Bagi gemnya ke Piranha dan anakannya ya geng hehehe
"Kenapa mereka itu suka sekali menitipkan anaknya padamu di luar jam kerja? Apa mereka pikir kamu tidak butuh bersenang-senang juga?"Rio mengeluh ke Nina, tapi sang kekasih malah menepuk pahanya melarang berbicara seperti itu. Nina mencubit pipi Rio dan meminta pria itu sabar.Beberapa jam yang lalu Cloud dan Nic datang ke apartemen untuk menitipkan Kala, entah apa yang akan dilakukan pasangan itu sampai Nic menukar mobilnya dengan motor Rio. "Tentu saja mereka mau pacaran, berboncengan sambil peluk-pelukan," sewot Rio saat Nina bertanya. Rio tak peduli Kala mendengar ucapannya. Bahkan pria itu membuat gerakan seperti orang yang sedang memeluk.Berbeda dari sang kekasih yang berburuk sangka, Nina sendiri yakin kalau Cloud dan Nic pasti ingin mengurus hal yang penting, dia membela pasangan itu sampai Rio semakin sewot."Kamu tahu 'kan ada masalah rumit yang sedang mereka hadapi, mereka pasti ingin menyelesaikan masalah itu," ujar Nina.Rio masih tak terima, ini karena kemarin dia ab
"Komplotan? Kamu pikir kami kriminal?" Nic mengamuk. Wajahnya menunjukkan dia tidak begitu suka dengan pemilihan kata wanita teman kencan Aditya. Cloud sampai menggoyangkan pelan tangannya. Meskipun wanita itu terlihat biasa saja dan tak tersinggung mendengar ucapan Nic."Kenapa harus bicara di sini? Aku pikir di bawah sudah cukup," ujar Cloud. Bayangan orang-orang yang sedang berbuat mesum di sana terlintas dalam benaknya. Ibunda Kala itu sampai bergidik."Di sini jauh lebih aman, tidak ada yang bisa melihat apalagi mendengar pembicaraan kita."Aditya menjelaskan, tapi Nic dan Cloud malah menyisir isi kamar itu, mereka cukup kaget mendapati sofa berbentuk tak biasa yang memang dirancang khusus untuk kebutuhan bercinta."Pak!" Panggil Aditya. Ia melirik wanita penghibur yang memperkenalkan dirinya bernama Thea. Wanita itu duduk di tepi ranjang sambil mengayun-ayunkan kaki."Anda berdua bisa memakai kamar ini nanti, pria ini sepertinya impoten dia bahkan tidak bereaksi meski sudah aku
Mata Nic tertuju pada sofa tantra yang ada di sisi ranjang. Ia mendekat dan mengusap permukaan sofa berwarna merah marun yang memang dirancang khusus untuk bercinta.Bentuknya yang hampir mirip haruf S itu pasti akan membangkitkan fantasi setiap orang dewasa. Cloud sendiri malah tertawa, dia berkata orangtuanya dulu punya tapi entah dibuang ke mana setelah dia beranjak dewasa."Aku dulu sering memakai sofa seperti ini di kamar mama untuk bermain prosotan," ujar Cloud sambil mendekat ke Nic. Ia melepas tas dan meninggalkan ponsel di atas ranjang.Cloud menyandarkan punggung ke bagian tinggi kursi itu dan menepuk-nepuk permukaannya."Apa kita harus membeli satu yang seperti ini di kamar?" Cloud bertanya dengan nada genit. Dia tahu enam tahun ini aktivitas bercintanya dan Nic terlalu monoton. Nic hanya akan datang saat butuh dipuaskan tanpa memikirkan perasaannya. Pria itu akan mendobrak masuk ke kamar, mencekal tangan, menyudutkan ke tembok lantas mencumbunya dengan sangat kasar. Sete
Hari itu, Skala mengajak Nic pergi bermain golf bersama. Mereka tentu saja ingat kapan terakhir kali bermain di sana dan apa yang dibahas. Memiliki kenangan buruk di lapangan itu membuat Nic merasa sedikit tidak nyaman. Beberapa kali pukulannya melenceng jauh, dia sampai merasa malu karena bermain sangat jelek.Berbeda dari Nic, Skala malah tertawa lepas. Dia senang mendapati sang mantu bermain tidak on point hari ini. Pria yang juga anak tunggal itu jemawa, terlihat sangat bahagia di atas penderitaan Nic yang berkali-kali salah mengarahkan bola."Nic, kamu itu main atau apa? Aku akan beritahu Cloud agar dia segera membawamu ke dokter mata. Lubangnya di sana! Lihat baik-baik!"Skala sengaja menghina Nic habis-habisan saat bola yang dipukul sang mantu melenceng jauh dari lubang.Namun, bukannya kesal Nic malah ikut tertawa karena Skala sangat bahagia. Ia mengamati mertuanya yang saat ini sedang mengayunkan tongkat untuk menghalau si kulit bundar menuju lubang. Nic tiba-tiba menyesal, m
"Kapan dia pergi? Ha!""Nic, kita sudah sampai di kantormu, lepas jangan begini! Itu ada satpam mendekat!"Cloud yang berada di belakang kemudi tampak merasa tidak enak saat Nic menciumi pundaknya tepat di depan lobi kantor DAN. Baru saja tiga hari dia mendapat tamu bulanan tapi sang suami sudah seperti pria yang tak mendapat asupan gizi selama bertahun-tahun.Pagi itu, Cloud mengantar Nic setelah sebelumnya mengantar Kala ke sekolah. Mobil yang biasa dipakai pria itu masuk bengkel dan Cloud melarang Nic pergi bekerja membawa mobil lain yang terlihat mencolok. Wanita itu bahkan menyuruh Nic menjual dua mobil yang lain karena memenuhi garasi.Berbeda dengan dulu yang tidak memiliki kuasa sepenuhnya sebagai ratu di istana sang suami, kini Cloud bisa dengan mudah mengatur seisi rumah tanpa batasan, bahkan dia bisa memarahi Nic saat meletakkan handuk sembarangan di atas ranjang setelah mandi."Cium dulu!" Permintaan Nic nyaris membuat Cloud tak percaya. Sudah ada satpam berdiri di dekat
"Iya, sudah pokoknya baju apapun yang penting sopan."Rio berada di pantry menyiapkan teh untuk Nic dan dua wanita yang saat ini berada di ruang kerja sang atasan. Sambil mengaduk gula di cangkir Rio menghubungi sang kekasih. Atas permintaan Cloud, dia meminta Nina datang ke DAN secepat mungkin membawa satu setel baju untuk dipinjamkan ke Thea."Apa ada masalah? Siapa itu Thea?" Tanya Nina."Datang saja, nanti juga kamu tahu sendiri."Rio menutup panggilan lalu membawa tiga cangkir teh ke ruangan Nic. Di depan pintu dia bertemu Cloud yang terlihat baru saja mematikan ponsel. Wanita itu sengaja menahan pintu agar dia bisa leluasa masuk.Cloud baru saja mengabari Tasya kalau dirinya terlambat pergi di Niel Fashion hari itu. Ia menggenggam ponsel sembari memandang Rio yang mempersilahkan Thea menikmati teh buatannya. Setelah itu Cloud menoleh Nic yang berada di belakang meja kerja. Suaminya diam di kursi sambil terus menatap kotak kondom dan secarik kertas berisi pesan Aditya.Nic tak ha
"Sya, aku tidak akan datang hari ini, jadi tolong semua berkas yang membutuhkan persetujuanku kamu antar ke kantor suamiku." Cloud lagi-lagi menghubungi sekretarisnya. Mengingat pesan yang baru saja Aditya sampaikan lewat Thea, juga kondisi Nic yang syok mendapat kunjungan mendadak dari gadis itu membuat Cloud tak tega pergi, apalagi Nic meminta agar dirinya tetap berada di sana. Alhasil dari pada harus mengesampingkan pekerjaannya sendiri, Cloud menerima permohonan sang suami yang bersedia berbagi tempat kerja dengannya.Setelah memastikan pesan Aditya tersampaikan, Thea pun pulang diantar Rio dan Nina sampai ke rumah. Sebelum kembali ke kantor, Rio menghubungi Nic, selain memastikan tentang spesifikasi ponsel yang ingin Nic beli untuk Aditya, dia juga menawarkan apa atasannya butuh sesuatu."Belikan aku obat sakit kepala!"Permintaan Nic itu semakin membuat Cloud mengurungkan niat untuk pergi ke Niel Fashion. Dia mendekat ke kursi sang suami, berdiri di belakangnya lalu melingkarka
Nic tersenyum penuh arti, rasa kesalnya seketika hilang mendengar tawaran menggiurkan dari Cloud yang membuat gairahnya bangkit. Pria itu berdiri dari kursi lalu memasang gesture agar sang istri juga ikut bangun. Ia menyentuh dagu Cloud menggunakan telunjuk, mendekatkan wajah hendak mencium bibir ranum sang belahan jiwa. Namun, sayang ketukan pintu dari luar menggagalkan rencana, bahkan membuat Nic juga Cloud kaget. Keduanya lantas menoleh bersamaan.“Sial!” Umpat Nic menyadari Rio pasti sudah kembali. “Kenapa dia datang di waktu yang tidak tepat,” gerutu pria itu. Nic memandang ke arah bawah, merasa iba ke adik kecilnya yang sudah bangun tapi tidak jadi dininabobokkan oleh sang istri.“Tenang saja! Masih ada waktu,” ucap Cloud untuk menenangkan. Ia menepuk pundak Nic yang tampak memasang muka masam.Cloud pun meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk, dan benar saja Rio dan Nina sudah datang. Seperti apa yang diminta oleh Nic, Rio membawa obat sakit kepala dan juga makanan. Ia ba