"Good morning, Baby!"
Tubuh Alvaro menegang, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak, wajahnya pun sontak berubah pucat melihat seorang wanita bergaun merah yang berdiri tepat di tengah pintu kamarnya.
"Angela?" gumam Alvaro terdengar sangat lirih.
Cara segera turun dari gendongan Alvaro. Gadis itu tampak heran karena Alvaro tiba-tiba berdiri mematung dengan wajah pucat.
Cara pun segera mengikuti arah pandang Alvaro. Napas gadis itu tercekat melihat wanita yang sedang menatapnya dengan lekat.
"No-Nona Angela?!" gumam Cara terdengar gugup.
Angela berjalan dengan anggun menghampiri Alvaro. Sepasang mata biru miliknya menatap lurus ke dalam manik mata lelaki itu. Jantung Alvaro semakin berdetak tidak nyaman. Dia seolah-olah ketahuan selingkuh dengan Cara oleh Angela.
Cara
Cara ingin mengambil ponselnya yang tertinggal di kamar. Namun, gadis itu tiba-tiba saja berhenti melangkah. Sepasang mata zamrud miliknya terpaku menatap Alvaro dan Angela yang sedang berciuman di meja makan.Cara tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Entah kenapa oksigen di sekitarnya seolah-olah berubah menjadi karbon dioksida yang begitu mencekik leher. Dadanya sesak.Rasanya dia ingin sekali menarik Angela agar menjauh dari Alvaro. Namun, gadis itu tidak mempunyai cukup keberanian untuk melakukan hal itu karena sadar dengan posisinya jika dirinya hanya menjadi istri kedua bagi Alvaro.Cara pun cepat-cepat kembali mencabut rumput di halaman belakang karena tidak tahan melihat Alvaro yang memagut bibir Angela dengan penuh perasaan. Dia berdecak kesal karena cairan hangat kembali membasahi pipinya tanpa permisi."Aku kenapa, sih?" Cara mengusap air matanya dengan kasar. Namun, bayangan Alvar
Alexandra menggigit kuku jari cemas karena pikirannya mendadak tidak tenang. Wajah gadis yang dijumpainya bersama Dio di taman tadi terus melintas di ingatan.Benarkah gadis yang dia lihat di taman bersama Dio tadi adalah Caramell?Alexandra masih ingat dengan jelas bagaimana wajah Cara karena setahun yang lalu Jafier pernah menunjukkan foto gadis itu pada dirinya. Di foto tersebut Cara terlihat sangat manis dan menggemaskan. Namun, Cara yang baru saja dia lihat sangat berbeda. Gadis itu sekarang terlihat semakin cantik dan dewasa.Ada satu hal yang membuat Alexandra sangat terkejut. Perut Cara terlihat membesar. Apa gadis itu hamil?Alexandra tanpa sadar terus menggigit kuku jari tangannya. Apa Cara sudah menikah?"Ah, semua ini membuat kepal
Angela segera mengeluarkan ponselnya dari saku celana untuk menelepon Allendra karena Alvaro sedang mengambil minum di dapur. Senyum model seksi itu mengembang sempurna saat teleponnya diterima oleh Allendra. 'Kenapa kau baru meneleponku? Kau pasti sedang asyik menghabiskan waktu dengan Alvaro, kan?' berondong Allendra di seberang sana. Angela malah terkikik geli mendengarnya. "Apa kau merindukanku, Allend?" Allendra mendesah panjang. 'Kenapa kau masih bertanya, Baby? Tentu saja aku sangat merindukanmu.' Angela kembali terkekeh. Padahal baru satu minggu mereka berpisah, tapi Allendra sudah merindukan dirinya. "Aku juga merindukanmu, Allend. Tapi—" 'Kau pasti ingin mengatakan, aku terpaksa tinggal lumayan lama karena tidak ingin membuat Alvaro curiga. Begitu, kan?' "Astaga, Allend. Kenapa kau menggemaskan sekali?" pekik Angela tanpa sadar. W
"Kamu dari mana?"Alvaro berjingkat kaget mendengar suara Angela begitu memasuki kamar. Istri pertamanya itu sedang bersandar di ujung tempat tidur sambil memainkan ponselnya."A-aku tadi habis ngambil minum di dapur," jawab Alvaro terdengar gugup. Semoga saja Angela percaya dengan ucapannya padahal dia baru saja melihat Cara.Angela hanya ber'oh' ria menanggapi jawaban Alvaro. Wanita itu sebenarnya tidak percaya dengan apa yang Alvaro katakan. Namun, Angela dia tidak mau ambil pusing."Kenapa kamu bangun, Sayang?" tanya Alvaro sambil naik ke atas tempat tidur. Dia sengaja mengalihkan perhatian Angela agar tidak berpikir yang macam-macam."Mama baru saja meneleponku, Al."Kedua alis Alvaro menyatu. "M
Cara dirawat di rumah sakit selama tiga hari. Selama itu pula Alvaro tidak pernah beranjak pergi dari sisi gadis itu. Dia bahkan rela meninggalkan pekerjaannya di kantor demi menjaga Cara 24 jam. Cara berulang kali mengembuskan napas panjang. Ruangan serba putih ini seolah-olah membuat lehernya seolah-olah tercekik. Dia merasa sangat bosan dan butuh udara segar. "Tuan, saya bosan," keluhnya. Alvaro sontak berhenti mengupas sebuah apel merah yang berada di dalam genggamannya untuk Cara. "Terus kamu mau apa?" "Saya ingin jalan-jalan ke taman. Boleh, ya?" Cara memasang puppy eyes andalannya. Semoga saja dengan cara ini Alvaro mau menuruti keinginannya. Alvaro mendesah panjang. Bagaimana mungkin gadis yang berusia dua puluh tahunan itu masih terlihat menggemaskan. Rasanya
Tidak ada yang membuka suara sejak tiga puluh menit yang lalu. Cara dan Jafier hanya duduk diam sambil memandangi kupu-kupu yang hinggap dari satu bunga ke bunga yang lainnya.Sedikit pun Cara benar-benar tidak pernah menyangka Tuhan akan mempertemukannya lagi dengan mantan kekasih yang sudah tega mencampakkannya begitu saja.Sedih, amarah, juga kekecewaan tergambar jelas di wajah cantiknya.Cara benar-benar sedih karena Jafier tega mencampakkannya begitu saja.Cara benar-benar marah karena Jafier tega meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.Cara benar-benar kecewa karena Jafier baru muncul sekarang. Ke mana saja Jafier selama ini? Kenapa lelaki itu baru muncul sekarang?Andai saja Jafier tidak pergi, dia tidak akan menjadi istri kedua Alvaro agar mendapatkan uang untuk biaya operasi sang ibu.Namun, percuma saja Cara menyesali semuanya karena keadaan tid
Jafier mengusap sudut matanya yang berair lalu mengeluarkan dompetnya dari dalam saku celana dan menunjukkan sebuah foto usang yang tersimpan rapi di dalam dompetnya selain foto Cara. Fotonya bersama sang ibu dan mendiang ayahnya saat masih kecil. "Kamu lihat ini?" Jafier menunjukkan foto tersebut ke Cara. Cara memalingkan wajahnya ke arah lain karena tidak ingin melihat foto usang yang ada di dalam dompet Jafier. Namun, hati kecilnya seolah-olah menyuruhnya untuk melihat foto tersebut. "Dia Jullian Mahendra. Ayah kandung kita." Cara tidak ingin percaya dengan apa yang Jafier tunjukkan. Namun, kristal bening itu malah jatuh semakin deras membasahi pipinya. Sialan! Kata-kata yang keluar dari mulut Jafier selanjutnya bagai bom atom yang meluluh lantakkan hati Cara. Jafier mengatakan jika sang ibu diam-diam menjalin hubungan dengan Jullian—mendiang aya
Alvaro berulang kali mengembuskan napas panjang karena Cara tidak mau berhenti menangis setelah bertemu lagi dengan Jafier di rumah sakit. Bahkan ketika tiba di rumah pun Cara masih tetap saja menangis.Alvaro benar-benar muak melihatnya.Alvaro bukan pria bodoh. Sepenuhnya dia tahu alasan yang membuat Cara menangis. Gadis itu pasti merasa sangat terkejut sekaligus terpukul setelah tahu jika Jafier ternyata kakak kandungnya.Namun, tidak bisakah Cara berhenti menangis agar tidak membuatnya khawatir."Sudahlah, berhentilah menangis, Caramell!"Cara tidak menghiraukan ucapan Alvaro sama sekali. Gadis itu memilih larut dalam kesedihannya karena ucapan Jafier beberapa jam yang lalu terus berputar di otaknya.