Indira terlihat sangat senang sekali, karena dia bisa mendapatkan pelukan hangat dari Liliana Leichan. Pelukan yang telah lama tak dia rasakan dari seorang ibu, kini dapat dia rasakan dari Berliana Law dan juga Liliana Leichan. Edbert yang melihatnya pun turut senang, karena ternyata Liliana Leichan mau menerima kehadiran Indira. Padahal, awalnya dia merasa sangat takut jika Liliana Leichan akan marah dan tak mau bertemu dengan dirinya lagi. Namun, ternyata anggapannya salah. Ya, walaupun Indira sempat mendapatkan tamparan dari Liliana Leichan. Hingga di pipinya membekas cap lima jari dari Liliana Leichan, tetapi wanita itu kini terlihat begitu baik kepada Indira."Mom, sebaiknya kita lanjutkan ngobrolnya di ruang keluarga saja. Agar terasa lebih nyaman," ucap usul Edbert. Liliana Leichan melirik ke arah Edbert, lalu dia menganggukkan kepalanya. Karena hari semakin sore, anginnya juga lumayan kencang."Ya, kamu benar. Lagian udara luar juga tidak bagus untuk kedua putra kalian," uca
Semuanya berjalan dengan lancar, Edbert benar-benar terlihat sangat bahagia. Walaupun awalnya banyak yang terlihat mencibir Indira, tetapi pada akhirnya tidak ada yang berani lagi bersuara. Kedua baby Indira terlihat sudah kelelahan. Malven dan Melvin terus saja menguap, hal itu membuat Indira tidak tega melihatnya. "Mas, twins sudah sangat kelelahan. Mereka terlihat mengantuk," adu Indira. Edbert terlihat tersenyum lalu memandang kedua putranya yang terlihat begitu tidak nyaman berada di sana, bahkan mulut mereka terlihat menguap dengan sangat lebar. "Apa kalian lelah, hem?" tanya Edbert seraya mengusap pipi gembil kedua putranya secara bergantian. Malven dan Melvin terlihat tersenyum sambil menggoyangkan tangan dan kakinya, Edbert sangat senang melihatnya. Pada akhirnya dia bisa merasakan kebahagiaan, mempunyai istri cantik dan penurut serta memiliki dua putra yang sangat tampan. Hal itu benar-benar membuat hidupnya terasa lebih sempurna. "Baiklah, Sayang. Biar aku antar," uca
Selepas melakukan ritual mandinya, Edbert langsung berganti pakaian dan kembali ke acara yang sedang berlangsung. Saat dia datang, semua memandang wajah Edbert yang terlihat begitu berseri. Tentu saja dia sangat senang, karena setelah dua bulan puasa dia bisa melepaskan hasratnya juga. Walaupun hanya sebentar tetapi terasa begitu nikmat, miliknya bahkan masih bisa merasakan kenikmatan yang Indira berikan untuk dirinya.Leon Law dan Berliana Law yang menyaksikan sendiri penampilan putranya yang telah berubah hanya bisa mengatupkan mulut menahan tawa, mereka paham jika Edbert pastinya sudah tidak tahan. Berbeda dengan Shamanta yang langsung menghampiri Edbert, dia langsung memeluk lengan Edbert kemudian dia berjinjit. Tanpa ragu dia berbisik tepat di telinga Edbert. "Cieee yang abis buka puasa, rambutnya masih basah. Harusnya tuh rambut dikeringkan pake hair dryer, bukan pake anduk doang." Edbert langsung menatap wajah adiknya itu dengan lekat, Shamanta sempat menelan salivanya denga
Edbert terlihat mondar-mandir tidak jelas seperti orang gila, dia sudah tidak bisa berpikir dengan jernih. Baru saja dia mendapatkan kebahagiaan, pikirnya. Lalu, apa ini? Kenapa seakan ada orang yang begitu ingin merenggut kebahagiaannya itu? Siapa yang dengan teganya menculik tiga orang yang sangat berharga di dalam hidupnya? "Ya Tuhan, Ed. Cepat perintahkan anak buahmu untuk mencari Indira dan twins M, aku tidak mau terjadi sesuatu terhadap mereka." Berliana langsung memeluk Leon Law dan menangis tersedu-sedu. Edbert langsung menurut, dia langsung mengambil ponselnya dan dengan cepat menghubungi Anthony. Dia terlihat begitu tidak sabar untuk segera meminta bantuan."Halo, Kak. Ada apa?" tanya Anthony dari sebrang sana. "Indira dan twins hilang, ada yang menculik mereka. Tolong kamu lacak jejak mereka, retas semua CCTV jalanan dan segera temukan mereka." Edbert terlihat menjambak rambutnya dengan kasar. Dia benar-benar tidak habis pikir jika kini dirinya mendapatkan ujian yang be
Edbert mendorong pintu kamar twins dengan perlahan, saat pintu kamar tersebut sudah terbuka dengan sempurna hanya ada kedua putri Shamanta yang sedang tidur dengan sangat lelap di sana. Mereka tertidur dengan sangat nyaman sambil memeluk guling milik baby twins, Edbert langsung masuk ke dalam kamar tersebut dan matanya menyisir kamar kedua bayinya. Namun, sama sekali mereka tak melihat tanda-tanda adanya Ami dan juga Ani di sana. Edbert menjadi curiga dibuatnya, dia berpikir jika kedua orang tersebut sudah kabur dari kediamannya. "Coba periksa di kamar mandi, Boy," ucap Leon Law. Edbert menurut, dia langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Saat pintu kamar mandi terbuka, ternyata kamar mandi tersebut pun sudah kosong. Tak ada Ami dan juga Ani di sana, lantai kamar mandi pun terlihat kering. Edbert langsung berlari dan membuka lemari baju milik Ami dan juga Ani. Ternyata lemari baju mereka terlihat kosong, Edbert terlihat begitu kesal. Pantas saja penculik itu bisa dengan
"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Edbert frustasi. Edbert benar-benar bingung saat ini, kenapa ada orang yang sangat tega menculik istri dan kedua putranya. Padahal, Indira dan kedua putranya tidak bersalah sama sekali.Kalau memang orang tersebut benci pada Edbert, seharusnya dialah yang disakiti. Bukan istri atau pun anaknya, ini sangat tidak adil untuk mereka.Anthony langsung menepuk pundak Edbert, dia berusaha untuk menenangkan hati Kakak sepupunya itu. Dia benar-benar merasa iba, kasihan sekali melihat kakak sepupunya bisa mendapatkan musibah seperti itu. "Sekarang Kakak tenang dulu, kita harus segera menyusul ke Bandara secepatnya." Anthony dengan cepat melangkahkan kakinya menuju mobilnya, dia tidak mau ada kata terlambat nantinya. Edbert menurut, dia mengikuti langkah kaki dari adik sepupunya itu. Anak buah Anthony pun turut mengikuti tuannya, walaupun tanpa disuruh mereka seolah paham.Sampai di dalam mobil, Edbert terlihat termenung. Dia terlihat seda
Edbert terlihat begitu frustasi, dia begitu bingung karena tak bisa menemukan keberadaan Indira dan juga kedua putranya. Rasanya dia ingin mati saja jika mereka tidak ditemukan.Semua anak buahnya sudah dia kerahkan ke mana-mana, sayangnya tetap saja Indira dan kedua putranya tak juga ditemukan. Padahal, keluarga Law adalah keluarga yang sangat berpengaruh dan mempunyai jangkauan luas yang tiada batas. Namun, herannya ketika seperti ini Indira begitu sulit untuk ditemukan. Penculiknya juga seakan bukan orang biasa saja, tetapi juga merupakan orang yang sangat berpengaruh di negeri ini. Sehingga mereka bisa dengan mudah menyembunyikan indira dan juga kedua putranya. Hal itu benar-benar membuat Edbert tak habis pikir, kenapa ada orang yang tega sekali memisahkan dirinya dengan Indira dan kedua putranya. Kini, Edbert terlihat sedang duduk sambil menatap foto Indira dan juga kedua putranya di layar laptop miliknya. Sesekali dia terlihat tersenyum kala mengingat kebersamaan yang dia lal
Awalnya Edbert ingin meminta tolong kepada temannya untuk menemui Lee, tetapi setelah dia pikirkan kembali dia akhirnya meminta tolong kepada Reon untuk menemui Lee secara pribadi. Tentunya sebelum menemui Lee secara langsung, Edbert sudah meminta Reon untuk memata-matai kegiatan Lee secara diam-diam. Reon menurut, Reon sudah menyelidiki semuanya. Namun, Lee terlihat tidak ada sangkut-pautnya dengan penculikan Indira dan juga baby Twins. Sayangnya, walaupun sudah tahu seperti itu. Tetap saja Edbert terlihat ingin memastikan dengan menanyakan kejadian tersebut kepada Lee secara langsung, hanya untuk memastikan, ujarnya.Reon menurut, hari ini dia sudah mendapatkan persetujuan dari Lee untuk bertemu. Pagi-pagi sekali Reon sudah datang di perusahaan Lee, hal itu sengaja dia lakukan agar bisa bertemu secara langsung. Reon dengan sabar menunggu Lee di lobi hotel, hingga pukul delapan tiba Lee nampak masuk ke dalam lobi perusahaan miliknya. Reon segera bangun dan menyapa Lee terlebih den