Malam ini hujan turun sangat deras. Liora berdiri di depan jendela kaca yang tertutup melihat tetesan air hujan yang tidak terlalu kentara karena gelap.
Dulu. Ketika hujan seperti ini ibu akan membuat pisang goreng dengan sambal khas buatan sang ibu, ketika menyantap pisang goreng saat hujan seperti ini Liora akan sering membuat candaan dengan ibunya. Liora tersenyum hambar, ia sangat rindu dengan ibu yang sudah bahagia di surga.
Sudah hampir setengah tahun ibu meninggal, rasa sedih di tinggalkan masih terasa hingga sekarang. Tak ada kenangan yang sangat berharga selain ingatan yang Liora punya, andai saja rumahnya tidak di jual untuk bayar hutang, Liora pasti masih punya sesuatu yang hingga saat ini bisa menjadi kenangan terakhir sang ibu, tapi kenangan berupa rumah pun bahkan sudah tidak Liora miliki.
Ternyata hidup tanpa keluarga seperti ini rasanya. Ibu Liora adalah anak panti asuhan, ayah Liora sendiri anak perantauan yang tidak pernah pul
Tiga minggu kemudian. “Pak Kevin gak akan lama di jakarta ‘kan?” tanya Liora. Kevin sudah menjinjing tas kerja, ia tak perlu membawa baju atau perlengkapan pribadi karena semuanya sudah ada di apartemennya yang ada di jakarta. Kevin memasukkan tas miliknya di kursi samping kemudi, lalu menghampiri Liora. “Seminggu aja kok, kamu yakin gak mau ikut aku ke jakarta? Nanti kalau aku kangen gimana?” “Aku gak mau sendirian kalau pak Kevin lagi gak di rumah. Tapi pak Kevin semangat ya kerjanya.” “Coba sekali lagi, kamu manggil aku apa tadi?” Liora langsung mengulum bibirnya sendiri, sepertinya ia sangat susah di kasih tau agar tidak menyebut Kevin dengan panggilan ‘Pak’ tapi karena memang tidak biasa, hingga sekarang Liora tetep saja kekeh dengan nama yang ia gunakan untuk memanggil Kevin. “Udah ah sana, nanti kamu terlambat.” “Aku gak mau pergi sampai kamu manggil aku dengan nama yang bener.” kekanakan, tapi Kevin hanya
Tiga hari sejak kepergian Kevin ke Jakarta membuat Liora benar-benar kesepian, keinginannya semua di penuhi oleh pengurus rumah tangga, Liora tidak yakin akan perasannya tapi sungguh ia sangat merindukan Kevin sekarang, padahal mereka baru berpisah selama tiga hari.Perut yang sudah mulai membulat buncit di usap oleh Liora, kandungannya sebentar lagi memasuki bulan ke empat, kerap kali Liora merasa begah pada perutnya. Duduk bersandar di sofa sambil mengusap perutnya sendiri.“Sabar ya sayang, papa kamu pasti pulang kok. Mama tau kamu kangen tapi jangan bikin mama yang keliatan kangen banget kayak gini.” Liora menghela nafas, rasanya ingin sekali menelfon Kevin untuk menyuruh suaminya itu pulang.Tapi Liora sadar Kevin di Jakarta untuk bekerja, Liora tidak mau jadi sumber masalah karena di anggap mengganggu pekerjaan Kevin. Kembali Liora menghela nafas, memejamkan mata sebelum berdiri bersiap untuk mandi karena sudah sore.Hanya memakai handuk
Kevin baru saja selesai rapat dengan perasaan lelah dan kondisi tubuhnya yang juga lelah, asisten Kevin memberikan sebotol air mineral ketika Kevin baru saja duduk di kursi kerja.“Apa ada jadwal yang harus aku temui lagi setelah rapat hari ini?” tanya Kevin pada asistennya. Sangat berharap jika pekerjaannya segera berkurang agar ia bisa segera menemui Liora lagi.Seorang lelaki bernama Bimo membuka layar ipad, menggeser layarnya untuk mencari daftar pekerjaan Kevin selanjutnya.“Pukul tiga sore ada pertemuan yang harus Anda datangi dari perusahaan Media Cakrawala.” jawab Bimo.Kevin menghela nafas, menutup botol air mineral yang sudah ia teguk seperempat dari isinya. Meletakkan botol tersebut ke meja sebelum menatap Bimo yang usianya empat tahun lebih dewasa dari Kevin.“Kamu udah nikah?” tanya Kevin.Sejenak Bimo mengernyitkan kening, tapi kemudian mengangguk.“Kamu juga punya anak?&rd
Liora hanya duduk menatap gelapnya malam yang sudah mendominasi bumi indonesia. Entah kenapa membayangkan isi di dalam undangan tadi sampai sekarang membuat Liora merasa terusik, hatinya tidak terima.Sibuk dengan lamunan yang kemana-mana, Liora di kejutkan dengan sebuah pelukan. Liora menoleh melihat kevinlah dalang dari pelukan tersebut, Liora berdiri dari duduknya.“Sejak kapan Pak Kevin pulang?” tanya nya.“Baru aja sampai. Aku kangen banget sama kamu jadi gak bisa nunggu dua hari lagi.” Kevin akan kembali memeluk Liora, tidak tau kenapa tapi rasanya pengen semakin dekat dengan perempuan mungil berwajah menggemaskan ini.Tapi Liora segera mendorong Kevin, kernyitan menguasai kening Kevin, ia terlihat bingung sampai Liora bersuara.“Kamu mandi sana, kamu tuh dari perjalanan jauh masa pulang langsung meluk sih, bau tau.” omel nya, Kevin mengacak rambut poni Liora pelan sambil terkekeh.“Oke,
Kevin terbangun lebih dulu dari Liora, istrinya yang mungil tapi cantik itu masih tidur dengan lelap tanpa busana di balik selimut tebal yang mereka pakai. Kevin tersenyum, semalam terasa nyata, bukan mimpi seperti apa yang pernah ia lakukan pada Liora sebelumnya.Ternyata rasanya seperti itu, baru kali ini dengan sangat sadar Kevin melakukannya dengan wanita dan itu pada istrinya sendiri yang sedang hamil. Kevin segera mengusap perut Liora, seolah memastikan anaknya baik-baik saja. Tapi apa yang Kevin lakukan justru mengusik posisi tidur nyaman Liora.Tersenyum, Kevin menarik Liora lebih dekat sampai Liora membenamkan wajahnya di da-da bidang Kevin yang juga belum memakai baju. Tangan kevin mengusap bahu Liora, membiarkan Liora tetap tidur dengan nyaman.Sesekali Kevin mengecup puncak kepala Liora, kemungkinan setelah apa yang terjadi semalam Kevin akan lebih sering memintanya lagi. Perutnya terasa geli, seperti ada yang menggelitik di dalamnya.Beberapa
Sore hari hujan turun cukup deras, Liora diam-diam memperhatikan Kevin yang sedang sibuk memangku laptop untuk membantu pekerjaan yang di lakukan dari jauh. Jika di perhatikan, dan semakin di perhatikan. Debaran jantung Liora selalu bergemuruh berlebihan ketika menatap Kevin.Lelaki tampan yang baik hati. Liora seperti mendapatkan pangeran berkuda putih yang sering muncul dalam fantasinya selama ini. Tersenyum dalam lamunan, tak sadar kalau Kevin sekarang balas menatapnya.“Kamu kenapa? Cinta sama suami sendiri?” kata Kevin menggoda, dan Karena Liora tipe orang yang sulit berbohong, kepalanya mengangguk mengiyakan.“Pak Kevin ganteng, baik lagi. Gak salah kan kalau aku suka sama Pak Kevin?” Liora malas berdalih, berkata jujur sepertinya akan jauh lebih baik. Kevin meletakan laptop ke meja, tersenyum tipis sambil menggeser duduknya mendekati Liora yang duduk di seberang sofa panjang di ruang kerja Kevin.Tangan Kevin mencubit
Tak terasa kini kandungan Liora sudah memasuki bulan ke enam. Sifat manja Liora semakin menjadi-jadi, Kevin sampai kualahan menghadapi sikap manja Liora yang semakin hari semakin tidak bisa di kendalikan. Kevin bahkan tidak punya waktu untuk ke jakarta, semua pekerjaan di limpahkan pada asisten demi bisa menjaga Liora.Saat ini Liora baru saja tidur setelah seharian Kevin di buat kebingungan, Liora yang tiba-tiba menangis tanpa sebab, Liora yang tiba-tiba ingin ini dan itu dan harus di turuti saat itu juga, Liora yang ingin di manja dengan di usap perutnya dengan kata-kata manis yang tidak pernah Kevin pikirkan sebelumnya.Kegiatan itu jelas menguras tenaga extra, Kevin harus menghela nafas sabar berkali-kali demi kesenangan calon anaknya yang akan lahir tidak lama lagi. Di tambah lagi di usia kandungan Liora yang semakin membesar, Liora butuh olahraga khusus ibu hamil, setiap tiga hari seminggu Kevin akan menemani Liora untuk olahraga rutin agar anaknya nanti la
Musim penghujan di bulan april, jalanan becek dan dedaunan basah akibat hujan yang turun mengguyur. Kendaraan beroda empat berwarna putih milik Kevin membelah jalanan becek dengan hati-hati di belakang setir kemudi.Batang pohon yang tumbang menutupi jalan menghambat perjalanan Kevin, sekitar hampir satu jam Kevin menunggu kemacetan agar bisa kembali lancar, tak lama Kevin mendapat panggilan di sela kemacetan. Kevin tidak langsung menerima panggilan tersebut, ia lebih dulu mencari ponselnya yang berdering di dalam tas kerja.Hari ini Kevin baru saja kembali dari jakarta, urusan mendesak pekerjaan mengharuskan Kevin meninggalkan Liora yang sudah memasuki bulan ke delapan sebelum kelahiran anak mereka.“Iya, Ma.” ucap Kevin begitu sudah mendapatkan ponsel.“Kevin, kamu di mana?”“Kevin lagi di perjalanan pulang ke Bandung. Sekitar setengah jam lagi kayaknya baru sampai, ini aku kejebak macet.” Kevin m