Melihat kepergian Logan, tawa Chassy pecah. Sedangkan Chana merangkak berusaha keluar dan mengejar Logan. Namun sesuatu dalam perutnya tampak tidak baik-baik saja. Tentu, semua awalnya masih bisa ia tahan sebelum Chassy bergerak mendekat, dan entah sejak kapan sebuah botol telah ada di depan matanya.
"Kak, kupikir kau haus."
Chana yang merangkak berhenti dan mendongak. Menatap wajah cantik Chassy yang tersenyum. Saudara perempuannya itu duduk berjongkok dan dengan mudahnya, meraih botol di depannya lalu membukakan tutupnya.
"Aku sudah membukanya, sekarang kakak bisa meminumnya."
Chana menggeleng. "Aku tidak haus," kembali menyeret tubuhnya sambil mendesis merasakan sakit di perutnya yang kian kuat.
Chassy tertawa, melihat usaha Chana yang mencoba mengejar Logan. Dia menarik sesuatu dari dalam saku celananya, lalu melemparkan tepat di hadapan Chana. "Bagaimana? Apakah kemampuanku sangat bagus? Kak Logan bahkan mempercayainya. Tidak, sejak pernikahan kalian Kak Logan tak lagi mempercayaimu."
Chana kembali terhenti saat beberapa foto berukuran lebih kecil dari setelapak tangan menyebar di wajahnya. Dia mengambil salah satunya dan terhenyak saat melihat gambar di dalam foto itu adalah dirinya. Dengan pakaian seksi dan tubuh yang masih bagus tengah duduk berpelukan bersama seorang pria. Merasakan ada sesuatu yang salah, tangannya mengumpulkan kertas lainnya dan sesuatu yang buruk menerobos pikirannya. Foto ini diambil dari beberapa waktu yang berbeda dengan wajah pria yang juga berbeda. Foto-foto ini, bagaimana bisa dia seperti ini dengan pria lain?
"Hotel Diamond 2 tahun lalu sebelum pernikahanmu, Hotel Oswald 1 tahun lalu dan Hotel Axion 10 bulan lalu. Pesta perayaan kerjasama, ulang tahun ayah dan ulang tahun kakek yang ke 70. Kakak tak sadarkan diri, dan aku selalu menemukanmu. Apa kakak ingat?"
Apa kakak ingat?
Pertanyaan ini menghantam pikirannya. Bagaimana bisa dia lupa? Dia mungkin tak mengingat dua kejadian di Hotel Diamond dan Oswald. Tapi hotel Axion di malam itu, bagaimana bisa dia melupakannya? Dia yang mabuk berat, Logan yang pergi lebih cepat karena suatu urusan mendesak dan Chassy yang berjanji mengurusnya. Dia ingat awalnya, tapi dia hanya menemukan dirinya tersadar di sebuah kamar hotel dengan pakaian berantakan dan lagi-lagi Chassy yang menemukannya. Tapi dia telah memastikan bahwa malam itu pakaiannya masih sangat lengkap dan saat Chassy menemukannya dia juga seorang diri. Lalu foto ini apa? Kapan Chassy memiliki ini?
"Malam itu, kakak mabuk berat. Kak Logan yang pergi dan aku yang mengatur semuanya. Pria di dalam foto itu bukan rekayasa. Dan kau mungkin bisa menerka sisanya."
Chana terhenyak, matanya menatap Chassy penuh permusuhan. "Itu tidak benar. Tidak, semua ini tidak benar! Aku tak ingat pernah melakukan ini semua. Tidak, aku tak akan melakukan hal rendah seperti ini!" Bantahnya keras.
Chassy tertawa dan mengangguk lalu menggeleng. "Kakak benar, semuanya ini mungkin tidak benar di matamu. Tapi kakak mabuk. Bahkan sadar saat pagi. Siapa yang tahu, apa yang kakak lakukan semalaman?"
"Itu tidak mungkin!" Bantah Chana sekali lagi.
Chassy tersenyum. "Sekali lagi kakak benar. Itu tidak mungkin. Tapi aku telah membuat semuanya mungkin."
Chana meremas kertas foto di depannya dengan kuat. Setelah mendengar pengakuan Chassy, dia menyadari semuanya. Matanya menatap Chassy penuh kebencian. "Berapa lama? Berapa lama kau telah menyusun semua rencana ini?" Tanyanya histeris dengan badai amarah yang tak tertahan.
Dan tawa Chassy pecah. Dia menyilangkan kedua tangannya di dada dan berdiri di depan Chana. "Sangat lama. Apakah kakak menyukainya? Oh, aku juga punya videonya. Apa kakak mau melihatnya?" Tangannya dengan cepat bergerak menghidupkan layar ponsel lalu memutar sebuah video.
Chana mendengus dengan jijik saat melihat video yang berputar itu meski hanya sekilas. "Chassy kau sangat jahat! Bagaimana, bagaimana kau bisa melakukan ini semua!"
Chassy masih tertawa, berjongkok dan kembali menyodorkan botol minuman itu di depan Chana. "Apakah kau ingin mendengar semuanya? Maka, minumlah ini. Dan aku akan menceritakannya secara pelan-pelan."
Chana menutup mulutnya rapat dan beringsut mundur perlahan. Dia tak bodoh, dia tak akan meminum minuman yang Chassy sediakan. Jika dia bisa, dia ingin sekali bertarung dengan Chassy sampai akhir. Tapi kini, tubuhnya yang lemah dan perutnya yang tengah kesakitan membuatnya tak lagi memiliki tenaga.
"Malam itu, apa kau tahu kemana kak Logan pergi? Itu kamarku. Kak Logan tidak memiliki urusan mendesak. Urusan mendesak yang dia maksud adalah menungguku di kamarku. Kak, dia meninggalkanmu yang tengah mabuk berat dan datang ke kamarku dengan wajah penuh kerinduan. Tidak bahkan di setiap malam pesta besar, sejak sebelum pernikahan kalian, Kak Logan selalu mendatangi kamarku."
Sebuah kenyataan yang mengejutkan. Chana menutup matanya dengan gigi terkatup kuat. Dia menatap senyum bahagia Chassy dengan penuh kebencian. Dia tak menyangka semua ini. Perselingkuhan mereka telah terjadi sejak lama. Kemana dia selama ini? Kenapa dia baru menyadari semuanya saat semua telah menjadi seperti ini?
"Dan semua video ini, Kak Logan telah melihat semuanya. Tidak, dia sangat marah awalnya, tapi kemudian keadaan disini memperjelas semua langkahnya. Ternyata cintanya padamu sedangkal itu. Dia selalu percaya pada semua hal yang aku tunjukkan dan hal yang menyenangkan adalah melihatnya sangat membencimu."
"Hentikan! Tidak, itu tak benar!"
Chassy kembali tertawa, melihat Chana yang sangat putus asa sangat menyenangkan baginya. "Apakah kakak tahu, kenapa semua orang membenci kakak sekarang? Karena sebagai putri tertua keluarga Oswald, kakak tak memiliki suara. Karena meski ada orang yang menganggapmu ada, maka aku akan menghapus jejaknya. Semua hal yang kakak miliki, itu harus menjadi milikku. Karena kakak tidak pantas. Logan, kekayaan Oswald dan semuanya. Orang bodoh seperti kakak tak pantas memilikinya."
"Tidak mungkin!" Teriak Chana membantah. Dia tak akan mengalah. "Chassy, apakah kau lupa bahwa kau sama sekali tak memiliki darah keluarga Oswald?"
"Lalu kenapa? Bukankah kakak yang menyerahkan dan memberiku banyak kesempatan untuk mengantikan tempat kakak? Sekarang aku benar-benar ingin memiliki semuanya. Semua, milik kakak, aku menginginkannya. Dan karena itu, untuk membuang bayang-bayang kakak, aku harus melakukan semua ini. Kakak harus pergi, harus lenyap agar semua langkahku tak memiliki halangan."
"Tidak, Chassy, tidak. Lepaskan aku, kumohon, tolong- ugh ...."
"Kau terlalu banyak bicara. Minum dan nikmati saja."
Chassy bergerak sangat cepat dengan membuka paksa mulut Chana dan menuangkan semua cairan yang ada di dalam botol. Tak peduli sekuat apa pun Chana menolak, karena tubuhnya yang lemah, semua tak menjadi masalah untuk Chassy. Cairan yang jatuh menetes ke tanah itu langsung menghitam bagai terbakar. Dan saat botol itu kosong, Chassy membuangnya dengan penuh kebencian. Tatapan membara penuh dendam dengan wajah penuh permusuhan akhirnya dia bisa mengakhiri semua rencananya.
"Khhhkk, Cha-ssy-"
Mata Chana terbelalak lebar saat cairan itu masuk dalam mulutnya. Rasa panas dan sangat menyakitkan menghantam seluruh tubuhnya. Perutnya sakit luar biasa dan dia hanya bisa berteriak kesakitan dan bergerak lemah karena tubuhnya yang kian lemah. Sesuatu terasa merobek setiap tulang dan ototnya untuk memaksa keluar dari dalam tubuhnya. Dia hanya berteriak pasrah, merasakan rasa sakit yang bercampur aduk hingga tak bisa dia gambarkan. Perlahan, dia mendengar tangisan bayi yang lemah. Putranya, putranya, apakah benar-benar terlahir kedunia?
Senyum lemah di bibir Chana terukir. Tangannya bergerak lemah, namun sekelebat bayangan melintas dan dia tahu hal buruk akan segera terjadi. Menggelengkan kepalanya lemah, dia menatap wajah Chassy penuh permohonan.
"Biarkan dia hidup Chassy. Putraku, biarkan dia hidup," ujarnya sangat pelan.
Chassy menatap bayi laki-laki yang baru saja lahir di tangannya. Dia menatap wajah memohon Chana yang terlihat sangat menyedihkan. Namun dia sadar, anak laki-laki di tangannya tak bernapas dengan baik. Tangisan itu keras pada awalnya lalu hanya rintihan pelan yang terdengar. Seperti sangat kesakitan dan bayi itu mencoba menahannya dengan kuat.
Chana mengulurkan tangannya. Dia merasa bahwa waktunya tak lagi panjang. Racun yang terpaksa dia telan terasa mulai menghentikan beberapa sarafnya dan pandangannya kian mengabur. Tapi, putranya, bagaimana bisa dia menyerahkan putranya pada wanita jahat seperti Chassy. Dia ingin berlari, merebut putranya dari tangan-tangan kotor dan melindunginya, tapi lemahnya tubuhnya, benar-benar membuatnya tak bisa bergerak. Pada akhirnya dia hanya mendengar tangisan putranya yang kian lemah, lalu rintihan kesakitan yang sangat mengiris perasaan.
Putranya, kenapa harus berakhir sama dengannya?
Kenapa dia harus ikut kesakitan sepertinya?
Bahkan di saat seperti ini, iblis Chassy tak bisa membiarkan putranya selamat dan membiarkannya hidup dengan baik.
Betapa kejam! Orang-orang di sekitarnya, betapa tak memiliki perasaan!
"Oh, bayimu bahkan ingin menemanimu ke neraka. Terimakasih, tapi meski dia selamat, aku tak akan membiarkannya hidup dengan mudah," bisik Chassy mendekat dengan suara yang jelas.
Samar, Chana dapat mendengar semuanya dengan jelas dan merasakan sebuah sentuhan dingin di atas tubuhnya. Sebuah tangan mungil terasa menggeliat menyentuh sudut wajahnya. Hatinya bergetar dan seluruh pikirannya bergejolak. Putranya, ada dalam pelukannya dan tengah kesakitan tapi tubuh lemahnya sama sekali tak bisa bergerak meski hanya sekedar memeluk bayinya. Dia bahkan tak bia meredakan rintihan kesakitan yang terdengar sangat memilukan. Lalu apa yang bisa dia lakukan? Tidak, dia tak dapat melakukan apa pun selain merasakan gerakan tubuh kecil di atasnya kian lemah dan akhirnya tak bergerak.
Tidak!
Itu tidak mungkin!
Putranya tak bergerak!
Rintihannya pun tak lagi terdengar!
Bagaimana bisa, bagaimana bisa dia membiarkan putranya menjadi seperti ini? Chana benar-benar merasa tak berguna. Seluruh dunia terasa hancur dan tak berarti saat ini. Sejak dia tahu sesuatu hal yang amat dia sayangi telah pergi. Dan dia juga dipaksa hingga di ambang batas untuk tetap mati. Sedangkan dia, Chassy, kenapa bisa tertawa atas kematiannya? Kenapa orang jahat itu harus bahagia karena telah menyakiti putra dan dirinya. Tidak, itu tak bisa dia terima. Sampai kapan pun, takdir ini, dia tak bisa menerimanya.
Dendamnya, rasa sakitnya dan kepergian putra lalu setiap rasa sakit dari rintihan yang dia dengar, dia harus membalasnya! Harus mengembalikan hal yang sama beserta bunga yang harus mereka terima. Dia harus merubah semuanya. Demi menyelamatkan putranya. Demi kehidupannya dan demi dendamnya! Tak peduli sekejam apa pun dia harus menjalani hidup, asalkan dendamnya terbalaskan, dia akan mengarunginya.
"Tuhan, sekali ini saja. Berikan aku kesempatan untuk memperbaikinya. Jika aku bisa dilahirkan kembali, tidak, lebih tepatnya jika waktu bisa diputar kebelakang, maka aku akan menjalani hidupku dengan hati-hati. Dendamku, rasa sakit putraku, aku akan membalaskan semuanya. Mereka tak bisa bahagia."
Itu adalah permohonan Chana yang terakhir. Tepat saat kedua matanya tertutup pelan, seluruh hatinya telah diselimuti kesakitan. Semua kilas dari kesakitan hidupnya terbayang dan hal itu kian membuat tekadnya kian bulat. Tapi apakah itu mungkin. Saat ini jelas, dia merasakan tubuhnya sangat ringan dan tak memiliki beban. Dengan rasa panas yang menjalar di seluruh tubuhnya.
"Tidakkk...!" Teriak Chana sangat keras. Tubuhnya memberontak dengan sangat kuat hingga peluh membanjiri tubuhnya. Rasa sakit di sekujur tubuhnya dengan kilasan bayangan nyata yang dia alami jelas masih terpahat di seluruh ingatannya. Tempat tidur itu tampak sangat berantakan karena gerakannya yang liar. "Arrgghh...!" Teriakan keras kedua diiringi tangisan terdengar memilukan. Mata hitam coklat itu terbuka lebar kemudian tertutup lagi. Napas yang memburu dengan dada naik turun dan detak jantung yang berpacu cepat memperjelas kepanikan Chana yang yang langsung duduk di atas tempat tidur dengan kedua tangan meremas perutnya kuat. Seluruh tubuhnya terasa sakit bagai tersayat dengan rasa panas bagai terpanggang dalam bara api yang masih membara. Tangisnya pecah dengan desisan rasa sakit yang tak terkira. "Putraku, dia kesakitan," batin Chana lemah. "Dan aku berakhir dengan sangat mengenaskan.""Apa yang terjadi? Nona apakah ini akan baik-baik saja?" "Apa yang terjadi pada jalang itu? K
Mata Chana berkabut saat dia mengerutkan keningnya. Pemandangan di hadapan matanya sungguh indah. Seluruh tubuhnya yang panas sangat menggangu dan membuat kulitnya menjadi sangat sensitif, menghadirkan rona merah muda di pipi putihnya. Dan tanpa sengaja, pria di bawahnya bergerak pelan membuat tubuhnya mendesah pelan. Pria itu menyadari ada yang salah, sejak dia mendengar desahan tertahan wanita di atasnya, dia menjadi diam dan tak berani bergerak. Instingnya jelas memberi peringatan bahwa ada yang salah dengan tatapan wanita di atas tubuhnya. Rona merah yang hadir, sedikit malu dengan tatapan sayu, itu tampak sedikit menyedihkan. Tapi dia melihat kelaparan panjang di dalam mata wanita tersebut. Jelas wanita ini tidak normal."Nona, perlahan, menyingkir dari atas tubuhku." Perintahnya dingin. Chana tak bergerak dan terhipnotis dengan suara berat nan serak. Matanya meneliti pria di bawah tubuhnya dengan hati-hati. Rahang tegas dengan bibir tipis yang melengkung sempurna. Hidung menju
Chana memperhatikan bahwa ada sesuatu yang salah dengan ekspresi pria di hadapannya. Dia bukanlah gadis yang bodoh, oh mungkin terlalu sombong untuk mengatakan hal tersebut karena faktanya, di masa depan dia akan mati karena kebodohannya. Namun setidaknya, dia telah menikah dan bukanlah gadis polos seperti yang seharusnya. Sesuatu seperti keperawanan bukanlah hal penting yang harus dia pikirkan. Saat ini ada banyak kerumitan dalam pikirannya, dan dia harus segera menyingkir dari pria di hadapannya. "I-itu, tu-tuan, aku akan memberimu kompensasi."Wajah pria di hadapannya tertarik minat. "Kompensasi?"Chana mengangguk. "Y-ya," "Uhm, kompensasi seperti apa yang akan kau berikan? Apakah itu seperti sebuah pelajaran lagi yang akan kau berikan?" "Pelajaran? Seperti apa?" tanya Chana tak mengerti. Pria itu menganggukkan kepalanya, tampak berpikir sesaat. "Yah, kau telah memberiku pelajaran semalam. Mungkin lebih dari sekedar mendisplinkan bibirku atau mungkin kita bisa mengulanginya lag
Saat perintah pria tampan itu turun, hotel dan perusahaan Axion Company meledak dalam satu kabar. Tidak hanya tidak hadir dalam rapat penting tanpa kabar terlebih dahulu, bahkan telepon pertama yang tuan muda mereka perintahkan adalah mencari data seorang wanita yang telah berhasil melarikan diri dari kamar hotel tuan muda mereka. "Tuan muda memerintahkan untuk mencari seorang wanita? Seorang wanita? Benarkah itu?""Tidak, apakah akhirnya tuan mudaku bukan petapa? Ya Tuhan, ini berita besar.""Pada akhirnya, wanita itu, apakah dia akan mati? Atau akan dilempar? Ini adalah kamar hotel. Kamar hotel tuan muda kita, wanita itu, apakah mereka menghabiskan malam bersama?""Diamlah, dan cari data wanita ini! Kalian terllau banyak bicara!""Tunggu, dari pada itu, tuan muda terlihat sangat kesal. aku yakin akan mendengar berita kehancuran suatu keluarga.""Kita harus mencari tahu semuanya agar jelas. aku yakin ada sesuatu."Beberapa orang mulai sibuk dalam pekerjaaan karena perintah ini, na
Elden terhenyak saat kata-kata Chana jatuh. Melihat putrinya menangis dengan tatapan bingung hatinya yang mendingin terengut. Dia baru saja akan angkat bicara sebelum putrinya kembali bersuara. "Ayah, apakah karena ibuku tidak di sini hingga aku harus dipukuli untuk kesalahan yang tak kuperbuat? Apakah ayah lupa? Aku juga putri Ayah. Aku tak tahu ibu akan pergi meninggalkan kita, mulai sekarang aku akan berusaha mencarinya. Tapi kini, untuk saat ini, aku merasa lelah." Tatapannya yang berkaca- kaca membuat wajah Chana menyedihkan. Dia membalikkann badan seakan semua tak pernah terjadi. "Ayah, hari ini aku sangat lelah." Mendengar itu mata Elden memanas. Kepergian istri pertamanya, mungkin dia membencinya tapi ini bukanlah suatu alasan yang harus membuat putrinya menderita. Dia menatap punggung putrinya yang menjauh lalu beralih pada Mesya secara ganas. Putrinya dipukuli? Kenapa dia tak tahu? Selama ini dia selalu merasa putrinya ini sangat di luar batas hingga sangat bodoh lalu juga
Kemuraman Chana membuat emosi Logan tersulut. Saat Chana menghempas tangannya, dia menyadari tatapan Chana yang seakan tak peduli pada keberatannya. "Chana,""Itu bukan urusanmu!" "Bagaimana kau bisa mengatakan itu?" Kekecewaan tercetus tanpa bisa dicegah, Logan ingin tertawa seakan tak percaya pada wanita di hadapannya. Benarkah wanita ini adalah orang yang sama dengan orang yang selalu mengatakan mencintainya?Angin berhembus cukup kencang dari pintu balkon kamar yang terbuka. Tirai bergoyang perlahan, membuat suasana menjadi sunyi untuk sesaat. "Bagaimana tentang dirimu, bukan menjadi urusanku?" ulang Logan menekan setiap kata yang keluar.Chana menatap Logan yang menunduk dengan kepalan tangan erat. Dia bisa merasakan amarah Logan yang tak biasa. Dia harusnya berlari memeluk kekasihnya lalu menangis meminta maaf atas semua hal yang terjadi padanya. Dia harusnya tersedu dalam pelukan Logan lalu Logan yang kecewa akan menghempaskan tubuhnya dan dia berlutut memohon pengampunan. D
Logan melangkahkan kakinya dengan berat tanpa menoleh sedikitpun meski suara Chana terdengar jelas. Ini cukup aneh baginya karena dia berpikir Chana akan mengejar dan segera meraih tangannya. Tapi nyatanya, pintu kamar itu tertutup dan tak terbuka sama sekali meski dia menunggu sosok Chana keluar menghampirinya."Logan,"Logan menoleh, mendapati Chassy yang tersenyum lembut padanya."Apakah kakak tidak ada di dala-""Tidak," potong Logan cepat menegaskan bahwa dia tak ingin mendengar apa pun saat ini tentang Chana. Kemuraman kian terlihat jelas saat dia mengingat Chana yang sangat jauh berubah. "Dia hanya lelah. Aku akan kembali."Chassy melihat raut kecewa yang dalam dengan jelas. Tanpa sadar dia meraih tangan Logan yang baru saja melangkah untuk pergi. "Logan, ada apa? Apakah kalian bertengkar? Kau tahu bahwa kakak mungkin melakukan kesalahan karena dia sedikit bodoh tapi aku akan membuatnya untuk meminta maaf padamu."Logan tak menjawab, namun menarik tangannya dari tangan Chassy.
Chana turun saat seorang pelayan memanggilnya untuk makan malam bersama keluarga. Dia tak memiliki pakaian yang pantas, namun dia juga telah mengambil keputusan bulat untuk tidak menutupi semuanya. "Pakaian apa yang kau kenakan?" Tegur Mesya dingin saat melihatnya baru saja duduk dengan patuh. Elden yang sedari tadi menikmati kopi dari gelas di hadapannya sebelum acara makan di mulai mengangkat wajahnya lurus. Matanya jatuh pada jejak merah yang terlihat mencolok di antara kulit seputih salju. "Aku tak memiliki pakaian lain," "Chana!" Bentak Elden tak tertahankan bahkan Chassy yang baru saja tiba berjangkit kaget. "Kau! Jejak apa yang ada di tubuhmu! Apa yang telah terjadi!"Mesya yang sedari tadi diam kini mulai meneliti tubuh Chana dan matanya tiba-tiba membulat. "Oh, Chana, bagaimana bisa kau - tidak, sayang ini tidak mungkin. Itu adalah jejak-""Siapa yang melakukannya?" Potong Elden tak menutupi amarahnya. Mendengar itu Chana sama sekali merasa tak terganggu. Dia hanya menat