"Selamat pagi, cantik," kata Barra.Asih yang baru saja membuka matanya pun mendadak merasa malu.Malu?Tentu saja?Semalam adalah hal yang juga cukup bersejarah bagi dirinya, karena malam yang mereka lalui penuh dengan kehangatan dan juga kemesraan.Bahkan di pagi hari ini tubuh Asih rasanya begitu remuk, tapi itu tidak masalah karena begitu menghangatkan perasaan untuk pagi ini.Tak pernah terpikirkan jika kini dia dan Barra benar-benar menyatu dalam pernikahan yang sesungguhnya.Namun, begitulah keadaan yang mereka lalui tanpa bisa ditebak sama sekali."Kenapa?" tanya Barra saat menyadari Asih yang sepertinya sedang menahan malu.Malu, tentu saja, jika pagi kemarin hari dia bangun saat Barra sudah berangkat ke kantor, namun berbeda dengan kali ini.Tubuh polos keduanya pun masih terbalut oleh selimut putih, sungguh rasanya sangat menggetarkan jiwa."Kamu kok ngeliatnya gitu banget, sih?" tanya Asih.Ya, dia memberanikan diri untuk bertanya pada Barra.Sebab tatapan mata pria itu ra
"Kamu kenapa?"Asih pun mulai menyadari kehadiran Barra, mungkin karena terlalu fokus untuk mematikan ponselnya membuatnya menjadi tidak menyadarinya sebelum bersuara."Mas?" Asih pun kini melihat Barra dengan tatapan penuh tanya, dia benar-benar terkejut.Semuanya karena Sandi, dia buru-buru mengakhiri panggilan karena takut nanti akan menjadi masalah dengan Barra.Namun, akhirnya malah dia yang di buat seperti orang bodoh."Kamu kenapa? Mikirin sesuatu?" tanya Barra yang terus bertanya kepada Asih."Nggak, Mas, sudah selesai mandi?"Barra pun diam saat mendengar pertanyaan Asih, sebab wajah istrinya itu tampak sedang panik."Menurut mu? Atau kamu mau kita mandi bersama? Mas, tidak masalah kalau harus mandi lagi," goda Barra."Ish, apaansih, udah ah."Asih pun langsung saja meloncat dari atas ranjang, kemudian buru-buru masuk ke dalam kamar mandi.Sedangkan Barra hanya tersenyum saja saat melihat wajah panik Asih.Dan Barra tahu penyebab mengapa Asih menjadi seperti itu, tapi dia tid
Pernahkah kamu merasakan hal yang membuat mu merasa di hembus angin kencang dan seakan membuat mu menggigil?Angin bisa membuat kamu menggigil?Ini sungguh luar biasa bukan?Karena itulah yang tengah dirasakan oleh Asih.Dia melipat kedua kakinya di bawah meja, sambil memulai sarapan paginya.Dan ini adalah sarapan pagi paling mengerikan, belum lagi senyuman Barra yang terus saja tertuju padanya.Sebenarnya juga tidak masalah jika pria itu tersenyum di sana.Hanya saja yang menjadi masalah adalah penyebab pria itu tersenyum padanya.Ah.Ingin sekali Asih berteriak keras dan berlari sejauh mungkin dan mencari goa untuk dia tempati agar Barra tak menemukannya.Ini semua karena dalaman sialan yang sedang dia pakai, sungguh memalukan.Tidak di pakai sungguh keadaan yang darurat, sedangkan di pakai pun dirinya yang dibuat malu sekali."Ehem-ehem," Ranti pun berdehem, dia memperhatikan sejak awal bergabung di meja makan Barra terus saja tersenyum pada Asih.Sedangkan Asih tampak begitu mena
"Mbak Asih," Nilam pun kembali menghampiri Asih yang masih berada di ruangannya.Membuat Asih semakin kesal saja, padahal belum beberapa menit mengusir Nilam untuk keluar dari ruangannya.Tapi kenapa wanita itu malah kembali lagi, membuat mood Asih yang rusak semakin rusak."Nilam! Aku sudah memintamu untuk keluar, kenapa kau masuk lagi ke sini!" gerem Asih."Mbak Asih, Nilam, ke sini mau bilang. Kalau di luar ada, Mas Sandi," kata Asih yang akhirnya mengatakan apa tujuannya kembali ke ruangan Asih."Sandi?" Asih pun terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Nilam.Bagaimana tidak, karena dia merasa tidak meminta Sandi untuk menemuinya. Bahkan, saat pagi tadi pun sudah jelas mengatakan bahwa dia hanya ingin bersama suaminya saja.Dan kenapa malah menemui dirinya seperti ini, Asih sangat bertanya-tanya."Mungkin dia ke sini mau beli roti, Ibunya, suka roti di toko ini," kata Asih yang menepis apa yang dikatakan oleh Nilam.Sebab, sebelumnya juga Sandi adalah pelanggan setia."Nggak, Mb
Barra hanya diam sambil menahan tawanya, bahkan wajahnya tampak hanya datar saja.Penyebabnya tak lain adalah perihal dalaman yang menimbulkan kesalahpahaman.Sungguh di luar akal sehat bukan?Tentu, ini adalah sesuatu hal yang sangat konyol dan tidak pernah terpikirkan sebelumnya."Mas, jelasin sama, Nia. Jangan diam aja dong!" kata Asih yang menatap kesal pada Barra.Suaminya itu tampak hanya diam saja, sedangkan dirinya yang harus kebingungan untuk menjelaskan semuanya pada Nia.Padahal sudah jelas penyebabnya adalah dalaman Barra.Dasar pria aneh, dalamannya saja bisa membuat masalah. Apa lagi orangnya."Ya, ampun. Seharusnya kalian bisa ke hotel, aku rasa tidak seberapa untuk satu hari di saja. Perlu aku yang bayar? Kenapa, malah di tempat seperti ini?" tanya Nia lagi yang tak habis pikir dengan ulah Asih dan juga Barra."Nia, aku sama, Mas Barra nggak ngapa-ngapain. Aku cuman mau mengembalikan dalaman dia!" "Konyol!""Ibu Nia, benar. Bagaimana kalau kita ke hotel saja, aku tahu
Raya terus saja menunduk sambil memegang barang dagangannya, dia sangat malu sekali untuk berhadapan dengan Nia.Akan tetapi Nia terus saja memaksanya untuk ikut, padahal dia sudah menolak dengan berulang kali.Tapi pada dasarnya Nia adalah wanita yang sangat baik.Air mata Raya lagi-lagi menetes, itu adalah air mata penuh penyesalan yang tak dapat di tahan.Dirinya sangat menyesal pernah membuat Nia tersakiti.Andai waktu bisa diulang kembali, Raya tak akan pernah melakukan perbuatan jahatnya itu sama sekali.Sayangnya semua itu tak mungkin, hingga kini hanya tersisa penyesalan semata tanpa bisa untuk melupakannya sama sekali.Tibalah kini dia di rumah besar yang dulunya adalah tempat tinggalnya juga, tapi dia bingung apakah Reza masih di penjara atau sudah bebas.Dia tidak ingin bertemu dengan pria itu lagi, meskipun sebenarnya statusnya masih sah menjadi istri Reza.Sebab, belum ada yang mengajukan cerai di pengadilan. Raya yang tak memiliki uang untuk itu dan Reza yang sepertinya
Chandra pun melihat Kiara dengan wajah penuh intimidasi, dia menimbang apakah saat ini Kiara yakin dengan apa yang dia katakan ataupun tidak."Om," seru Kiara dan tangisnya pun pecah seketika itu juga.Saat itu Chandra pun menendang satu-persatu pria yang memegang Kiara."Aaaaa!" teriak Kiara dengan histeris.Karena dia mengira bahwa dirinya akan ikut terkena tendangan dari Chandra.Namun, ternyata tidak. Kedua tangannya pun sudah bebas dari cengkraman preman itu.Hingga tubuh Kiara pun rasanya seperti melayang dan ternyata Chandra yang mengangkat tubuhnya."Tendang!" kata Chandra."Nggak!" Kiara pun menggelengkan kepalanya, karena dia merasa tidak bisa melakukan hal seperti itu."Tendang aku bilang!""Enggak!" Kiara masih saja menolak tetapi dia juga sangat panik dan saat itu entah kekuatan dari mana hingga dia pun menendang salah satu preman itu dengan kuatnya."Wah?" Kiara pun menatap bingung."Satu lagi!" kata Chandra.Kini Kiara merasa yakin jika dia bisa menendang dengan sangat
Sedangkan di tempat lainnya Barra sedang merasa pusing memikirkan Asih, karena saat pergi dari toko kue dirinya yang hendak menyusul Asih pun malah mendapatkan perintah dari Dion untuk membuat skenario.Dimana dia harus mengirimkan dua orang preman dan membawa Dila pulang agar tak melihat apa yang sedang terjadi.Barra pun tak masalah dan sekaligus dia ingin memberikan waktu sedikit untuk Asih, namun saat ini dirinya malah di buat pusing tujuh keliling.Sebab, entah dimana Asih berada.Ponsel Asih yang seharusnya bisa menunjukkan di mana keberadaannya malah di tinggal begitu saja di toko.Sepertinya kali ini Barra harus bekerja keras untuk bisa menemukan istrinya dengan segera.Hingga dia pun menuju kosan milik Nilam, tapi sesampainya di sana tak juga menemukan Asih."Mbak Asih, pulang lebih awal. Nilam, juga nggak tahu."Begitulah jawaban Nilam saat Barra bertanya padanya.Barra pun kembali masuk ke dalam mobilnya, dia benar-benar bingung dimana kini Asih berada.Hingga akhirnya dia