Ara benar-benar tidak bisa memejamkan matanya, padahal jam di kamarnya telah menunjukkan pukul satu dini hari.Hal tersebut, lantaran ponsel sang suami tidak dapat dihubungi.Dan itu benar-benar membuat Ara mencemaskan Joan.Apa lagi Zack yang juga sudah beberapa kali Ara hubungi, tidak mengangkat telepon darinya."Ya Tuhan, semoga suamiku baik-baik saja." ucap Ara.Dan sekarang ia memutuskan untuk keluar dari dalam kamar, menuju kamar sang ibu yang masih tinggal di rumah tersebut.Berharap saat tidur bersama sang ibu, Ara tidak lagi mencemaskan sang suami yang tidak bisa ia hubungi.Dan baru kali ini, selama Joan berada di luar kota ponselnya tidak bisa di hubungi."Ibu belum tidur?" tanya Ara yang baru masuk ke dalem kamar sang ibu.Dan melihat ibu Nindi masih terjaga diatas tempat tidurnya."Malam ini ibu tidak bisa tidur Ra." jawabnya. "Terus, kenapa kamu juga belum tidur?"Ara naik keatas tempat tidur sebelum menjawab pertanyaan sang ibu, lalu merebahkan kepalanya di pangkuan ibu
Bugh! Bugh!"Dasar Bodoh!" seru Zack, setelah memukul Joan berkali-kali.Dirinya tidak habis pikir, jika Joan sedang berbuat mesum dengan Vio di dalam kamar hotel wanita itu.Dan kembali lagi Zack memukul Joan, yang masih bertelanjang dada. "Suami biadab!"Jaon tidak melawan apa yang Zack lakukan padanya, menyadari semua memang salahnya."Kau sudah gila, Jo!" Entah umpatan apa lagi yang harus Zack katakan pada sahabatnya tersebut, dimana ia baru saja menyeret Joan dari dalam kamar hotel Vio menuju kamarnya.Saat Zack yang sedang mencari Joan, masuk ke dalam kamar hotel Vio yang luput tidak di tutup.Dan Zack melihat dengan mata kepalanya sendiri, jika Joan sedang bercumbu diatas ranjang dengan Vio."Apa kamu tidak mengingat Ara dan juga anak kalian hah? Suami dan ayah macam apa kamu, brengsek!"Zack ingin memukul Jaon lagi, yang sudah berdiri setelah sejak tadi mendapat pukulan bertubi-tubi dari sahabatnya tersebut.Namun, pukulan Zack kini ditahan oleh Joan. "Aku khilaf, Zack!""Gamp
Joan menautkan kedua alisnya, melihat ekspresi wajah Ara berubah menjadi sedih. Setelah istrinya tersebut mengangkat sambungan ponsel dari Vio.Tentu saja Joan takut, ekspresi wajah Ara berubah mungkin saja Vio mengatakan pada istrinya tersebut, kejadian semalam. Itu yang sedang Jaon pikirkan.Membuatnya segera mengambil ponsel miliknya yang masih menempel di salah satu telinga Ara."Biar aku saja yang bicara padanya sayang," Joan menempelkan ponselnya di salah satu telinganya. Dan kembali menautkan kedua alisnya ketika mendapati sambungan ponsel dari Vio terputus. "Sayang, kenapa kamu bersedih?" tanya Joan penasaran, takut apa yang dipikirkannya benar.Ara menatap pada Joan, membuatnya merasa bersalah."Maafkan aku, sayang. Aku benar-benar khilaf, tapi aku berjanji tidak akan melakukannya lagi." ucap Joan."Apa maksud ucapan kamu, sayang?" tanya Ara bingung dengan perkataan sang suami.Namun, Jaon tidak menjawab pertanyaan Ara. Merasa tidak mungkin Ara mengetahui kejadian semalam, s
Air mata membanjiri kedua pipi Ara, meskipun begitu ia masih bisa melihat beberapa foto di dalam galeri ponselnya.Foto sang suami dan juga Vio yang sedang bercumbu.Dimana Foto tersebut di kirim oleh Vio, yang tadi mengatakan perkataan yang begitu menyakitkan bagi Ara.Bagaimana tidak menyakitkan, karena wanita yang berstatus mantan kekasih sang suami. Mengatakan pada Ara telah tidur bersama sang suami saat sedang berada di luar kota."Ini tidak mungkin Ra, aku tahu Joan sangat mencintaimu." Zazi coba untuk tidak percaya jika Vio dan juga Joan telah tidur bersama.Meskipun Foto yang di kirim oleh Vio ke ponsel Ara, tidak bisa di abaikan begitu saja.Tapi sebisa mungkin Zazi menenangkan Ara, yang terus menangis setelah memutuskan untuk keluar dari rumah Vio.Ara tidak menimpali ucapan dari Zazi dan terus menangis, karena ia meyakini semua yang dikatakan Vio benar.Ketika mengingat, Ara malam itu tidak bisa tidur karena gelisah memikirkan sang suami. Dan Ara yakin gelisah yang ia rasak
Joan menatap pada Ara, setelah mendengar apa yang dikatakan olehnya. "Coba katakan lagi!" pintanya."Ceraikan aku." ucap Ara lagi, dan derai air mata masih terus membasahi kedua pipinya.Menyadari kehadirannya dalam kehidupan Joan, tidak di harapkan."Dan kamu bisa bersama dengan Vio."Jaon memegang kedua lengan sang istri, setelah melempar ponsel Ara yang terdapat foto dirinya dan juga Vio.Dan Joan benar-benar tidak mengerti kenapa Vio mengambil foto diam-diam tanpa sepengetahuannya."Apa kamu tidak ingin mendengar penjelasan dariku, Ra?""Tidak ada yang perlu di jelaskan," "Aku suamimu, Ra. Kenapa kamu percaya pada ucapan orang lain, tanpa mau mendengar penjelasan suamimu ini?"Ara tidak ingin menanggapi ucapan dari Joan, dan masih terus menangis."Aku bersumpah atas nama Tuhan, jika aku tidak pernah sama sekali tidur dengan Vio." jelas Joan, meskipun sang Isrti tidak ingin mendengar penjelasannya.Namun, Joan tidak ingin Ara semakin salah paham.Joan berpikir berkata jujur untuk
"Jaon tidak pernah tidur dengan Vio, Ra." jelas Zazi.Ketika keduanya sedang duduk di bangku tanam, spot favorit Ara ketika berada di rumah.Hamparan berbagai bunga di taman tersebut dan juga udara sejuk yang Ara hirup, membuatnya merasa lebih baik. Hingga ia bisa menghentikan tangisnya.Apalagi ia baru saja mendengar cerita Zazi mengenai sang suami."Jadi jangan marah pada Joan, Ra."Ara menoleh pada Zazi yang duduk tepat di sampingnya. "Apa aku harus memaafkannya? Meskipun mereka tidak tidur bersama, tapi mereka bercumbu, Zi."Tentu saja Ara merasa apa yang dilakukan sang suami tidak benar."Aku rasa Joan hanya terbawa suasana.""Dan itu artinya, dia masih memiliki perasaan pada Vio.""Terus, kamu ingin membiarkan suamimu itu kembali pada Vio?"Ara menghembuskan nafasnya kasar, dan memilih diam. Jujur bagi Ara, meskipun tadi ia meminta bercerai, tapi itu hanya perkataan spontan yang keluar dari mulutnya, karena emosi sesaat.Mengingat lagi, seluruh cintanya telah ia berikan pada Jo
Setelah badai berlalu, rumah tangga Ara dan juga Joan semakin romantis.Saking romantisnya, akhir-akhir ini Joan memilih bekerja dari rumah.Apalagi persalinan Ara mulai dekat, membuat Joan ingin terus berada di samping sang istri.Takut tiba-tiba Ara mengalami kontraksi.Joan tersenyum melihat Ara masuk ke dalam ruang kerjanya, yang berada di rumah. "Ada apa sayang? Katakan saja jika kamu ingin sesuatu. Aku akan membuatkannya untukmu." tanyanya, karena belakangan ini Joan begitu aktif memasak makanan yang sang istri inginkan, meskipun dengan di bantu bibi Miu.Joan kini memeluk pinggang Ara dari samping, saat istrinya tersebut telah berada di dekatnya. Tak lupa mencium perut Ara."Atau kamu pegal, jika iya. Aku akan memijat kaki kamu, sayang."Ara hanya tersenyum mendengar ucapan Joan, yang sudah menjadi suami siaga. Karena hampir setiap hari, Joan memijat sang istri, sebelum tidur. Seolah tahu apa yang sang istri rasakan saat mengandung bayi kembar.Joan kini beranjak dari duduknya
Pria tersebut kini menaruh secarik kertas diatas meja, lalu beranjak dari duduknya. "Jika kamu ingin menerima tawaran kerja sama untuk menghancurkan mereka. Hubungi aku di nomor itu,"Vio mengambil secarik kerja yang bertuliskan angka nomor ponsel. "Tunggu!" perintah Vio menghentikan pria tersebut yang baru saja beranjak dari duduknya dan mungkin saja akan meninggalkannya. "Siapa namamu?" tanya Vio pada pria tersebut yang begitu asing baginya."Rehan." jawab singkat pria tersebut, dan langsung melangkah meninggalkan dimana Vio berada.Kedua bola mata Vio terus mengikuti pria tersebut keluar dari dalam kafe. "Rehan, ada dendam apa pria itu ri pada Joan dan juga Ara?" tanya Vio penasaran.Tapi setelahnya Vio mengukir senyum, karena akhirnya ia bisa menemukan orang yang sama-sama ingin menghancurkan rumah tangga Joan dan juga Ara. Namun, setelah itu senyum Vio memudar ketika melihat kedua sahabatnya baru masuk ke dalam kafe dan menuju dimana ia berada."Sorry Vio, kita telat sampai si