POV AuthorSenyum di wajah Rika luntur seketika mendengar kata-kata yang meluncur dari mulut sang ibu. Ia masih terdiam mencerna karena tidak percaya akan apa yang didengarnya sedangkan Bu Diah menunduk tak berani menatap Rika.Sulit baginya mengungkap fakta ini, mengumpulkan keberanian bahkan tidak semudah itu namun Bu Diah sadar jika semakin lama disimpan maka Rika akan semakin terluka. Tidak ada bedanya mengungkap sekarang atau pun nanti karena sama-sama sakit.“Ibu bercanda?” Rika bertanya dengan senyum tersungging di bibirnya, bukan senyum tulus tapi senyum kaku.“Maaf, maafkan Ibu.” Bu Diah berucap lirih dengan buliran air mata yang berlomba turun membasahi pipinya.Kata maaf itu sudah mewakili jika apa yan dikatakan Bu Diah itu bukanlah sebuah candaan tapi fakta. Fakta yang begitu menyakitkan saat Rika mendengarnya. Anak mana pun yang ada di posisi Rika sudah pasti merasakan hal yang sama, dua puluh tahun ia hidup bersama ibu yang ternyata bukan ibu kandungnya, meski dulu perla
POV AuthorSoal fakta yang didengarnya tadi malam, Rika tidak terlalu memperdulikan bahkan itu tidak membuatnya sedikit pun terpuruk. Cukup baginya tadi malam saja menghabiskan air matanya karena mendengar fakta pahit.Rika juga tidak mau membuat ibunya sedih karena hal ini.“Mau kerja?”“Iya, Bu. Aku belum dapat jatah libur.”Soal pekerjaannya ia sudah bicara pada sang ibu, Bu Diah yang awalnya tidak mengizinkan akhirnya menerima juga karena ia tahu niat Rika itu baik. Ingin belajar mandiri dan tidak mau menyusahkan kedua kakaknya.Meskipun sudah sama-sama berkeluarga tapi Fadil dan Radit tidak pernah lupa untuk memberikan uang bulanan pada ibu dan adik mereka. Meski keduanya tidak meminta. Bahkan Zendaya pun selalu memanjakan ibu mertuanya meskipun lebih sering ditolak karena Bu Diah tidak enak menerima kebaiakan menantunya itu.“Ya udah, nanti pulang jam berapa? Mau Ibu masakin apa?”“Pulang seperti biasa, aku sedang ingin makan di luar. Dari gaji pertamaku Ibu harus merasakannya j
POV AuthorRika berdecak kagum melihat pemandangan kota dari atas gedung. Yuda benar-benar menyiapkan semuanya dengan baik, ia tidak peduli nantinya Rika menolak atau menerimanya karena yang terpenting itu memberikan yang terbaik dan membuat Rika senang.“Kamu suka?”Rika memutar tubuhnya menghadap Yuda lalu mengangguk samar, “Mas Yuda sengaja menyiapkan ini?”“Iya. Tidak mewah, tapi kalau kamu senang aku lega mendengarnya.”“Mewah belum tentu membuat nyaman, Mas. Aku lebih suka seperti ini.”Yuda menarik kursi untuk Rika, “Ini saja aku tebak-tebakan sendiri karena tidak tahu pemandangan apa yang kamu suka.”“Mas ….”“Mungkin kita makan dulu, habis itu kamu boleh bicara. Setidaknya kalau aku ditolak, aku masih punya tenaga untuk pulang,” guraunya.Bibir Rika refleks membentuk senyum melihat Yuda tertawa.Memang lebih baik makan dulu, bukan soal Rika yang akan menolak Yuda. Tapi bisa saja tidak ada selera makan jika sudah mulai bicara dan pada akhirnya makanan yang disiapkan akan sia-s
POV Author“A-ap? Jadi Bos Yogas itu adiknya Mas Yuda?” Mata Rika masih terbelalak dengan mulut yang terbuka saking tidak percayanya dengan apa yang baru saja didengar.“Iya, kami beda ibu saja.”“Pantesan adik kakak tapi beda sekali. Apalagi dari sikapnya, berbanding terbalik. Kamu yang lembut dan pengertian sedangkan dia sangat menyebalkan.”“Tapi aslinya baik,” ujar Yuda mencoba untuk menjelaskan jika Yogas aslinya bukan orang seperti itu meskipun Yogas memang tidak pernah sekalipun berbuat baik pada Yuda tapi Yuda tidak pernah ada niatan sedikitpun menjelakkan adiknya di depan orang lain.“Tapi dia marah-marah terus padaku.”Yuda mengulas senyum, “Jika belum terlalu kenal memang seperti itu tapi jika sudah kenal pasti tahu betapa baiknya dia.”Rika manggut-manggut, ia ingat saat diberitahu jika sebenarnya Yogas memiliki sisi baik. Lelaki itu terkadang membagi uang tanpa menunggu ada hari spesial jika saat dirinya memiliki suasana hati baik maka semua orang akan merasakan ditampar
“Ibu senang kamu mau bertemu dengan Ibu.” Rika diam tidak mengatakan apapun, ia juga sebenarnya berat melakukan ini tapi saat nanti memulai lembaran baru Rika tidak ingin ada masalah dari masa lalunya yang mengganjal dan menghalangi kebahagiaannya. Jika dengan menerima ibu kandungnya ia bisa merasa sedikit lega, maka Rika akan melakukannya. “Ibu dengar dari Mbak Diah kalau kamu berencana untuk menikah?” “Ya.” “Ibu senang sekali mendengarnya, kalau memang kamu tidak keberatan apa boleh ibu bertemu dengan calon suami kamu?” “Ya, dia juga ingin bertemu dengan anda.” Rika tidak bisa bersikap lebih dekat, bicaranya saja begitu formal tapi sang ibu sama sekali tidak tersinggung karena memang dirinya sadar diri jika Rika membencinya. Rasa bersalah selama ini selalu menggerogoti hatinya, ia selalu mengingat Rika tapi tidak pernah berani datang untuk sekedar melihatnya dari dekat. Mungkin bisa dibilang ia membayar kesalahannya karena setelah beberapa kali menikah tidak kunjung punya anak.
Rika masih mematung setelah mendengar pengakuan Yogas yang sangat mengejutkan bahkan Rika tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.Tawa gadis itu malah pecah setelah beberapa detik tertegun, “ya ampun, ternyata Bos orangnya lucu juga. Aku kira tidak bisa bercanda.”“Aku serius. Aku menyukaimu.”Tawa Rika langsung berhenti dan bergani menjagi gugup. Ia mencoba mencari kebohongan di sorot mata Yogas tapi sama sekali tidak mendapatkannya bahkan Rika melihat sorot mata yang berbeda dari biasanya.“Aku ….” Tenggorokan Rika tercekat, ia malah sulit untuk bicara sekarang.“Tidak perlu mengatakan apapun, aku juga tidak berharap kau memiliki rasa yang sama. Aku hanya ingin kau tahu seperti apa perasaanku ini.”Bohong. Nyatanya Yogas berharap Rika memiliki rasa yang sama apalagi melihat sikap gadis itu yang berbeda. Dari awalnya selalu bersikap kasar berubah menjadi bergitu lembut padanya.“Jangan menyukaiku.” Dua kata itu sukses membuat Yogas terheran-heran.“Kenapa? Apa yang salah? Apa ka
“Jadi, Yogas benar-benar mencintaimu?”Rika menggeleng, “aku tidak tahu benar tidaknya tapi dia mengatakan menyukaiku. Ini membuatku jadi tidak nyaman.”Yuda pikir Yogas tidak akan sejauh itu karena memang dari awal niatnya hanya ingin memperalat Rika, itu yang membuat Yuda berpikir agar cepat-cepat menjadikan Rika miliknya. Sekarang ia juga ikut merasa tidak nyaman jika Yogas memiliki rasa pada Rika yang akan menjadi kakak ipar lelaki itu nantinya.“Jangan merasa tidak nyaman begitu. Ya, mungkin awalnya sulit menghilangkannya tapi lama kelamaan pasti terbiasa. Kita juga tidak memaksa Yogas untuk tidak menyukaimu, kita tidak bisa apa-apa. Bicara pun tidak akan bisa mengubah rasanya,”“Lalu, bagaimana?”“Semuanya akan baik-baik saja.” Yuda menggenggam tangan Rika untuk meyakinkan.Setelah ini akan terjadi kecanggungan antara Rika dan juga Yogas. Rika langsung diantar pulang tapi ia sama sekali tidak menceritakan hal ini pada ibunya karena memang termasuk masalah pribadi yang Bu Diah ju
Yogas yang awalnya tidak peduli kini malah memusatkan perhatiannya pada Yuda dan Tiara apalagi saat melihat Tiara menangis. Entah apa yang mereka bicarakan dan itu membuat Yogas sangat penasaran.Suara klakson yang bersahutan di belakang mobilnya mau tak mau membuat Yogas melanjutkan kendaraannya itu dan ia harus rela kehilangan Yuda dan Tiara yang kini sudah tidak nampak saat Yogas putar balik.“Kenapa juga aku harus peduli? Ini urusan mereka.” Yogas malah merutuki dirinya sendiri yang malah akan terlibat dengan malah orang lain. Ia memilih untuk mengelilingi kota tanpa tujuan yang jelas. Saat ini ia tidak akan fokus untuk melakukan apapun apalagi harus bekerja dan mengurus masalah kantor, bukannya selesai mungkin yang ada malah akan menambah masalah baru.Berbeda dengan Yogas yang kini melakukan sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya yang semrawut. Rika yang berada di cafe semakin dibuat tidak enak pada Yogas padahal jelas-jelas itu bukan salah Rika. Ia bahkan tidak bisa menentang