"Jadi dia masih ditahan oleh Prince sialan?""Betul Tuan. Sepertinya dia melaksanakan janji untuk tidak membuka mulut. Dan sepertinya Prince tidak akan melepaskannya sebelum dia buka suara," jawabnya penuh hormat. Pria bertubuh gempal itu terlihat berpikir keras, tampaknya akses untuk mengambil alih Niana memang sangat sulit. Terlebih lagi adanya Prince, pria dengan kaki tangan yang sangat banyak itu tentunya sulit untuk ditembus. Namun, meskipun demikian ia tidak akan menyerah dan terus memperjuangkan wanita tercintanya."Tidak perlu tergesa untuk melakukannya, kita lakukan secara perlahan namun pasti. Yang terpenting jangan sampai tubuh wanitaku lecet walau sedikit pun. Apapun caranya lakukanlah, aku membayar kau mahal agar rencana ini bisa terlaksana dengan baik," ujarnya menatap tegas pada orang kepercayaannya ini.Pria bertubuh kekar itu mengangguk patuh, akan ia lakukan jika imbalannya memang sangat besar.***Di teras man
1 bulan setelah berlalunya Jacob yang berulah, kini Niana maupun Prince bisa hidup jauh lebih tenang. Terlebih, Prince dengan mudah memberikan ultimatum pada pria bertubuh gempal yang berniat merebut istrinya.Dan saat ini keduanya baru saja tiba setelah melakukan perjalanan bisnis yang kesekian kali. Lebih tepatnya Niana yang menemani sang suami, mana mau pria itu pergi sendiri tanpanya. Pun jika ia sedang sakit dan tidak bisa ikut, maka Prince lebih memilih untuk membatalkannya agar bisa merawat sang istri. Baginya, Niana dan sang ibunda adalah 2 manusia yang memiliki tahta tertinggi dalam hatinya.Bicara tentang Ayunda, kini wanita itu sedang sibuk merawat suaminya yang mulai sakit-sakitan. Mengingat usia Bryan yang tak lagi muda membuat semua orang paham dengan apa yang terjadi padanya. Terlebih di masa muda Bryan sudah cukup lelah dengan segala hal yang berbau pekerjaan, pun ia tidak terlalu menjaga kesehatan.Awalnya Bryan ingin meminta cerai pada Ay
Niat hati ingin menikmati waktu santai di tepi danau bersama pria tercinta, gagal begitu saja ketika pria itu tak tahan dengan hasratnya. Alhasil, di sore hari Niana kembali tertidur saking lelahnya permainan yang dilakukan sang suami. Bahkan ketika tubuhnya dibersihkan oleh sang suami ia sudah tak sanggup untuk membuka mata. Prince benar-benar menggempurnya habis-habisan. Setelah membuat Niana nyaman di kamar tidur mereka, Prince kembali pada dermaga danau untuk membersihkan bekas percintaan mereka. Sebenarnya ia pun lelah, namun tak sopan rasanya bekas percintaan yang terlihat begitu kentara dibersihkan oleh orang lain. Ia masih memiliki rasa malu tentu saja.Pria itu tak sanggup menahan kekehan yang keluar dari mulutnya ketika melihat begitu banyak tetesan cairan putih kental di area kursi yang ada pada dermaga. Ia ingat dengan betul bagaimana gilanya ia menggauli sang istri di alam terbuka seperti ini. Rasanya benar-benar nikmat.Selesai dengan urusan
Kabar bahagia datang dari keluarga kecil Jordan benar-benar membuat Niana dan Prince menangis terharu di pagi hari. Hari ini Jordan menghubungi secara pribadi mengenai kabar bahagia mengenai kehamilan sang istri yang baru berusia 3 minggu.Sebagai kadonya, Prince mengizinkan Jordan untuk tidak bekerja selama 1 minggu berturut-turut agar bisa fokus pada masa awal kehamilan Lyly. Sungguh, ia sangat senang mengenai kabar bahagia dari sang sahabat. Tidak menyangka orang yang paling ia percaya akan menjadi ayah dalam beberapa bulan ke depan.Dan sebagai gantinya, satu minggu penuh Prince akan semakin sibuk karena tidak ada Jordan. Meskipun banyak orang yang membantunya, namun duplikat dirinya hanya ada pada Jordan. Pria itu memang seperti dirinya sendiri yang sengaja di belah dua, maka dari itu Prince sangat percaya pada sahabatnya. Begitupun sebaliknya."Jangan nakal ya, Sayang? Aku akan lebih sibuk dari biasanya dan mungkin akan pulang larut malam. Tidurlah t
Kabar mengenai Bryan yang semakin memburuk berhasil mengusik Prince dan Niana. Anak dan menantu itu tentunya tak bisa tinggal diam mendengar orang tua mereka yang semakin hari semakin memburuk. Lebih tepatnya, Prince tak enak pada keluarga besar. Ia bisa saja mengambil cuti beberapa hari untuk menjenguk sang ayah, namun ia terlalu malas. Dan hari ini, dikabarkan sang ayahanda kritis. Prince dan Niana bergegas terbang ke Kanada untuk melihat secara langsung keadaannya. Di dalam jet pribadi yang sedang tuan dan nyonya Gionino tumpangi, terlihat sangat damai dengan kedua pemiliknya yang asyik menyantap makan siang di atas udara. "Apakah kamu menyukai jet ini, Sayang?" tanya Prince pada istrinya. Bahkan, jetnya kali ini telah ia dekorasi ulang demi sang istri. Jika dulu dominan hitam dan gold, maka sekarang ada warna-warna lain membuat mata semakin sedap memandang."Tentu saja, dan aku paling suka kursi pink khusus untukku itu," jawab Niana seraya
Tak hentinya Lily menangis di samping sang suami yang masih tak sadarkan diri. Rasa bersalahnya menjalar di seluruh bagian hati ketika melihat Jordan yang tumbang akibat terlalu lelah. Seandainya tadi ia tak menambah pekerjaan sang suami, mungkin suaminya masih bisa bermanja dengannya malam ini. Seandainya tadi ia tak menambah beban pikiran sang suami, mungkin suaminya tidak akan sampai masuk ke rumah sakit dan ditusuk jarum infus. Dan masih banyak seandainya yang lain, yang membuat hatinya semakin merasa bersalah."Ini bukan salahmu, Nak. Manusia pasti ada lelahnya, manusia pasti ada sakitnya, dan sekarang semua itu tengah dirasakan oleh Jordan. Itu semua bukan salahmu, berhenti menyalahkan dirimu sendiri," ujar ibunda Jordan pada sang menantu tercinta. Ia tahu apa yang dirasakan oleh menantunya. Istri mana yang tidak sedih melihat kondisi suaminya seperti ini?"Betul apa yang Ibu mertuamu katakan, Sayang. Tolong jangan terlalu dipikirkan, nanti yang ada kamu ikut
Sepulangnya dari Kanada, Prince, Niana serta Ayunda segera menuju kediaman Jordan untuk menjenguk pria itu. Beruntung saat ini keadaan Jordan sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, hanya membutuhkan istirahat yang cukup saja."Aku benar-benar merasa berdosa karena membuat suamiku sampai masuk rumah sakit, Niana. Aku merasa gagal menjadi istri karena tidak bisa mengerti keadaannya," keluh Lyly pada Niana yang sedang menemaninya di ruang keluarga. Di sana pun ada Jordan, Prince juga Ayunda."Ayolah sayang, ini bukan salahmu, hari itu memang aku sedang tidak baik-baik saja, jangan terus menerus menyalahkan dirimu sendiri. Aku tidak ingin kandunganmu bermasalah karena pemikiran itu," ujar Jordan yang benar-benar khawatir dengan keadaan istrinya. "Benar apa yang dikatakan oleh Jordan, Nak. Itu semua bukan salahmu, wajar jika ibu hamil memiliki banyak keinginan yang terkadang keinginan itu di luar nalar. Pun jika kamu tidak meminta sesuatu yang menguras otak Jo
Selesai olahraga cinta di kamar mandi dan dilanjut sesi dua di atas ranjang, saat ini Prince tengah mengisi perutnya yang terus berbunyi ditemani sang ibunda tercinta di meja makan. Pria itu juga mengadu tentang sikap aneh sang istri pada ibunya."Hm ... apakah kamu tidak curiga?" tanya Ayunda sedikit berbisik seraya menoleh kanan kiri. Hal itu tentu saja membuat Prince penasaran dan semakin bertanya-tanya tentang 'curiga' yang dimaksud oleh ibunya itu."Curiga apa?" tanya Prince dengan wajah polosnya. "Bisa jadi istrimu hamil, Nak. Wanita hamil terkadang tidak masuk akal dan selalu menginginkan hal-hal di luar nalar," jawab Ayunda dengan suara yang masih berbisik. Prince terdiam, ia mulai mengingat-ingat kapan terakhir kali istrinya menstruasi. Seingatnya, satu bulan terakhir ia tidak pernah absen bercinta dengan sang istri. Di manapun dan kapanpun jika ada kesempatan, maka ia akan langsung tancap gas. "Entahlah Bu, yang pasti sudah s