Jangan lupa gem nya ya geng
“Kala mau sosis?”Skala dan Bianca saling lirik. Semalam Bianca bercerita ke Skala tentang cucunya yang marah. Namun, pagi itu Kala sepertinya sudah baik-baik saja. Anak itu mengangguk saat Cloud menawari sosis untuk sarapan.Cloud meletakkan sepotong sosis ke piring Kala, dia mengusap belakang kepala anak itu sebelum meminta Kala menghabiskan makanan di piringnya.Cloud sendiri bersikap biasa, dia hampir memasukkan makanan ke dalam mulut, saat menyadari tatapan dua orang yang ada di seberang kursinya. Skala dan Bianca pun merasa canggung lalu membuang pandangan.“Salim dulu sama Mabibi dan Opa!” Pinta Cloud seperti biasa sebelum Kala berangkat sekolah.Anak itu menurut dan mendekat, bahkan mengucapkan kalimat pamit seperti biasa. Bianca malah merasa bersalah, dia menahan Cloud sebentar saat putrinya itu akan keluar rumah.“Kenapa Ma?”“Apa Kala baik-baik saja?”Cloud memandang Kala yang berdiri di teras, dia membuka kunci jarak jauh dan Kala pun mendekat masuk setelah melihat lampu m
Cloud akhirnya menghubungi Nina, meminta bantuan gadis itu untuk menjemput Kala saat pulang sekolah nanti, sedangkan dia ingin melihat kondisi Nic. Cloud sendiri tidak bisa langsung pergi ke rumah pria itu karena masih memiliki jadwal rapat bersama bagian pemasaran.Meskipun berniat datang, tapi Cloud berharap setelah rapat Nic sudah baikan, sehingga dia tidak perlu datang menjenguk. Namun, harapannya pupus saat dia menghubungi mbok Cicih. Pembantunya itu berkata bahwa Nic tetap tidak mau keluar dari kamar Kala, bahkan menolak bertemu dengan Rio yang datang.“Lalu apa Rio sudah pergi? Apa tidak bisa dia memanggilkan dokter untuk atasannya?”Cloud sedikit menggerutu, dia membuang napas kasar dari mulut sambil masuk ke dalam lift untuk turun menuju lobi mengambil mobil.“Tuan meminta mas Rio untuk kembali ke kantor memeriksa pekerjaan. Tuan bilang jika kondisinya sudah membaik dia akan bekerja nanti malam.”“Bagaimana dia bekerja kalau dia tidak mau makan dan minum obat?” Nada bicara Cl
Cloud sebenarnya ingin membalas pelukan Nic, tapi berakhir hanya mengepalkan tangan. Alih-alih mengucapkan kalimat yang suaminya nantikan, Cloud malah meminta Nic melepas pelukan.“Kamu harus makan dan minum obat. Tolong lepaskan pelukanmu!”Nic memejamkan mata, hatinya terasa seperti tertusuk belati. Rasanya sangat nyeri tapi tak terlihat mengeluarkan darah. Ia pun perlahan mengurai pelukan dan menunduk seolah tak berani menatap Cloud.“Aku datang bukan untuk kembali menjadi istrimu, aku datang karena mbok Cicih dan yang lain mencemaskan kondisimu,”ujar Cloud. “Seperti apa yang tertulis di perjanjian itu, bagiku hubungan kita hanya tinggal dua bulan,”imbuhnya.Nic terdiam, sedangkan Cloud mengambil thermometer yang terjatuh lalu membetulkannya lagi. Ia meletakkan benda itu di ketiak Nic dan menunggu sampai berbunyi.“Tiga puluh delapan, pantas badannya terasa panas sekali.” Cloud bermonolog. Ia berdiri lalu mengambil kantong plastik yang dibawa. Wanita itu mengeluarkan kompres sekali
Cloud ragu, jika mengiyakan dia takut Nic berpikir dirinya masih seperti yang dulu, tapi jika menolak dia tak tega melihat pria itu tidak makan. Alhasil Cloud mendekat ke nakas. Ia mengambil sendok Nic dan mencicipi kuah sop iga dari mangkuk. “Rasanya enak, jadi masalah bukan di makanannya tapi lidahmu. Aku buatkan makanan juga pasti akan terasa pahit.” Nic kecewa. Ternyata sangat susah membuat Cloud mematuhi ucapannya seperti dulu. Ia memilih tak menjawab, dan istrinya tampak berdecak sebal. “Kamu harus minum obat, aku akan minta mbok Cicih membawakan air lagi.” Cloud berpaling sambil membawa gelas di tangan. Namun, langkah kakinya terhenti saat Nic berucap, “Kamu bilang ingin pahala, tapi membuatkan makanan untukku saja enggan dan beralasan.” Cloud membuang napas panjang, bahunya sampai turun karena ucapan Nic cukup membuatnya kalah telak. Ia hampir memutar tumit untuk menyangkal ucapan Nic, tapi suara Kala lebih dulu terdengar. “Papa …. papa, Papa di mana? Apa Papa sakit?” An
“Apa kamu mau? Meski itu racun?”Cloud mengulangi pertanyaannya, tapi Nic bungkam. Mereka diam karena Kala tampak keluar dari kamar mandi. Kemarin anak itu sudah berpikir mamanya jahat, apalagi jika sampai mendengar Cloud meminta hal gila ke Nic.“Mama, kita tidur di sini ‘kan nemenin Papa?”Cloud menggeleng memandang Nic, setelah itu menoleh ke Kala. “Tidak bisa Kala, besok Mama ada acara. Mama juga tidak punya baju lagi di sini,” jawabnya.Nic tersenyum hambar, bagaimana mungkin Cloud tidak memiliki baju jika lemari bajunya saja lebih dari satu, wanita itu juga tidak membawa semua pakaian saat pergi dari rumah. Hal ini semakin membuat Nic sadar bahwa Cloud memang sudah tidak mau lagi berada di sisinya, atau lebih tepatnya dia harus ekstra berusaha agar wanita itu luluh dan kembali ke pelukannya.Tentu saja wajah Kala kecewa mendengar jawaban dari Cloud. Anak itu lagi-lagi memandang iba Nic, lalu naik ke atas kasur. Kala mengulangi apa yang dia lakukan saat datang tadi, menyentuh ken
Mulut Cloud menganga, dia tak menyangka rencana Rain adalah meminta Nic datang ke pulau pribadi milik kakek buyut mereka — yang sekarang sudah dikelola bersama pemerintah demi kelestarian alamnya.Cloud pikir Rain akan mengajak Nic bertemu bersamanya juga setelah liburan, lantas menunjukkan kearoganan dengan menghina dan menyindir Nic habis-habisan.“Apa yang sebenarnya Kakak rencanakan?”Cloud sedikit cemas, dia tahu tak hanya keluarga mereka yang akan berada di pulau Kilikili, melainkan juga rekan bisnis Rain dan papanya.“Nic ingin bertemu dengan orang yang memborong saham DAN, jadi aku minta sekretarisku menyampaikan kalau aku ingin dia datang ke Kilikili,” jawab Rain dengan enteng.Rain menekuk dua tangan ke belakang kepala. Ia duduk santai di kursi model beanbag yang ada di dek teratas yacht milik sang istri. Pria itu tak memandang Cloud, matanya tertutup kacamata hitam, lalu menengadahkan wajah seolah sedang menikmati hangatnya sinar senja.Cloud kesal, dia mengambil bantal dar
"Aku mau main di pantai, Ma!" Kala merengek padahal yacht yang mereka tumpangi baru saja bersandar di dermaga saat hampir tengah malam."Kala bisa main besok, malam begini ombak sedang besar," jawab Cloud. Ia menjelaskan ke Kala agar anak itu tak merengek lagi. "Lebih baik kita ke kamar dan berendam air hangat, bagaimana?"Kala menganggukkan kepala. Meski terpaksa anak itu menurut digandeng Cloud berjalan menuju resort mereka.Di pulau itu terdapat beberapa bangunan resort yang lokasinya terpisah-pisah. Sebenarnya Cloud sangat ingin menginap di bangunan resort yang ada di atas bukit, karena pemandangan yang terlihat dari sana sangat mengagumkan. Namun, ternyata sudah ada orang yang menyewanya jauh-jauh hari sebelum keluarganya merencanakan liburan. Meski pulau itu secara pribadi masih milik keluarga Prawira, tapi mereka jelas tidak bisa mengusir pengunjung begitu saja, lagipula setiap daftar pengunjung juga dicatat dengan jelas oleh pengelola. Ini dilakukan karena cukup banyak orang
Rain tak ambil pusing, membuat Nic bingung dengan tidak mendapat kamar di pulau Kilikili hanya salah satu dari beberapa rencana yang sudah dia siapkan untuk membuat adik iparnya itu kerepotan. Rain meminta pelayan yang memberikan informasi itu pergi. Ia tidak ingin orang lain curiga, meskipun orangtua, adik dan istrinya sudah tahu tujuannya mengundang Nic ke sana. Rain menarik sudut bibir. Entah Nic melihatnya atau tidak, tapi dia tetap ingin menunjukkan bahwa dirinya tak bisa dikalahkan dengan mudah. "Menyiksa adikku bukan kesalahan yang gampang untuk dimaafkan," gumam Rain di dalam hati. Ia tampak menegakkan badan saat melihat Cloud mendekat dan bicara ke Embun. "Nanti malam ada bikini party start jam sebelas malam, kakak ikut 'kan?" Tanya Cloud ke sang ipar. Namun, belum juga Embun membuka mulut, Rain lebih dulu mengancam. "Jangan macam-macam!" "Astaga sayang, biarkan aku berpesta, kalau mau kamu bisa ikut," jawab Embun mengabaikan larangan Rain. "Apa kamu akan memakai two