Napas Jafier terdengar teratur. Lelaki itu tertidur lelap setelah bercinta dengan Cara. Namun, berbeda dengan gadis cantik yang berada di dalam dekapannya. Cara tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang baru saja dirinya lakukan dengan Jafier.
Bagaimana mungkin dia bisa bercinta dengan Jafier? Padahal lelaki itu jelas-jelas saudara kandungnya sendiri.
Apa dia sudah kehilangan akal?
Cara mengusap wajah kasar, ketakutan tergambar jelas di wajah cantiknya. Dia merasa sangat takut karena baru saja melakukan dosa yang sangat besar.
"Ya Tuhan, aku takut ...," gumamnya dengan suara gemetar.
Cara tidak tahu harus berbuat apa lagi setelah ini. Dia telah gagal menjaga kehormatan yang seharusnya dia berikan untuk Alvaro. Tubuhnya kotor. Cara merasa sep
Alvaro tidak pernah berhenti tersenyum melihat gedung-gedung yang berdiri kokoh lewat kaca mobil di sampingnya. Beberapa jam yang lalu pesawat yang membawanya dari Singapura baru saja mendarat di Jakarta. Rasanya dia tidak sabar ingin sekali bertemu dengan Cara, lalu memeluk gadis itu dengan erat untuk melepas rindu karena sudah seminggu lebih mereka berpisah."Kamu ngelamunin apa sih, Al?" tanya Angela seraya menyandarkan kepalanya di lengan Alvaro.Alvaro tergagap. "Em, bukan apa-apa," jawabnya terbata-bata."Kenapa kamu tersenyum terus sejak tadi?" Angela menatap Alvaro dengan pandangan menyelidik. Entah kenapa dia merasa jika Alvaro terlihat jauh lebih bahagia sekarang."Masa, sih?" Alvaro malah bertanya alih-alih menjawab pertanyaan Angela. Dia pasti sudah tidak sabar ingin bertem
"Caramell?" Alvaro cepat-cepat mengendarai Mercedes Benz G65 miliknya ke minimarket tersebut tepat setelah lampu menyala hijau. Senyum lega tercetak jelas di bibirnya setelah memastikan jika gadis yang menelungkupkan kepalanya di atas meja itu ternyata benar-benar Cara.Setelah tiga jam lebih dia berputar-putar mengelilingi kota, akhirnya gadis itu berhasil dia temukan.Alvaro geleng-geleng kepala sambil tersenyum geli karena mendengar dengkuran halus yang berasal dari Cara. Ternyata gadis itu sedang tidur. Begitu lelap padahal tempat ini sangat berisik karena banyak kendaraan yang berlalu lalang.Astaga!Bagaimana mungkin Cara bisa tidur di tempat seperti ini? Apa gadis itu tidak takut jika ada orang yang ingin berniat jahat pada dirinya?Dasar ceroboh!Alvaro pun duduk di kursi kosong yang berada tepat di samping Cara, dan ikut meletakkan kepalanya di atas meja. Sepasang mata tajamnya sibuk memandangi wajah sang istri yang tidur begitu lel
Ruangan itu sangat minim penerangan. Lampu bohlam berukuran lima watt tidak cukup terang untuk menerangi ruangan berukuran 6 x 8 meter tersebut. Banyak barang-barang yang tidak terpakai berada di sana. Semua terlihat usang dan berdebu. Lantainya pun kotor. Minimnya ventilasi membuat udara terasa sangat pengap. Sebuah kasur lantai tipis dan kotor menjadi tempat tidur Cara malam ini. Gadis itu membiarkan semua bajunya tetap berada di koper karena tidak ada lemari untuk menyimpan pakaian. Cara beringsut di sudut gudang karena banyak tikus dan kecoa yang berkeliaran di sekitarnya. Dia merasa takut sekaligus jijik dengan binatang tersebut. Jam terus berputar. Tidak terasa sekarang sudah hampir tengah malam. Namun, rasa kantuk seolah-olah enggan menghampiri Cara. Gadis itu tidak bisa tidur. Bagaimana mungkin Cara bisa tidur di tempat yang kotor dan tidak nyaman seperti itu. Apa ini hukuman yang Tuhan berikan untuknya karena telah mengkhianati Alvaro?&
Alvaro melirik Angela yang tidur lelap di sampingnya. Dengan hati-hati dia turun dari atas tempat tidur agar tidak membangunkan Angela. Alvaro ingin pergi ke kamar Cara untuk melihat keadaan gadis itu. Alvaro memutar kenop pintu kamar Cara dengan pelan. Istri keduanya itu sedang tidur menghadap ke tembok dengan selimut tipis yang menutupi tubuhnya. Helaan napas panjang sontak lolos dari bibir Alvaro saat melihat jemari Cara yang penuh dengan luka. Gadis itu bekerja terlalu keras melaksanakan setiap perintah yang keluar dari bibir Angela tanpa sepengetahuan dirinya. Andai saja dia tahu, dia pasti akan melarang Cara mengerjarkan semua pekerjaan rumah demi menjaga bayi yang berada di dalam kandungannya. Alvaro pun mengambil kotak P3K. Dengan penuh pengertian mengobati jemari Cara yang terluka. "Aku tidak suka melihatmu sakit. Jangan sakit lagi ya, Caramell?" Alvaro mengecup jemari Cara dengan penuh sayang. Semoga saja jari gadis itu lekas membaik
Lingkaran hitam menghiasi kedua mata gadis itu. Pipinya pun terlihat lebih tirus dari sebulan yang lalu. Cara sangat setres karena terus memikirkan Alvaro. Sedikit pun dia tidak pernah menyangka Alvaro tega bercinta dengan Angela di depan kedua matanya. Apa lelaki itu ingin membalas rasa sakit hatinya? Cara memukul dadanya kuat-kuat karena rasa sakit ini begitu menyesakkan. Butiran bening itu jatuh begitu saja membasahi pipinya setiap kali mengingat kejadian malam itu. Kenapa dadanya terasa sangat sakit? Apa dia cemburu? "Apa seperti ini rasanya menjadi Tuan Alvaro saat tahu aku bercinta dengan Jafier?" gumamnya menahan nyeri di dada. Cara merasa sangat menyesal sudah melakukan hubungan hubungan suami istri dengan J
Alvaro pun meletakkan kedua tangannya di antara lutut dan punggung Cara. Dia membopong tubuh gadis yang tidak sadarkan diri itu ke dalam kamarnya dengan wajah panik. Alvaro benar-benar takut terjadi sesuatu dengan Cara. Apa lagi gadis itu sedang mengandung buah hatinya.Alvaro membaringkan Cara dengan hati-hati di atas tempat tidur lalu bergegas menelepon Samudra untuk memeriksa Cara. Namun, Samudra tidak bisa datang karena sedang mengisi seminar di luar kota. Dokter paruh baya berkaca mata itu pun akhirnya meminta sang keponakan ke rumah Alvaro untuk memeriksa Cara.Selesai menelepon Samudra, Alvaro cepat-cepat pergi ke dapur untuk mengambil sebaskom air dingin dan handuk kecil. Dia ingin mengompres Cara sembari menunggu dokter yang akan memeriksa gadis itu datang.Alvaro mencelupkan handuk berwarna putih tersebut ke dalam air sebelum menempelkannya ke kening Cara. Dia melakukannya berulang kali agar demam Cara turun. Alv
Cara mengerjabkan mata perlahan karana cahaya matahari yang masuk melalui celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah cantiknya. Gadis itu menggeliat pelan untuk merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku. Kedua matanya sontak membulat ketika melihat jam yang menempel di dinding kamar. Jam dua siang. Cara merasa sangat lelah hingga tidur sampai lewat dari setengah hari. Cara pun cepat-cepat menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Dia harus segera menyiapkan sarapan lalu mengerjakan semua pekerjaan rumah agar Alvaro tidak marah. Namun, sepertinya kurang tepat jika dia menyebut sarapan karena sekarang sudah siang. Ah, persetan! Dia harus segera turun ke bawah agar Alvaro tidak marah. "Ahh ...." Cara meringis sambil m
Cara tertegun. Suara-suara di sekitarnya seolah-olah lenyap. Tatapan kedua matanya terpaku pada lelaki yang berada tepat di hadapannya. Selama 30 detik yang dia lakukan hanya diam memandangi wajah tampan Alvaro. Cara tidak pernah menyangka Alvaro akan mengungkapkan cinta pada dirinya. Apa lelaki itu benar-benar mencintainya? Secepat inikah Alvaro jatub hati pada dirinya? Tidak! Alvaro tidak mungkin mencintainya. Jika Alvaro benar-benar mencintainya maka lelaki itu tidak akan menyakitinya. Namun, apa yang Alvaro lakukan? Lelaki itu malah tega bercinta dengan Angela di depan kedua matanya. Cara tanpa sadar mencengkeram selimut dengan erat hingga jemari tangannya terlihat gemetar Kristal bening itu jatuh begitu saja membasahi pipinya. Kenapa Alvaro tega sekali mempermaikan perasaannya? Tidak bisakah lelaki itu berhenti menyakiti hatin