Wajah Erica seketika berubah menjadi merah. Namun, tidak dengan Leonel yang sama sekali tenang seperti biasanya.“Istriku, sudahlah jangan menggoda mereka. Leo dan menantu kita pasti lelah, sejak kemarin mereka tidak ada istirahat. Biarkan mereka pergi, kamu juga harus istirahat.”Eleanor tersenyum kepada suaminya seraya memegangi tangannya.“Kali ini aku akan mendengarkanmu.”“Ma, kami akan pulang ke rumah dulu,” kata Leonel.“Hati-hati,” kata Eleanor.Erica membungkuk kepada mertuanya, mereka berdua meninggalkan rumah sakit. Eleanor tersenyum lebar dan menurunkan pandangannya.“Sekarang aku bisa bernapas lega putra kecilku sudah menikah. Aku harap dia bisa melupakan masa lalunya yang pahit. Erica ini, meskipun dia terlahir dari keluarga biasa, tapi aku yakin dia pilihan terbaik untuk menjadi istri Leo.”“Aku juga berpikir begitu. Semoga dia tidak mengecewakan kita di masa depan.”Leonel saat melepaskan genggaman tangannya, dia menghela napas. Keduanya masuk kembali ke dalam mobil ya
Leonel menurunkan pandangannya. Dia teringat malam dimana Leonel hampir menabraknya.‘Sepertinya malam itu, adalah malam perpisahan mereka.’Leonel menebaknya begitu saja. Menghitung hingga hari dia menikah dan pertunangan Tiara.“Pak, apa ada yang ingin Anda tanyakan lagi?” ucap Thomas.“Saya ingin kamu mengawasi mereka.”“Apa Anda cemas kalau Nyonya kecil akan kembali ke pelukan Tuan Kenzo?”Leonel yang mendengar itu langsung melirik Thomas dengan tatapan mematikan. Thomas langsung menunduk dan menutup mulutnya rapat-rapat dan tidak lagi berbicara.“Sekarang kamu sudah boleh pergi.”Thomas pergi meninggalkan ruangan kerja Leonel. Setelah kepergian Thomas Leonel langsung berdiri, dan kembali ke kamarnya menggunakan pintu khusus. Saat dia masuk ke dalam, dia melihat Erica sedang merapikan meja belajarnya. Leonel berdiri menyilangkan kedua tangannya.Erica pun menoleh kepada suaminya.“Anda sudah selesai?” tanya Erica.Leonel berdehem.”Kamu tidak perlu formal pada saya, lagi pula sek
Erica terdiam dan hanya menangis dalam pelukan suaminya. “Berhenti menangis, menangis tidak akan menyelesaikan masalah. Jangan menangis untuk orang tidak berguna seperti mereka.”Pelukan Leonel terasa hangat. Entah mengapa Erica selalu merasa, setiap kali Leonel memeluknya, semua beban di hatinya seolah hilang. Erica merasa sedikit kenyamanan dan merasa dilindungi oleh pria yang belum lama ini dia nikahi.Meskipun begitu Erica tahu kalau pernikahan mereka hanyalah sementara. Erica tidak ingin menaruh harapan atau bergantung padanya.“Jika kamu mau, saya bisa membalaskan rasa sakitmu?”Mendengar itu Erica melepaskan pelukan suaminya dan menggelengkan kepala.“Jangan.”“Kenapa?”“Kejahatan tidak harus selalu dibayar oleh cara yang sama. Biarkan Tuhan yang membalasnya.”Leonel menghela napas.“Cara berpikirmu terlalu kolot,” kata Leonel menyilangkan kedua tangannya.“Biar saja. Kenapa Kakak sangat baik sama aku mau nolongin aku?”Leonel tersenyum miring.“Jangan salah paham, saya melaku
Leonel diam selain menatap Erica dengan dingin.“Kenapa kamu melakukan semua itu? Jika kamu ingin melihat aku sedih, kamu sudah berhasil.”Erica turun dari ranjang rumah sakit. Melangkahkan kakinya pergi menjauh dari Leonel.‘Dua tahun, selama ini kamu membohongi aku! Kenzo, sandiwaramu sangat luar biasa!’Erica teringat kembali masa-masa dimana Kenzo yang selalu bepergian, dia bilang akan menemui sepupunya di luar negeri, tetapi ternyata orang yang dimaksudkan adalah Tiara.Erica yang saat ini berjalan seorang diri menjauh dari gerbang rumah sakit tidak bisa menahan air matanya. Dia menangis terisak menyusuri jalanan. Ternyata selama dua tahun dia sudah banyak dibohongi. Meskipun sudah menikah, Erica tidak bisa menyembunyikan rasa sakit hatinya. Manik matanya menatap kepada cincin di jemarinya, ada perasaan benci pada pernikahan ini.“Kenapa takdir begitu kejam terhadapku?”Erica baru sadar kalau dia tidak membawa apapun, tanpa uang dan ponsel. Ia tidak ingin kembali lagi ke rumah s
Mata Erica melotot saat Leonel menyesap mulutnya, bahkan memberikan sebuah gigitan kecil yang terasa manis.Leonel melepaskan ciumannya, menatap Erica yang saat ini tampak terkejut.“Selamat malam,” kata Leonel memejamkan matanya.Erica meneguk saliva, dia meremas selimut yang dikenakannya. Lalu melirik pada Leonel yang sudah tertidur begitu saja. Erica menghela napas.‘Setelah menciumku, dia bisa tidur begitu saja. Sekarang aku yang sama sekali tidak bisa tidur. Leonel, kamu harus tanggung jawab!’Erica memejamkan matanya, saat sudah benar-benar tertidur, Leonel membuka mata, ia melihat istri kecilnya sudah tidur. Leonel tersenyum kecil, lalu mematikan lampu.Esok harinya, Erica bangun lebih awal, dia membersihkan rumah bersama pengurus rumah, walaupun pengurus rumah sudah mengatakan kalau Erica tidak boleh melakukannya. Namun, Erica tidak mendengarkannya. Karena dia sudah biasa merapikan rumah saat masih di rumah bibinya.Dia juga membuat sarapan untuk Leonel. Namun, sebelum itu, d
Kenzo terlihat sedih, dan dia hanya bisa melepaskan kepergian Erica. Setelah keluar dari pintu itu, Erica menghentikan langkah kakinya seraya menghela napas.“Sebisa mungkin aku harus menghindari dia.”Erica kembali ke kelas, perhatian teman-temannya kini tertuju padanya termasuk Raisya. Teman-teman yang lain menghampiri Erica.“Eh, bukannya kamu dan Kenzo sudah putus, ya? Kok dia masih cari kamu sih?”Erica memilih untuk tidak menjawab pertanyaan salah satu temannya itu, padahal mereka sangat penasaran dengan jawabannya.“Sudah, kalian kembali ke tempat kalian. Erica sedang tidak ingin membahasnya,” kata Raisya.Erica membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah buku di dalam tasnya. Dia melihat dompetnya setengah terbuka, Erica memeriksa isi dompetnya dan terkejut melihat dompetnya terisi uang pecahan seratus ribu. ‘Kenapa ada banyak uang di dompetku?’ ucapnya dalam hati yang langsung teringat dengan Leonel.Saat Erica menghitung uang yang berada dalam tas itu, dia menemukan sebuah note
Tatapan Leonel menajam dan berubah menjadi dingin. Sedang Erica mematung melihat Kenzo berada di sisi Tiara tampak bahagia mengobrol dengan keluarga barunya.Eleanor mengangkat tangannya memberi isyarat agar Leonel dan Erica cepat kemari.“Apa yang kalian tunggu, cepat kemari,” kata Eleanor tersenyum.Erica mengatur napasnya. Leonel melirik pada Erica dan berbisik pelan.“Jika kamu ingin kita pergi, saya akan membawamu pergi.”Erica memutar kepalanya menatap Leonel dengan wajah tersenyum, seraya mengelus punggung tangan Leonel.“Jika aku pergi sekarang, maka aku kalah. Kita lanjutkan saja sandiwara ini, tidak enak juga pada orang tuamu.”Leonel tersenyum kecil seraya mangut pelan. Mereka pun melangkahkan kakinya mendekati mereka yang sudah duduk di sofa. Erica sama sekali tidak melihat ke arah Kenzo.“Ya ampun Erica, kamu makin cantik saja,” puji Sarah seraya meraih tangan Erica senang.“Erica, bagaimana suamimu. Aku harap Leo tidak menyulitkanmu,” kata Asher.“Leo, kamu harus lebih
“Kak Leo, ini tidak seperti yang Kakak pikirkan,” kata Erica.Leonel menarik tangan Erica menatap dingin kepada Kenzo.“Sebaiknya jaga sikapmu. Jika orang lain yang melihat akan membuat salah paham. Tapi, karena saya yang melihat saya membuat pengecualian. Kedua, Erica sekarang istri saya.” Leonel merengkuh pundak istrinya, dan mencengkeramnya erat.“Sebaiknya jaga sikapmu. Jika sampai saya melihat kamu mendekati istri saya lagi, bahkan sampai menyentuhnya. Maka kamu akan berurusan dengan saya!” kecam Leonel yang saat itu juga membawa pergi Erica meninggalkan kamar mandi.Kenzo hanya menatap kepergian mereka. Leonel mencengkeram tangan Erica dan menariknya paksa.“Kak, biar aku jelaskan.”“Kita bahas di rumah,” jawabnya pelan.Saat itu juga Leonel berpamitan kepada orang tuanya.“Loh kok, kalian sudah mau pulang?” tanya Eleanor menatap bingung kepada Leonel dan Erica.“Ma, jaga kesehatan Mama. Ingat apa kata Dokter, kami pulang dulu. Erica harus belajar,” kata Leonel.Erica tidak meny