Cara mengerjabkan mata perlahan karena cahaya matahari yang masuk melalui celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah cantiknya. Gadis itu tertidur setelah lelah menangisi kenyataan pahit jika dirinya ternyata adik kandung Jafier.
Cara sulit sekali menerima kenyataan jika dirinya ternyata bersaudara dengan Jafier. Dia masih butuh waktu untuk menerima semuanya.
Namun, mau tidak mau dia harus menerima kenyataan tersebut. Lagi pula dia tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan karena ada hal yang harus diproritaskan. Yaitu bayi yang berada di dalam kandungannya.
Cara pun beranjak dari tempat tidurnya. Dia ingin menemui Alvaro untuk meminta maaf karena kemarin sudah bersikap kurang baik pada lelaki itu.
Cara merasa amat sangat menyesal dan bersalah, padahal Alvaro hanya ingin menunjukkan rasa k
Cara sengaja bangun lebih awal karena ingin menyiapkan sarapan untuk Alvaro sebab selama satu minggu ini lelaki itu yang menyiapkan sarapan untuknya. Walaupun hanya setangkup roti bakar dan segelas susu tapi entah kenapa rasanya begitu istimewa.Alvaro sangat terkejut melihat Cara sudah duduk manis di meja makan. Padahal dia sengaja bangun lebih pagi karena ingin membuat roti bakar dan segelas susu untuk gadis itu."Selamat pagi, Tuan," sapa Cara dengan senyum lebar. Padahal kesedihan masih tergambar jelas di wajah cantiknya.Alvaro mendesah panjang, lalu cepat-cepat berbalik meninggalkan ruang makan, tapi Cara malah mencekal pergelangan tangannya."Hari ini saya memasak nasi goreng kesukaan, Tuan. Apa Tuan tidak ingin sarapan dulu sebelum berangkat ke kantor?"Alvaro melepas tangannya dari genggaman Cara. "Aku tidak lapar," jawabnya terd
Cara berjingkat. Gadis itu begitu terkejut karena Alvaro membanting pintu ruangannya dengan cukup keras. Cara yakin sekali Alvaro pasti baru saja melihat hal yang membuatnya marah.Tapi apa?Cara tidak tahu.Cara segera beranjak dari tempat duduknya karena ingin mengejar Alvaro. "Tuan, tunggu!" teriaknya.Namun, Alvaro terus saja berjalan tanpa menghiraukan panggilannya. Isi pesan tersebut membuat darah di dalam tubuhnya seketika mendidih. Alvaro sangat marah hingga ingin menghancurkan benda apa pun yang berada di sekitarnya.Namun, dia berusaha keras menahan amarahnya karena sedang berada di kantor.Cara akhirnya berlari kecil agar bisa menyusul Alvaro. "Tuan, tunggu!"Alvaro sontak berhenti melangkah karena Cara menghadang jalannya. Napas lelaki itu tampak terengah. Amarah tergambar jelas di wajah tampannya."Tu
Alvaro dan Angela kembali bersulang sebelum menyesap segelas wine yang ada di tangan. Alunan musik membuat suasana terasa semakin romantis. Alvaro menatap Angela yang duduk di atas pangkuannya dengan lekat. Aroma vanilla yang menguar dari tubuh wanita itu tercium jelas di indra penciumannya karena jarak mereka sangat dekat."Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Angela seraya mengalungkan kedua lengannya di leher Alvaro."Kamu sangat cantik."Wajah Angela sontak dijalari rasa panas, meninggalkan semburat merah di kedua pipinya. "Benarkah?"Alvaro mengangguk sementara tangannya perlahan bergerak, membelai punggung Angela yang terbuka dengan lembut.Alvaro tidak memungkiri jika dirinya mendamba tubuh Angela karena mereka tidak pernah bertemu hampir tiga minggu.Angela menatap Alvaro dengan lekat. Jantung keduanya sontak berdegup cepat. Pelan, dia mendekat, menepis jarak
Allendra langsung mendorong tubuh Angela hingga membentur dinding yang berada tepat di belakangnya lalu melumat bibir wanita itu dengan kasar. "Mmhh ...." Angela memukul lengan Allendra dengan kuat agar lelaki itu melepas ciumannya karena dia kesulitan bernapas. Namun, Allendra malah menahan tengkuk Angela dan semakin memperdalam ciumam mereka. Aroma alkohol menguar jelas dari tubuh Allendra. Lelaki itu benar-benar kesal karena Angela tiba-tiba membatalkan acara makan malam mereka. Dengan sekuat tenaga Angela berusaha mendorong dada Allendra hingga ciuman mereka akhirnya terlepas. Napas keduanya tampak terengah. Angela segera menarik napas sebanyak mungkin ke dalam paru-parunya karena Allendra tidak memberinya kesempatan sama sekali untuk mengambil napas. "Apa kau sud
Alvaro senyum-senyum tidak jelas sambil memandangi layar ponselnya yang menampilkan foto Cara. Beberapa menit yang lalu Felix mengirim sedikitnya lima belas foto Cara saat sedang makan pizza pemberiannya.Gadis itu makan dengan lahap hingga membuat bibirnya belepotan terkena saus. Sangat menggemaskan. Bagaimana mungkin gadis berusia hampir 21 tahun itu tingkahnya masih seperti gadis berusa belasan.Kekanakan.Cara benar-benar terlihat sangat menggemaskan.Andai saja Alvaro sekarang berada di rumah, dia pasti akan membersihkan bibir Cara dengan bibirnya.Tidak hanya itu. Dia akan melumat bibir manis milik gadis itu hingga membengkak dan kehabisan napas. Cara akan protes dan mengerucutkan bibir seperti anak kecil karena dia selalu hilang kendali jika mencium bibir gadis
Layar monitor EKG Ibu tiba-tiba menunjukan garis lurus asistole. Wanita yang melahirkan Cara itu mendadak mengalami henti jantung. Kafka pun segera menangani Ibu."Siapkan RJP!" Perintah Kafka pada perawat yang berada di sampingnya. Dengan sigap dokter muda itu mengambil tempat di sisi kanan Ibu dan melakukan pijat jantung dari luar.Kafka dan seorang perawat laki-laki bergantian melakukan pijat jantung pada Ibu. Namun, sudah sepuluh menit berlalu Ibu belum juga respon apa pun.Sementara di luar ruangan ICU Cara tidak pernah berhenti berdo'a agar sang ibu bisa selamat. Cara benar-benar takut akan ditinggal pergi oleh Ibu untuk selamanya.Dia benar-benar takut.Setitik keringat turun membasahi pelipis Kafka. Sudah lima belas menit berlalu, akan tetapi Ibu tidak juga mem
Kafka menghentikan Audy RS7 miliknya tepat di depan rumah. Helaan napas panjang sontak lolos dari bibirnya ketika melihat seorang gadis yang tertidur lelap di sampingnya. Sepertinya Cara tertidur karena lelah menangis. Lagi pula sejak tadi siang tidak ada makanan apa pun yang masuk ke dalam lambung gadis itu.Kafka akhirnya menggendong Cara ke kamar. Dia membaringkan gadis itu dengan hati-hati di atas tempat tidur begitu tiba di sana. Tatapan kedua matanya terlihat sangat sendu saat menatap Cara. Sedikit pun dia tidak pernah menyangka gadis sebaik Cara mendapatkan ujian yang begitu berat dalam hidupnya.Namun, Kafka sangat yakin Cara pasti bisa melewati semuanya karena gadis itu sangat kuat dan memiliki hati yang berjiwa besar."Ibu, jangan tinggalin, Cara ...," gumam Cara dalam tidurnya. Isakan kecil pun kembali lolos dari bib
Cara duduk gelisah di atas tempat tidur sambil memilin kesepuluh jemari tangannya yang terasa dingin. Gadis itu tidak sengaja sudah mendengar pembicaraan di antara Kafka dan Jafier. Semuanya tanpa ada yang terlewat sedikit pun.Apa Jafier benar-benar ingin membawanya pergi?Apakah dia harus meninggalkan Alvaro dan pergi bersama Jafier?Bagaimana dengan nasib bayi yang masih berada di dalam kandungannya?Sanggupkah dia memisahkan calon buah hatinya dari Alvaro?Cara tanpa sadar menghela napas panjang. Bagaimana pun juga anak yang berada di dalam kandungannya adalah darah daging Alvaro. Dia tidak mungkin memisahkan anak itu dari ayahnya.Bunyi kenop pintu yang diputar membuat Cara tergagap karena pintu