Arkana mengangkat sedikit tubuhnya, ia tersenyum menatap Zara yang masih tersengal di bawahnya.Tangan Arkana terangkat mengusap keringat di pelipis Zara.“Enak enggak?” Apa perlu Arkana bertanya hal seperti itu, membuat Zara malu saja. Senyum Zara yang menjawab pertanyaan Arkana.Jadi ini maksud Arkana yang mengatakan akan memuaskannya dengan cara lain.Wajah Zara yang sudah merah karena baru saja mendapatkan pelepasan kini kian memerah di bagian pipi dan Arkana memberikannya kecupan di sana. Arkana hendak menggulirkan tubuh ke samping namun tertahan oleh tangan Zara yang melingkari pinggangnya.“Kak,” panggil Zara menggantung.“Apa sayang?” Arkana mengusap kepala Zara penuh cinta lalu mengecup keningnya.“Kak Ar ....” Zara melipat bibirnya ke dalam. Arkana menaikan kedua alis tanda bila dirinya mendengarkan. “Belum ....” Zara menjeda lagi kalimatnya, matanya mengerjap gugup.Arkana tersenyum tipis sambil mengusap kepala Zara, menunggu Zara menlanjutkan kalimatnya.“Dapet ....” Za
Zara ditarik paksa dari alam mimpi saat merasakan sinar matahari menerpa wajahnya.Membuka sedikit demi sedikit matanya untuk menyesuaikan retina dengan cahaya terang yang menembus hingga kamar mereka.Tidak ada Arkana di sampinya, kemana suaminya pergi?Zara berusaha menggerekan tubuhnya tapi begitu sulit, bukan karena sakit tapi lemas.Tiga kali Arkana melakukan pelepasan di dalamnya, pria itu tidak memiliki rasa lelah bahkan nyaris saja tadi subuh mereka akan melakukannya untuk yang keempat kali tapi Zara pura-pura tertidur karena tubuhnya terasa kebas semua.Arkana Gunadhya dengan hasratnya yang besar membuat Zara kewalahan.Suara gemericik air dari arah luar membuat Zara menoleh, dinding kaca yang tirainya terbuka itu menampilkan pemandangan privat pool dan laut yang tenang.Suami tampannya tersenyum sambil melambaikan tangan dari dalam privat pool.Rambut Arkana yang basah dan buliran air di bahunya yang lebar membuat pria itu sangat menawan sepagi ini.Arkana menggerakan tangan
“Blacklist nama Ariana dari semua perusahaan kita juga AG Group, gue enggak mau ada dia bahkan kalau perlu titip nama itu supaya enggak diterima di perusahaan yang kita miliki setengah sahamnya ... gue mau buat dia sengsara,” perintah Arkana dalam sambungan telepon pada Darius.“Kenapa? Ada masalah apa lo sama cewek bernama Ariana?” Darius bertanya penasaran, cukup lama bersahabat dengan Arkana, ia baru mendengar nama Ariana disebut.Dan sekalinya disebut, Arkana ingin menyiksa perempuan itu dengan kemiskinan.“Dia yang menyebabkan rusaknya hubungan gue sama Zara waktu SMA, dia udah fitnah gue ngebuat Zara ngebenci gue dan begonya gue juga malah tersulut ikut benci sama Zara.” Arkana menjelaskan dengan lugas. Suaranya tegas penuh dendam.Meski ia menyesal telah membuat Zara sengsara selama satu tahun di SMA tapi biang kerok masalah ini adalah Ariana dan ia ingin memberi pelajaran pada perempuan sialan itu.“Oke, anggap udah gue lakuin.” Bagi Darius itu adalah hal mudah.Arkana berguma
Zara melangkah keluar dari kamar mandi menggunakan bathrobe, matanya memaku Arkana yang tengah fokus memindai Macbook.Sesekali jemari pria itu bergerak menggulir layar pada benda pipih tersebut.Usai mereka melakukan makan malam tadi Arkana meminta Zara berendam.Arkana membuat bathub penuh dengan busa sabun agar Zara betah berendam dengan air hangat di sana setelah pria itu membersihkan tubuh.Sementara itu Arkana menyelesaikan pekerjaan karena ada sesuatu yang membutuhkan perhatiannya.Seorang pimpinan sebuah perusahaan tidak akan pernah lepas dari perkerjaan, apalagi Arkana memiliki perusahaan lain selain AG Grup yang walaupun dikelola oleh Raditya tetap saja membutuhkan kebijaksanaannya dalam mengambil keputusan.Malam ini Zara memakai gaun tidur semi lingeri yang disiapkan Neil, mungkin ini maksud dari pakaian bulan madu yang Neil katakan.Gaun tidur ini sedikit menerawang dengan tali spagety di pundak dan banyak renda di bagian roknya yang hanya sampai pertengahan paha.Zara te
Raditya berjalan santai menyusuri lorong gedung kantor cabang AG Group yang dipimpin oleh sahabatnya.Niat kedatangan Raditya ke gedung ini adalah untuk mengambil file dari laptop Arkana.Arkana lupa memindahkan filenya ke Macbook sehingga untuk mendapatkan file tersebut—Raditya harus mengambilnya langsung ke ruangan Arkana.Suasana lantai tujuh belas sangat sepi, mereka mungkin ada di ruangan atau kubikelnya masing-masing karena jam masih menunjukan jam kerja.Raditya menoleh ke kanan dan mendapati meja Bella yang kosong. Raditya berpikir bila Arkana belum menemukan pengganti Bella. Salahnya,di masa lampau Arkana pernah meminta pada bagian HRD untuk dicarikan sekertaris yang cantik dan seksi. Itu yang membuat Arkana belum juga menuntukan pilihan mengingat ia memiliki seorang istri Leopard betina yang bisa mengebom kantornya kapan saja bila mengetahui ada kedekatan antara pria itu dengan sekertaris barunya.Raditya sudah berdiri di depan pintu ruangan Arkana, baru saja tangannya ter
Arkana belum pernah mendapatkan kepuasan seluarbiasa ini dalam melampiaskan hasrat.Biasanya ia akan melakukan sekali atau paling banyak tiga kali dengan satu wanita dalam satu malam tapi setelah itu ia tidak pernah menginginkannya lagi.Kecuali pada Bunga, itu pun kerena Bunga yang menawarkan diri dan Arkana tidak mau rugi karena telah mengeluarkan banyak uang setiap bulannya untuk Bunga. Tapi setelah ia merasakan bagaimana nikmatnya bercinta dengan Zara, Arkana ingin terus melakukannya.Terus dan terus tidak pernah merasa bosan karena setiap kali melakukannya ia selalu mendapatkan kepuasaan yang membuatnya ketagihan.Apa mungkin karena Arkana melakukannya dengan Zara atas dasar cinta yang tulus dan bukan hanya sekedar napsu semata. Arkana memeluk istrinya yang terbujur kaku tapi masih bernapas di sampingnya.Ia tau Zara sedang merajuk karena dirinya meminta jatah lebih mengingat masa bulan madu mereka telah usai dan hari ini mereka harus pulang ke Indonesia.Bisa dibilang kalau ta
“Bunga!” panggil Angga.Yang bersangkutan menghentikan langkah tanpa berniat membalikan tubuh mencari sosok yang memanggilnya.Bunga hapal suara itu, memejamkan mata sambil melipat bibir ke dalam menyiapkan mental untuk bertemu Angga.Beberapa hari ini Bunga menghindari Angga, berusaha melupakan pria itu karena ia yakin hubungan mereka tidak akan berhasil.Bunga sadar dirinya brengsek karena hanya mementingkan harta dan kemewahan yang tidak bisa Angga berikan.Bagi Bunga cinta saja tidak cukup. Ia menginginkan lebih dari cinta.Angga menyentuh pundak Bunga membuat perempuan itu menoleh dan mengumpat dalam hati.Pria bertubuh atletis itu selalu rapih dan tampan, bibir tebalnya juga seolah mengundang Bunga untuk membenamkan bibirnya di sana.Terlebih Bunga tau bagaimana cara Angga ketika melumat bibirnya, begitu lembut, tidak tergesa-gesa dan mendamba.Juga sorot mata Angga yang teduh seperti menawarkan perlindungan dan kasih sayang.“Bisa kita bicara?” Angga meminta waktu.Bunga menger
“Selamat pagi, Pak Arkana.” Pagi ini Arkana disambut oleh sapaan formal, seorang gadis berdiri di depan pintu ruangannya yang terbuka.“Kamu Gita?” tanya Arkana memastikan.“Betul, Pak!” Gita menjawab dengan lugas.“Ikut ke ruangan saya,” titah Arkana sambil berjalan masuk ke ruangannya. Arkana duduk di kursi besar di balik meja, membaca berkas yang sudah disiapkan oleh Gita.“Apa jadwal saya hari ini?” Arkana bertanya sambil membaca setiap lembar berkas tersebut.Gita mulai membacakan jadwal Arkana dan semuanya adalah meeting dengan klien.Hari pertama usai honeymoon Arkana dihadapkan pada rentetan meeting dengan klien, belum mulai saja kepalanya sudah pening.Arkana bukan tipe yang suka berbasa-basi dengan formal dan kadang lidahnya keseleo menggunakan bahasa anak gaul Jakarta.Napasnya tembus berat. “Kasih saya waktu dua jam untuk menandatangani semua laporan ini baru setelah itu kita mulai meeting pertama dengan klien.” “Baik, Pak! Mau minum apa, Pak?” “Enggak usah, saya udah