu disini?" tanya Aska ketika ia sudah berada di depannya."Bukankah semalam kita sudah berjanji akan bertemu? Aku juga ingin bertemu dengan Vio.""Saat ini Vio sedang berada di rumah sakit."Zea tampak terkejut mendengarnya, "Apa!! Lalu bagaimana keadaannya sekarang?""Sudah mendingan."Zea mengangguk lega dan tanpa sengaja melirik ke arah Hanna."Permisi Nona," ramah Hanna yang langsung masuk ke rumah terlebih dahulu karena harus menyiapkan sesuatu.Aska tampak tak enak karena menemui Zea dengan keadaan berantakan seperti ini, "Maaf aku belum mandi.""E iya tidak apa-apa.""Em aku harus mengecek laporan dulu makanya aku pulang dan jika tidak keberatan kamu bisa singgah dan menungguku terlebih dahulu sebelum kita menjenguk Vio, itupun kalau kamu mau.""Ini kesempatan yang baik unt
Sadar dengan posisinya membuat Aska berhenti."Maafkan aku Zea, aku-""Maaf? Untuk apa?" tanya Zea yang masih duduk di pangkuan Aska."Maaf karena aku tiba-tiba menciummu."Zea tersenyum seraya mengalungkan tangannya di leher Aska, "Kita melakukannya karena sama-sama mau jadi tidak perlu meminta maaf.""Em sebenarnya aku sudah lama menyukaimu tapi waktu tidak pernah berpihak padaku hingga akhirnya kamu pergi waktu itu tanpa menungguku mengungkapkan semuanya," ungkap Aska dengan perasaan yang berdebar."Aku juga."Mendengar jawaban singkat dari Zea membuat Aska kembali menatap matanya, "Hah?""Aku sebenarnya sudah lama menyukaimu tapi keadaan yang memaksaku untuk pergi ke korea, jika saat itu aku tau kamu menyukaiku mungkin aku akan mempertimbangkan kembali pilihanku."Aska tersenyum lega, "A-aku sangat senang mendengarnya."Saking senangnya Aska membawa Zea ke dalam pelukannya, "Apa perasaan itu masih berlaku?"Zea menganggukkan kepalanya dan semakin eratlah Aska memeluknya."Aku meny
Di perjalanan,Aska menyetir sendiri mobilnya dengan Zea yang duduk di sampingnya."Em Aska, apa kamu sudah sarapan?" tanya Zea kemudian."Aku sarapan di rumah sakit saja, aku tidak sempat makan di rumah karena harus menemui Vio."Zea menatap Aska dengan senyuman, "Kamu sosok ayah yang sangat perhatian.""Itu karena dia putriku Ze, suatu saat nanti kamu akan mengerti bagaimana rasanya menjadi orangtua.""Kenapa harus menunggu nanti, aku juga menyayangi Vio walaupun kami belum bertemu."Aska menoleh ke arahnya dengan pandangan terharu."Dia adalah bagian dari dirimu dan sudah seharusnya aku juga mencintainya, kamu tau sendiri kan kalo aku sangat suka dengan anak-anak?"Aska mengangguk, "Tentu saja aku masih mengingat dimana kita menjaga sepupumu waktu itu.""Ya Aska, dan sekarang dia sudah menginjak bangku kelas 2 SD.""Oh ya? padahal dulu dia adalah bayi kecil yang sangat mungil, dan hal itu mengingatkan ku bahwa waktu memang cepat sekali berlalu.""Kamu benar Aska, sayang jika kita m
Fara memasuki ruang dengan sebuah kantong plastik di tangannya, ia tampak terkejut saat melihat Zea di sana."Dia siapa?" tanya Fara, sembari melirik ke arah wanita yang berdiri di samping Naura."Dia Zea," sahut Aska yang kemudian menoleh ke arah Zea, "Dan Zea... ini Fara sepupuku."Lantas Zea mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, tentunya dengan Fara yang merasa curiga pada Aska. Apalagi cara Aska menatap Zea yang seolah-olah wanita pujaannya, namun ia segera mengenyahkan hal itu."Oh iya aku hampir saja lupa!" seru Fara yang kemudian menyodorkan kantong plastik yang ia bawa pada Naura, "Makanlah Ra...""Untukku tidak?" timpal Aska."Memangnya kamu belum sarapan?""Belum sempat.""Untung saja aku membeli nasi beberapa kotak," jawan Fara yang memberinya satu kotak nasi.Cukup lama mereka mengobrol hingga tak terasa Brian dan Fara sudah menghabiskan waktu hampir satu jam lebih."Far, sebaiknya kita kembali ke kantor. Aku baru ingat kalau aku memiliki pekerjaan lain," ajak Brian
Waktu terasa begitu cepat dimana jam sudah menunjukkan pukul jam 4 sore.Dan kini seorang dokter sedang memeriksa keadaan Vio, yang tentunya Naura dan Aska sudah menunggu kabar selanjutnya mengenai putri mereka."Bagaimana keadaan putri saya, Dok?'" tanya Aska yang mendahului Naura."Kondisinya sudah membaik."Baik Aska maupun Naura sama-sama tersenyum lega ketika mendengarnya."Syukurlah kalau begitu.""Terus kapan Vio bisa dibawa pulang?" timpa Naura, yang kasian pada Vio jika harus menginap lagi di rumah sakit."Sebenarnya kondisi Vio sudah memungkinkan untuk pulang, tapi untuk antisipasi lebih baik Vio menginap semalam lagi agar saya bisa memastikan perkembangannya. Jika stabil mungkin besok sudah boleh pulang," jawab Sang Dokter."Baiklah kalau begitu.""Saya permisi, karena saya harus memeriksa pasien lain."Naura dan Aska mengangguk, "Iya Dok."Kemudian sang dokter pun berlalu dari ruangan itu."Aku sangat senang mendengar bahwa keadaan Vio sudah membaik," ucap Zea yang masih b
Di rumah sakitVio terbangun dan menangis saat tak mendapati Naura ada di sana. "Cup cup anaknya Papa," ucap Aska yang sedang menenangkannya.Sedangkan Zea sudah menahan kesal karena bising dengan tangisan Vio yang tak juga mereda.Kemudian Aska melirik ke arah Zea. "Ze, apa kamu bisa membantuku untuk menenangkan Vio?"Zea mengangguk dengan ragu dan mengambil alih Vio dari pelukan Aska."Sepertinya Vio haus As," ujar Zea yang menduga hal itu.Saat itu juga Aska meminta Laras untuk membuatkan susu untuk Vio, namun sayangnya Vio tak ingin meminumnya dan justru tangisannya semakin kencang."Ayo Vio minum dulu susunya," ucap Zea yang mencoba untuk memasukan ujung dotnya pada mulut Vio dan lagi-lagi Vio menolaknya.TringBersamaan dengan itu terdengar suara dari ponsel Aska, yang membuatnya mengalihkan perhatian."Maaf Zea, aku harus menerima telepon dulu dari Brian." setelah itu Aska keluar dari ruangan tersebut untuk menerima panggilan dari asistennya itu.Zea benar-benar di buat kesal