"Ya, besok, kenapa? Apakah kau keberatan?""Bukan itu, tapi aku tidak bisa begitu saja muncul di depan orang tuaku dan mengatakan aku akan menikah dengan orang asing!" Rachel bergumam tidak sabar."Kenapa tidak? Orang tuamu tidak akan keberatan mendapatkan menantu sepertiku, aku tampan, kaya, dan baik hati! Aku memiliki semua yang diperlukan untuk menjadi seorang suami!" kicau Nicholas dengan percaya diri.Rachel memutar matanya sambil menunjukkan ekspresi ingin muntah, "Astaga! Kau benar-benar berpikir kau sempurna, ya? Tapi maaf, bagiku, kau tidak terlihat keren sama sekali," ia berkata dengan wajah kesal.Nicholas mendengus, "Yah, aku tidak peduli apa yang kau pikirkan, yang jelas pernikahan harus diadakan akhir pekan ini atau tidak sama sekali!" katanya acuh tak acuh. "Kau tahu apa yang akan terjadi jika pernikahan itu dibatalkan kan? Kau harus membayar kembali semua uang yang telah aku keluarkan untuk membayar hutangmu, aku tidak peduli bahkan jika aku harus datang ke rumahmu dan
Rachel meringis, dia menatap Nicholas dengan tatapan kesal. "Kami tidak sengaja bertemu satu sama lain, bagaimana denganmu? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya berusaha terdengar ceria. Nicholas memandangnya dan Trey secara bergantian, "Tidak sengaja bertemu? Apa artinya itu?" gumamnya dengan satu alis terangkat tinggi.Trey berdeham pelan, "Sebaiknya aku kembali ke kantor, Rachel terima kasih atas waktumu!" katanya sambil bangkit, ia mengangguk sekali kepada Nicholas dan kemudian meninggalkan mereka berdua dengan tergesa-gesa, ia tahu sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi."Apakah kau mengikutiku?!" Rachel berkata, matanya menyipit menatap Nicholas dengan curiga. Dia terkekeh, "Mengikutimu? Apa menurutmu aku tidak punya pekerjaan lain? Kenapa aku harus mengikutimu?! Aku ingin mengambil sesuatu yang kutinggalkan di kantor Michael dan aku tidak sengaja melihatmu dengan pria menyebalkan itu!""Pria menyebalkan katamu? Kau bahkan tidak mengenalnya! Bagaimana kau bisa memanggilnya s
Dengan wajah kesal Rachel kembali ke penthouse Nicholas, ia masih tidak bisa menerima jebakan yang telah dibuat oleh Nicholas. Jika ia tahu sejak awal bahwa pengeluaran belanjanya akan dipotong dari uangnya sendiri, ia tidak akan menghabiskan sebanyak itu!"Ikuti aku," kata Nicholas, menaiki tangga ke lantai dua."Kita tidak akan tidur bersama, kan?" katanya penasaran. Nicholas tertawa terbahak-bahak, "Apa yang baru saja kau katakan? Apakah kau pikir aku bersedia tidur denganmu? Dengar, kau mungkin masih belum bisa melupakan apa yang terjadi pada kita tadi malam, tapi percayalah kita berdua mabuk dan itu semua terjadi begitu saja!"Rachel tidak menjawab, namun ia kehilangan keperawanannya pada seseorang yang tidak ia inginkan, itu cukup mengganggunya. Ia melangkah di depan Nicholas dengan beberapa tas belanja di tangannya. Nicholas menatap punggung Rachel, sebenarnya, ia mengerti apa yang sedang terjadi di kepala Rachel tetapi ia tidak berbohong ketika ia mengatakan semuanya terjadi b
"Kau tidak bercanda kan?" Rachel bertanya dengan gugup.Nicholas mengangkat bahu, "Kau tahu aku bukan tipe orang yang suka bercanda," katanya sambil melangkah mendekatinya."Apa yang sedang kau lakukan?" Rachel bertanya dengan panik."Apa yang kau katakan? Apakah kau setuju denganku?" Nicholas berdiri hanya beberapa inci dari Rachel sehingga Rachel dapat merasakan napasnya di kulitnya."Aku...aku tidak tahu, aku pikir aku harus pergi..." saat ia bergerak menjauh, Nicholas meraih tangannya dan menariknya mendekat, "Apakah kau yakin kau ingin pergi?"Rachel menahan napas, mengingat semua sentuhan yang diberikan Nicholas padanya tadi malam. Tiba-tiba ia merasakan dorongan kuat untuk mendekatkan wajahnya ke wajah Nicholas. Kemudian semuanya terjadi begitu cepat, ia menempelkan bibirnya dan menciumnya dengan gairah yang membara. Ia bisa merasakan tangan Nicholas yang menarik handuk kimononya dan mulai menyentuh bagian belakang pinggangnya. Rachel menghela nafas lembut ketika tangan Nichola
"Nicholas berdeham pelan, "Ya, lanjutkan!" katanya sambil menyalakan mobil dengan tenang.Rachel menarik napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan."Oke, kita akan menambahkan 'hubungan seksual' dengan beberapa syarat, pertama, kamu harus selalu menggunakan kondom, kedua kita bisa melakukannya jika kita berdua menginginkannya, ketiga, kita tidak boleh melibatkan perasaan lain saat melakukannya..." Sementara mengucapkan kata-kata itu pipinya menjadi sedikit merah muda.Nicholas menganggukkan kepalanya, "Oke, aku akan menambahkannya ke kontrak kita," katanya tanpa menoleh."Tunggu! Haruskah kita melibatkan Michael Ford, maksudku, apa kau tidak malu?" katanya sambil meringis.Nicholas mengangkat bahu, "Apakah kau tidak ingin membuat semuanya legal? Bukankah itu lebih aman untukmu, well untukku juga,"Rachel menelan ludah, "Yah, untuk yang itu, aku ingin itu hanya di antara kita..."Nicholas mengangguk, "Oke, nanti aku cetak secara terpisah," katanya datar."Oke, bagus. Jadi kau selalu m
Pesawat mendarat di bandara internasional Nashville dengan mulus. Nicholas dan Rachel berjalan berdampingan menuju lobi bandara, menyeret koper mereka dengan perasaan yang tak karuan."Kau tidak berencana untuk ke rumahku dengan taksi, kan?" katanya, menoleh ke Nicholas dengan alis berkerut curiga."Memangnya kenapa? Apakah ada yang salah dengan naik taksi?"Rachel memutar bola matanya, "Kau tidak tahu orang tuaku, mereka akan mengira kau adalah Nicholas Anthony palsu! Bahkan ayahku pernah berkata bahwa Bill Gates sudah mati dan orang lain menggantikannya, kau tahu maksudku, kan? Mereka sedikit, aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya," katanya dengan tidak sabar.Nicholas menghela napas panjang, "Kita ke Coffee Shop dulu," katanya sambil menunjuk sebuah coffee shop di sudut bandara. Rachel mengikutinya dengan wajah yang cemberut. Sementara Nicholas sibuk berbicara dengan sekretarisnya, Rachel sibuk mengambil kue dari etalase dan menuju ke bar untuk memesan segelas Es Kopi favor
"Kenapa? Kenapa kau kaget begitu? Hamil tanpa nikah saat ini cukup normal, kan?" kata Nicholas dengan santai.Rachel mondar-mandir dengan gelisah, menggigit satu jari."Kau tidak tahu seperti apa orang tuaku! Mereka sangat, sangat konservatif! Mereka sedikit iritasi dengan konsep kehidupan modern yang menurut mereka sangat melenceng jauh dari ajaran agama," katanya panik."Justru karena mereka konservatif! Mereka akan menikahkan kita! Bukankah begitu?" Nicholas melipat tangannya di dadanya.Rachel menepuk pipinya beberapa kali, mencoba untuk fokus."Dengar! Bukankah kita harus membatalkan semua rencana ini? Aku akan membayar hutangku padamu seedikit demi sedikit, kau bisa mencari gadis lain untuk kau nikahi, gadis yang tidak memiliki keluarga yang akan kecewa dengan pernikahan palsu itu, "ucapnya akhirnya, ia benar-benar tidak ingin terjebak dalam sesuatu yang lebih kompleks dari pada apa yang ia hadapi saat itu."Tidak! Itu sama sekali tidak ada dalam kamus rencanaku! Kau telah menan
"Kau tahu apa? Masuk saja, bawa orang asing ini ke dalam, dan biarkan aku bicara dengan Tom!" kata ibu Rachel sambil berjalan cepat ke mobil Tom Peyton dengan ayahnya di belakangnya. Rachel menghela nafas panjang, ia menggerakkan dagunya memberi isyarat kepada Nicholas untuk masuk ke dalam rumah."Teh? kopi?" tanyanya dengan malas."San Pellegrino, please," jawabnya santai.Rachel memutar matanya, "Apa? Kau menanyakan San Pellegrino di rumah orang tuaku?! Hey, bahkan aku tidak menyimpan minuman itu di apartemenku! Kau benar-benar...""Tenang! Aku hanya menjawab tawaranmu!" sela Shawn sebelum Rachel sempat menyelesaikan kata-katanya."Aku bilang Kopi atau teh?! Aku tidak menyebut San Pellegrino!" bentaknya dengan tidak sabar."Sssst, orang tuamu bisa mendengar kita! Okay, air saja kalau begitu, kau benar-benar galak!" kata Nicholas sambil merebahkan diri di sofa dan menyandarkan punggungnya dengan santai seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan.Rachel mencibir, dia menghentakkan kaki