Edbert tidak menyangka jika Leon Law akan menanyakan tentang rumah tangga yang dijalani oleh Edbert dan juga Merry. Apa yang salah, pikirnya. Apa dad'nya itu bisa membaca pikirannya, atau dia bisa membaca raut wajahnya, tanyanya. Bahkan, Leon Law kini terlihat sedang menatapnya dengan sangat serius. Hal itu membuat Edbert salah tingkah. Sebenarnya, dia sangat bingung harus berkata apa. Dia sangat bingung harus menjawab apa tentang apa yang ditanyakan oleh Leon Law. Karena pada kenyataannya, rumah tangganya sekarang memang tidak baik-baik saja. Bukan karena Merry atau Edbert yang bermasalah, ataupun karena tidak ada kecocokan lagi di antara keduanya. Akan tetapi, ini semua karena pernikahan keduanya yang telah dia jalani. Setelah pernikahan kedua yang dia jalani, Edbert memang masih tetap mencintai Merry. Namun, jauh di lubuk hatinya dia lebih mencintai Indira. Wanita yang Merry bawa ke dalam rumah tangga mereka, wanita penurut yang begitu menggoda. Wanita yang dengan suka rela bers
Saat Edbert masuk ke dalam kamar utama, dia melihat Merry yang masih meringkuk di atas ranjang. Tubuhnya berbalut selimut tebal yang menutupi tubuhnya sampai sebatas leher. Ada rasa iba yang menyeruak ke dalam hatinya, wanita baik itu pasti terluka karena ulahnya. Apalagi dengan adanya keluarganya yang berkunjung, di satu sisi Merry pasti senang. Namun, di sisi lain Merry pasti merasa tertekan. Apa lagi saat ini dia harus berbohong atas kehamilan yang dialami oleh Indira, dia pasti sangat tersiksa. Saat ini, justru adalah masa terberat untuk Merry. Edbert sangat tahu dengan pasti, karena sebagai wanita Merry pun pasti ingin sempurna. Namun, sayangnya hanya Tuhan yang maha sempurna. Manusia hanya ciptaannya yang banyak kekurangannya, seperti Merry yang tidak bisa mengandung dan dengan terpaksa harus menghadiahkan hal terindah untuk sang suami. Wanita yang baik untuk mengandung benih dari suaminya, wanita baik yang mampu memberikan rasa nyaman dan damai untuk suaminya. Edbert langsu
Setelah kepergian Lee dan juga Indira, Leon Law mengajak Edbert untuk masuk ke dalam ruang kebesarannya. Tentu saja hal itu dia lakukan karena masih banyak pekerjaan yang harus mereka kerjakan, terlihat banyak berkas di atas meja mereka. Terlihat meronta seakan minta untuk segera dikerjakan, tentu saja melihat akan hal itu Leon Law merasa tidak bisa bersantai.Setelah masuk ke dalam ruang kerjanya, Leona Law duduk di kursi kebesarannya. Dia tersenyum ke arah putranya dan berkata."Indira ternyata semakin cantik ya?" ucap Leon Law. Mendengar pujian dari Leon Law, Edbert langsung tersenyum. Karena kenyataannya memang seperti itu, aura Indira bahkan semakin keluar setelah mengandung. "Hem, dia memang cantik." Edbert terlihat tersenyum kala membayangkan kecantikan istri keduanya. Melihat Edbert yang melamun sambil mesem-mesem, Leon Law pun langsung menggelengkan kepala. "Ingat, Ed. Kamu sudah punya istri," ucap Leon Law seraya menepuk pundak putranya. Edbert seakan tersadar jika dia
Sebenarnya Edbert bertanya-tanya di dalam hatinya. Sedang apa mom'nya di sana, sedang melakukan apa, pikirnya. Akan tetapi, dia tidak berani bertanya karena takut memperpanjang urusan. Lagi pula dia merasa punya urusan yang lebih penting ketimbang mengurusi mom'nya, mengurusi hatinya terlebih dahulu yang ingin dia lakukan. Menyembuhkan rasa rindunya pada Indira, tentunya dengan menemui Indira secara langsung. Apalagi tadi dia telah membiarkan Indira pulang diantar oleh Lee, tentu saja dia pun ingin bertanya kepada Indira, apakah Lee bersikap tidak menyenangkan kepadanya atau tidak. Namun, dia harus segera menyingkirkan rasa cemburu dan rasa curiganya. Karena yang Edbert saat ini inginkan, hanyalah segera bertemu dengan Indira dan tentunya mengelus serta mencium perut Indira yang sudah terlihat membuncit itu. Ebert sangat suka ketika dia mengelus perut Indira, rasanya ada getaran indah yang terasa di dalam hatinya. Ada sesuatu yang membuat jiwanya menghangat. Entahlah, perasaan sep
Edbert berjalan dengan langkah gontai saat meninggalkan Indira. Sebenarnya, Edbert masih ingin menghabiskan waktu bersama dengan Indira. Dia masih ingin mengobrol, melepas rindu, bahkan bercumbu dengan wanita yang kini tengah mengandung benihnya. Akan tetapi, dia tahu jika itu adalah hal yang mustahil. Karena keluarga besarnya sedang berada di negara tempat ia tinggal sekarang. Apalagi, ternyata Shamanta dan juga Andrew ke Singapura bukan hanya untuk menemui Merry dan dirinya. Akan tetapi, mereka benar-benar sedang menjalankan bisnis di negara tersebut. Itu artinya, Edbert akan sering terlibat dengan urusan mereka. Edbert tidak bisa bersantai begitu saja, dia harus lebih waspada.Andrew dan juga Samantha benar-benar sedang mengepakkan sayapnya di dunia bisnis kuliner, perhotelan, dan juga pariwisata. Andrew benar-benar berbakat dalam hal bisnis, Edbert pun mengakui akan hal itu. Sampai di parkiran, Edbert langsung masuk ke dalam mobilnya. Dia memukul setir kemudi dengan cukup kenca
Hampir 2 minggu keluarga besar Law tinggal di Singapura. Awalnya, mereka hanya ingin menetap selama satu minggu di Singapura. Akan tetapi, semua berubah setelah rencana Shamanta dan Andrew yang menambah waktu.Waktu selama 2 minggu Itu mereka gunakan untuk melihat kehamilan Merry, menikmati masa berlibur dan juga mengembangkan usaha yang dijalankan oleh Andrew dan juga Shamanta.Karena ternyata, jaringan bisnis yang Samantha dan Andrew bangun langsung berkembang dengan pesat. Bahkan, banyak investor yang ingin menanamkan saham, banyak juga perusahaan yang ingin bekerjasama dengan Samantha dan juga Andrew. Begitupun dengan Edbert, selama 2 minggu ini dia begitu sibuk. Setelah pulang bekerja, dia akan sibuk di Villa bersama dengan keluarganya. Bahkan, waktu yang dia punya untuk bersama dengan Indira pun semakin sedikit. Untuk menyalurkan rasa rindunya, Edbert hanya bisa bertukar pesan dengan Indira. Sebenarnya Indira sangat rindu dengan suaminya tersebut, tetapi dia pun harus berusaha
Indira merasa tidak enak hati kepada Lee, dia hanya bisa diam tanpa membalas kecupan mesra dari Edbert, suaminya.Namun, jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia juga begitu merindukan Edbert. Dia sangat rindu sentuhan pria itu, dia begitu rindu dekap hangat suami tampannya itu. Namun, bukan berarti dia bisa seenaknya bermesraan di depan orang lain, apa lagi di depan Lee. Orang yang selalu ada dikala Indira merasa sedih, bahkan selama terabaikan oleh Edbert, Lee selalu datang untuk menghibur dan membelikan banyak makanan untuknya. Melihat Indira yang hanya diam saja, Edbert merasa penasaran. Dia langsung menanyakan hal itu kepada istrinya."Kamu kenapa,Yang? Ngga rindu sama aku?" tanya Edbert penasaran. Cepat-cepat Indira menggelengkan kepalanya, dia takut jika suami akan salah paham dengan diamnya dirinya"Ngga, bukan kaya gitu. Tentu saja aku rindu, begitupun dengan baby twin." Indira mengusap perutnya, karena perutnya terasa berdenyut. Mungkin saja baby twins merasa sena
Melihat wajah Edbert yang terlihat mengenaskan, tentunya membuat Indira tidak tega. padahal, pada awalnya dia ingin menggoda suaminya dulu untuk berkata 'tidak'. Akan tetapi, saat pandangan mata mereka bertemu hati Indira langsung luluh. Dengan perlahan Indira pun menganggukkan kepalanya."Iya, Mas," jawab Indira.Kata yang keluar dari mulut Indira membuat Edbert terlihat senang bukan main, mata pria itu langsung berbinar."Jadi beneran boleh?" tanya Edbert meyakinkan. Indira langsung terkekeh saat mendengar pertanyaan dari Edbert, dia merasa jika suaminya telah banyak berubah. "Boleh, Sayang. Sangat boleh, aku istrimu, aku milikmu. Lakukanlah apa pun sesuai keinginan kamu, Sayang." Indira membelai pipi Edbert dan mengusap bibir seksinya. Edbert langsung menangkap tangan Indira dan mengecupnya beberapa kali, dia suka tangan mungil itu apa lagi saat memainkan miliknya. "Mas mulai, ya?" tanyanya pada sang istri. "Iya, Sayang. Lakukanlah, aku juga menginginkannya." Indira langsung m