#Istri_Gaib
Bab 11 : Pengantin Baru
Nindi tak mau berdebat, jadi ia menurut saja walau terasa ada yang mengganjal di hati. Dengan masih berusaha tersenyum, ia menghampiri Haikal yang kini membukakan pintu kamar untuknya.
“Kamu istirahatlah, Abang masih mau nonton televisi,” ujar Haikal sambil berlalu dari kamar Nindi.
Nindi mengangguk, lalu menutup pintu kamar. Diletakkannya tas yang hanya berisi baju tidur, handuk dan mukena. Setelah itu meraih handuk dan mandi, tak lama lagi sudah masuk waktu magrib. Ia akan melaksanakan sholat.
Azan magrib sudah terdengar berkumandang, Nindi sudah bersiap memakain mukena. Ia melangkah keluar dari kamar dan bermaksud untuk mengajak sang suami sholat berjamaah.
“Bang, Abang di dalam?” Nindi mengetuk pintu kamar yang tadi diakui Haikal sebagai kamarnya itu.
“Bang!” panggil Nindi lagi.
Haikal melangkah menuju pintu lalu membukanya. Tampaklah seorang wanita berwajah manis dengan mukenanya.
“Bang, mau sholat berjamaah?” tanya Nindi dengan sambil tersenyum.
Haikal menggaruk kepalanya, ia jadi gugup, sudah lama ia tak pernah melakukan ibadah wajib itu. Lebih tepatnya pasca patah hati ditinggal Ella nikah, ia semakin malas sholat hingga pada akhirnya vakum sekalian.
“Bang, ayo!” Nindi membuyarkan lamunan Haikal.
“Eh, Nindi duluan aja sholatnya! Abang belum mandi,” jawab Haikal berusaha memberikan alasan penolakan.
“Nindi tungguin, Bang!” Sang istri terlihat memaksa.
“Abang lama mandinya, kamu duluan saja. Gak baik menunda waktu sholat.” Haikal masih berusaha menolak secara halus.
“Ya sudah kalau gitu,” jawab Nindi lalu membalikkan tubuh dan kembali ke kamarnya.
*******
Setelah selesai sholat, Nindi beranjak ke dapur dan membuka kulkas, mencari sesuatu yang dapat untuk dimasak.
“Nindi!” Haikal menghampirinya ke dapur.
“Ya, Bang.” Nindi sedikit terkejut dan langsung menoleh ke arah suara, segera ia tutup kembali kulkas yang kosong itu.
“Ayo, katanya mau ke rumah mamamu?” ajak Haikal.
“Iya, Bang. Kulkas juga kosong, Bang, kita belanja sekalian ya!” ujar Nindi lagi sambil menggandeng lengan sang suami.
Haikal sedikit terkejut dan tak enak untuk menyingkirkan tangan Nindi yang menggandeng lengannya. Ia berharap, Maura tak melihat hal ini, ia tak mau wanitanya itu terluka karena cemburu.
Mereka melangkah keluar dari rumah dan Haikal menyuruh Nindi untuk menunggu di depan rumahnya, sedang ia akan ke rumah sang ibu dan meminjam mobil abang iparnya sesuai titah Bu Ida tadi sore.
******
Sesuai yang telah keduanya sepakati, setelah dari rumah mama Nindi dan mengambil koper pakaian, mereka mampir di Supermarket guna berbelanja segala keperluan.Haikal mendorong troli belanjaan, sedang Nindi berjalan di sampingnya. Ia berusaha santai dan menutupi kegelisahannya, namun pikirannya hanya tertuju kepada Maura. Hatinya begitu bimbang dan tak bisa tenang.
Setelah membayar di kasir, ia bernapas lega dan berharap semuanya akan cepat selesai. Saat ini, ia hanya ingin pulang secepatnya, menemui sang istri pertama yang sekarang pasti sedang menunggunya. Haikal segera memasukkan belanjaan ke mobil dan membukakan pintu mobil untuk Nindi.
“Bang, kita mampir makan di warung tenda itu, yuk! Bebek bakarnya enak loh, laper nih.” Nindi menunjuk warung lamongan yang berada di ujung jalan.
Haikal melirik jam di pergelangan tangannya, saat ini sudah pukul 21.00. Akan tetapi, ia juga lapar dan kasihan juga dengan Nindi, mereka hanya makan tadi siang saja.
“Oke,” jawabnya pelan sembari membelokkan mobilnya ke warung itu.
Nindi merasa, suasana semakin mencair antara dirinya dan sang suami. Ia mulai berpikir, semua harus ia yang mendahului jika ingin cepat akrab.
Kedua pengantin baru itu duduk di bangku paling belakang lalu memesan dua bebek bakar. Sambil menunggu, Nindi berusaha mengajak Haikal untuk mengobrol, tapi tanggapan pria yang sedang galau itu hanya menjawab dengan kata ‘iya-iya’ saja.
Beberapa saat kemudian, keduanya mulai menikmati makanan yang sudah mereka pesan. Dengan tak berselera, Haikal mempercepat makannya. Di pikiran pria petugas damkar itu, hanya tetap ada Maura seoarang. Ia berharap, setelah ini Nindi tak mengajaknya untuk mampir ke mana-mana lagi. Ia ingin cepat kembali ke rumah.
*******
Satu jam kemudian, barulah Haikal dan Nindi tiba di rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 22.20. Secara bersama-sama, mereka membawa belanjaan menuju dapur. Setelah itu membawakan koper sang istri ke kamar.
“Bang, kita bakal tidur di kamar yang terpisah?” tanya Nindi dengan memberanikan diri saat melihat sang suami hendak menuju kamarnya.
Haikal membalikkan tubuh dan menggaruk kepala bingung. Kini ia makin dilema, dan bingung harus mengatakan apa dengan keanehan gaya rumah tangga mereka ini. Ia sadar, di mana-mana, suami istri tidurnya ya satu kamar, gak beda kamar seperti yang akan diberlakukannya sekarang.
“Eh, bukannya begitu, Nin ... hmmm ini bukan kamar, hanya ruang kerja saja. Aku ... akan tidur bersamamu ... di kamar yang itu, tapi ... aku harus menyelesaikan pekerjaanku terlebih dahulu,” jawab Haikal dengan gugup. “Kamu ... beres-beres pakaian saja dulu, masukin lemari!” sambungnya sambil menyeka keringat dingin.
“Oh, begitu. Ya sudah, selesaikanlah pekerjaan Abang. Nindi tunggu di kamar, ya!” Nindi tersenyum lalu membiarkan Haikal masuk ke ruangan yang kini diakuinya sebagai ruangan kerja.
Nindi menghela napas, lalu masuk ke kamarnya dan melakukan sesuai perintah Haikal yaitu memindahkan pakaiannya dari dalam koper ke dalam lemari.
*******
Haikal tiba di kamar, dan bernapas lega. Akan tetapi, Maura belum menampakkan diri juga. Haikal meraih ponsel dan berusaha menghubungi istri pertamanya itu tapi ponselnya malah tak aktif.
Dengan bingung, Haikal beranjak menuju lemari lalu berganti pakaian. Tiba-tiba, ada sesuatu yang jatuh diantara pakaiannya yaitu sebuh ponsel yang sengaja ia belikan untuk Maura agar saat sang istri pergi, ia bisa meneleponnya.
“Maura, kamu di mana? Marahkah kamu saat ini? Aku menikahi Nindi juga karena permintaanmu, tapi mengapa kini kamu malah menghilang begini?” Haikal mengusap wajahnya dengan kesal.
Ia begitu mencintai Maura, lebih dari apa pun, ia tak sanggup jika harus tanpanya. Tiba-tiba, sepasang tangan memeluk tubuh sixpack itu dari belakang. Haikal langsung tersenyum dan membalikkan tubuh.
“Sayang!” serunya kala mendapati wanita berambut merah itu sudah berdiri di hadapannya. “Kamu ke mana saja?” Haikal langsung memeluk tubuh ramping bak artis Korea personil Blackpink itu.
Dengan penuh kerinduan, keduanya berpelukan begitu lama. Seperti sepasang kekasih yang sudah terpisah puluhan tahun saja, padahal mereka baru saja berpisah dua hari satu malam.
“Bang, Adek kangen Abang,” bisik Maura dan mendekatkan wajahnya kepada Haikal.
“Sama, Sayang, Abang juga kangen.” Haikal menyentuh bibir mungil itu dan mulai berpagut mesra.
‘Tok-tok’ pintu kamar diketuk.
“Bang, udah selesai belum kerjaannya? Mau dibantu gak?” Terdengar suara Nindi dari depan pintu kamar Haikal.
Adegan panas itu jadi terhenti. Maura merengut dan menatap Haikal dengan sengit. Ia merasa tak nyaman dengan kehadiaran istri baru sang suami.
“Belum, Nin. Kamu tidur aja duluan, nanti Abang nyusul,” teriak Haikal dengan tak melepaskan tangannya dari pinggang Maura.
“Jangan lama-lama, Bang! Nindi tak berani tidur sendirian.” Suara Nindi terdengar parau sambil melangkah menuju kamarnya.
Bersambung ....
#Istri_GaibBab 12 : Ngambek“Bang, jadi kamu akan tidur bersamanya malam ini?” tanya Maura dengan nada sinis dan melepaskan tangannya dari leher Haikal.Dengan tampang masam, Maura melepaskan tangan Haikal dari pinggangnya lalu naik ke atas tempat tidur dan berbaring kemudian menutupi seluruh tubuh dengan selimut.Haikal menghela napas panjang melihat tingkah Maura yang kini sedang merajuk. Padahal baru sehari ia beristri dua, kepala sudah pusing saja.“Sayang, jangan ngambek ah!” Haikal masuk ke dalam selimut Maura dan menggodanya.“Pergilah ke kamar istri baru Abang, keloni dia!” Maura membelakangi sang suami.Haikal menahan senyum melihat tingkah Maura, ia makin gemas saja. Ia mendekatkan tubuh dan memeluknya dari belakang, lalu mencium pundaknya dengan penuh kerinduan.“Sayang, percayalah ... yang Abang cinta itu cuma adek saja. Abang tak mempunyai perasaan apa pun kepada Nin
#Istri_GaibBab 13 : Terbakar CemburuSetelah memarkirkan motornya, Haikal melangkah masuk ke dalam kantor damkar tempatnya bekerja. Sontak, semua mata teman-temannya pria berambut belah samping dengan ekspresi datar itu. Dengan cuek, ia melangkah menuju mejanya lalu duduk.“Hmmm ... pengantin baru udah masuk kerja aja!” ujar Zeki sambil mesem-mesem.“Bukannya dapat cuti seminggu?” timpal Arya.“Gimana malam pertamanya, sukses?” Santo mendekat.“Kirain kamu bulan madu ke Bali?” Niko juga mandekat ke arah Haikal.“Apaan sih kalian ini? aku nikahnya udah lama Cuma baru dirayakannya aja sekarang, jadi bukan pengantin baru lagi. Jadi, gak perlu cuti bulan madu lagi.” Haikal melengos, sambil meraih teh di atas mejanya dan menyeruputnya sedikit untuk menghilangkan sedikit gugup karena pertanyaan beruntun dari teman-temannya itu.“Tim 1 segera bersiap, Si Jago Merah sed
#Istri_GaibBab 14 : Dua Istri Bikin PusingSetelah selesai menikmati makan malam bersama, Haikal langsung melangkah keluar dari dapur lalu duduk di depan televisi. Hatinya jadi bimbang akan keadaan Maura sang istri pertama yang ada di dalam kamar sana."Bang, ayo tidur!" Nindi tiba-tiba sudah duduk di samping Haikal dan menarik lengannya.Dengan menebalkan wajah dan ekstra percaya diri, Nindi bersikap manja kepada suaminya itu dengan harapan hubungan mereka semakin mencair dan semakin akrab. Menurutnya, kalau sama-sama diam dan tak ada yang mau memulai duluan, maka cinta mereka akan lama juga datangnya."Eh!" Haikal gugup. Entah mengapa, suhu tubuhnya akan terasa panas dingin jika didekati sang istri kedua yang senyumnya bikin hati meleleh itu."Ayo, Bang! Jangan sampai ketiduran di depan televisi! Nindi gak bakalan bisa tidur lagi kalau cuma sendirian di kamar," rengek Nindi dengan suara yang dibuat semanja mungkin, demi bisa merebut hati
#Istri_GaibBab 15 : Mendadak Ganjen“Nindi, besok udah masuk kerja ‘kan kamu?”“Iya, Ma.”“Motormu gak diambil?”“Nggak usah deh, Ma! Nanti Nindi pulang perginya minta jemput antar ama Bang Haikal aja.”“Oh gitu. Ya udah, Mama cuma mau ingatin itu aja. Kamu baik-baik ya sama Haikal. Minggu depan ajak dia main-main ke sini, Mama kangen sama kamu.”“Iya, Ma.”Nindi mengakhiri percakapan telepon dengan mamanya. Ia memang sengaja tak mau mengambil motornya di tempat sang mama, sebab ia maunya diantar jemput aja ama suaminya biar cepat akrab dan bisa nemplok di belakangnya.“Ya ampun, aku kok mendadak ganjen gini, ya?” Nindi tersenyum geli. “Ganjenin suami sendiri, sah-sah aja kali yah. Daripada ikutan jadi beruang kutub kayak dia,” sambungnya sambil meraih kembali sebuah novel yang berjudul ‘Diyya, Muridku’ kary
#Istri_GaibBab 16 : Menggoda Suami“Bang, apa masih sibuk?” teriak Nindi dari depan pintu kamar disertai ketukan beberapa kali.Haikal menghela napas panjang, kemudian melangkah menuju pintu. Ia tak mau terlihat sebagai suami yang aneh, walau kini hatinya sedang didera kebimbangan akan keadaan Maura, si istri kesayangan.“Ada apa, Nin?” tanya Haikal seraya keluar dari kamar.“Jangan tidur di ruang kerja lagi, tidurnya di kamar. Ayo!” Nindi langsung menggandeng lengan sang suami menuju kamar.Haikal menurut saja, ia juga yakin Maura takkan kembali malam ini. Ia hanya bisa berdoa agar istri pertamanya itu baik-baik saja. Ia tak kuasa menolak saat Nindi menggandeng tangannya ke kamar.“Bang, besok Nindi udah masuk kerja, nanti antarin ya! Besok kena dinas pagi,” ujar Nindi saat mereka sudah bersiap berbaring di atas tempat tidur.“Iya, pukul berapa?” tanya Haikal sambil
#Istri_GaibBab 17 : Istri Formalitas“Bang, bisa gak?” tanya Nindi sambil menoleh wajah suaminya yang terlihat merona.Haikal menarik napas grogi dan segera memalingkan wajah, ia sedikit bergeser ke samping sambil berusaha menahan diri agar tak terpesona akan kemolekan tubuh istri keduanya itu yang sungguh menggoda iman itu.“Bang, gimana?” tanya Nindi sambil memundurkan tubuh ke belakang hingga punggunganya menyentuh dada sang suami.“Ah, iya ... sini Abang coba lagi!” jawab Haikal dengan menghembuskan napas tak berdaya, ia hampir kehilangan akal.Dengan menahan napas, Haikal meraih kalung di leher Nindi dan mencoba mengaitkannya. Ia masih berusaha menguasai diri, walau wangi tubuh sang istri begitu menggoda indra penciumannya. Apalagi tubuh Nindi tak kalah idealnya dengan Maura, sama-sama putih mulus. Hanya warna rambut dan bola mata saja yang membedakan keduanya.“Udah, Nin,” j
#Istri_GaibBab 18 : BimbangNindi turun dari motor Haikal kemudian meraih tangan pria berseragam biru itu lalu salim kepadanya. Ia sedikit malu dengan kejadian tadi malam, tapi mau bagaimana lagi, ia juga kepepet melakukan itu.“Nin, Abang mau berangkat dulu.” Haikal mencoba menarik tangannya dari sang istri yang salim sambil melamun.“Eh, maaf, Bang.” Nindi tersenyum malu.“Abang berangkat, ya!” Haikal bersiap menstarter motornya.“Eh, Bang .... “ Nindi mendekat sambil celingukan ke kanan dan kiri.“Apaan, Nin?” Haikal juga ikut celingukan.‘Cup’ Nindi mendaratkan ciuman di pipi suaminya. Haikal tertegun dan wajahnya langsung memerah.“Hati-hati, Bang! Assalammualaikum.” Nindi mengulum senyum.Haikal tersenyum tipis lalu menjawab, “Waalaikumsalam.”Haikal berlalu dan keluar dari parkiran rumah sakit tempat Nind
#Istri_GaibBab 19 : Bersiang Pertama“Aku harus gimana ini? Aduh ... jadi bingung, masa iya mau nonton tutorial di youtube dulu.” Nindi menghembuskan napas bingung, tangannya jadi dingin.Dengan menghela napas berat, Nindi melangkah keluar dari kamar dan menuju dapur.Nindi membuka kulkas dan melihat stokan bahan makanan. Ia akan memasak sambil mencari ide untuk mendapatkan suaminya siang ini. Ia tersenyum simpul saat membayangkan malam kemarin, ia jadi tak sabar untuk mendapatkan hal lebih.“Ya ampun, aku kok jadi mesum gini sih pikirannya? Gak nyangka aja, Nindi yang dulunya terkenal cool, tapi kini malah menjadi seorang istri penggoda. Huuuhh ... gara-gara Babang Haikal, aku jagi gila gini.” Nindi membatin sambil menahan senyum, sedang tangannya sambil memotong sayuran.Nindi mengerutkan dahi, otaknya masih terus mencari ide. Hingga tak sadar, kalau semua sayuran sudah ia cincang menjadi serpihan paling kecil.