Langit tidak lagi berdebat dengan Intan walau bagaimana pun mereka sedang berduka tidak mungkin Langit meladeni sikap Intan yang semakin manjadi.Acara tahlilan telah usai bukan selama tujuh hari tetapi setiap malam di pesantren dan panti akan bergabung untuk mendoakan orang tua kedua mereka. Umi dan Abah yang selalu menjadi tempat ternayman ke dua untuk anak pesantren dan menjadi orang tua yang tidak pernah di temui mereka sebelum walau di antara mereka pernah merasakan kasih sayang dari orang kandungnya tetapi mereka di buang di panti.Meski Pelangi tidak meminta tetapi hal itu adalah insiatif mereka sendiri dan berapa staff di pesantren yang selama ini membantu Umi dan Abah.Sepuluh hari sudah kepergian orang tuanya Pelangi masih tinggal di pesantren membantu pengurus lain yang kerepotan setelah meninggalnya Umi dan Abah."Assalamualaikum, ukhti Pelangi. Bisa bicara sebentar?" sapa wanita bergamis hitam dengan khimar warna senada."Wa'alaikumsalam, ukhti Anis,ada apa? Duduk sini,"
Bertiga terkejut dengan kehadiran Intan yang tiba-tiba sudah ada di depan mereka."Apa yang kalian lakukan? Apa kalian pikir bisa melakukan di belakangku?" Intan menatap mereka secara bergantian dengan tatapan intimidasi."Kamu juga Pelangi, kamu pikir bisa melakukan ini semua tanpa aku? Aku anak tertua di sini. Jadi semua yang berhubungan dengan pesantren atau pun panti melalui aku. Paham?" sentak Intan dua langkah maju dan menyambar berkas yang ada tangan Umi."Pelangi serahkan surat kuasa itu padaku! Kamu pergilah ke Kairo dan kalian berdua sebaiknya pulang, ingat aku yang berkuasa buka Pelangi. Dia akan pergi jadi aku yang berada di sini." Ucapnya tanpa terbantahkan.Pelangi yang lebih cepat saat melihat Intan maju ingin mengambil surat kuasa itu dari tangan Umi."Umi, Abah, terima kasih. Tolong jaga semua peninggalan Umi dan Abah, hanya ini yang kami miliki. Kami tidak bisa menggurusnya jadi hanya pada Umi dan Abah yang bisa menjalankan amanah ini," Pelangi kembali menyerahkan m
Satu minggu setelah acara makan malam di keluarga Wiratama baik Intan dan juga Rosa tidak lagi bertemu karena Rosa yang begitu sulit untuk menerima kehadirannya. Wanita yang tidak pernah ia anggap sebagai menantunya meski telah mengandung benih dari anaknya.Kerinduannya pada Pelangi dan juga Rizky membuat kesehatan Rosa semakin menurun, Gustav dan Langit berulang kali membujuk Rosa agar bersedia dirawat di rumah sakit. Namun, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu selalu menolak dia akan sehat dan kembali bugar jika sudah bertemu dengan kedua orang yang sampai detik ini begitu amat ia sayangi."Apa Mama mau kalau Pelangi dan Rizky pulang ke rumah? Tapi jika Mama menginginkan hal itu tentu tidaklah mudah karena mereka baru berangkat dan kita tidak bisa meminta mereka pulang sebelum pendidikan mereka selesai. Ingatlah apa yang mereka lakukan tentu demi kebaikan semuanya dan mas ingin kamu juga berbaik hati dan berpikir yang terbaik untuk mereka berdua, karena Pelangi hanya me
Berapa bulan berlalu setelah pertemuan dengan pria asing yang mengaku bahwa anak yang di kandung Intan adalah anaknya. Selama itu pula mereka tidak lagi bertemu dan Intan tidak menampakkan sesuatu yang membuatnya curiga semua berjalan seperti biasa.Keraguan mengenai anak yang ada dalam kandungan Intan kini hilang begitu saja setelah semua yang ucapkan pria itu tidak terbukti dan mereka baik-baik saja sampai detik ini. Hal itu di perkuat setelah Langit menyelidikinya ternyata pria yang datang padanya hanyalah seorang pria pengangguran. Melihat itu semua langit menyakini bahwa anak dalam kandungan Intan adalah anaknya.Tidak perlu melakukan tes DNA walau terbesit hal itu. Tapi di urungkan, jika hal itu dia lakukan sudah pasti hari ini penyesalan kedua terjadi dalam hidupnya.Kekhawatirannya hilang berganti rasa ingin menjaganya terlebih kandungan Intan yang semakin besar."Mas kamu hari ini nggak usah ke kantor ya? Perut aku," lirih Intan. Sejak semalam perutnya terasa sakit."Akh! Ma
Hari yang sudah ditentukan oleh Langit untuk menemui ibunya telah tiba. Kali ini ia pun ingin semuanya selesai terima atau pun tidak karena kenyataannya Intan adalah istrinya dan anak perempuan yang menggemaskan adalah putrinya yang baru beberapa hari dilahirkan oleh Intan meskipun hal itu sangat sulit untuk diterima oleh keluarganya namun Langit tidak akan membiarkan hal itu terlalu lama berlarut. Sepulang dari kantor Langit langsung ke rumah orang tuanya. Karena kesibukan yang semakin menjadi setelah sang adik memberikan modal untuk menyelesaikan semua masalah di proyek sehingga kebangkrutan itu mampu teratasi dan Langit pun kembali berjaya dengan perusahaannya."Den Langit pulang? Alhamdulillah, Bibi hari ini menyiapkan makanan kesukaan den Langit nggak taunya adem pulang. Mau makan sekarang atau," sapa wanita paruh baya yang setia bekerja di kediaman orang tuanya."Tidak Bik, terima kasih. Tapi aku hanya ingin bertemu dengan Mama, apakah beliau ada di rumah?" ujar Langit mencari s
Waktu berlalu begitu cepat tanpa terasa dua tahun sudah kepergian Pelangi dan dua tahun sudah Cleo putri semata wayang Langit yang tumbuh dengan menggemaskan. Tidak ada lagi yang membuatnya bersedih atau pun kelelahan saat kembali setelah sibuk dengan tugasnya di kantor namun saat dia kembali Cleo Putri yang dua tahun lalu hampir saja ia tolak kehadirannya telah membangkitkan kembali rasa bahagianya.Meski begitu dalam dua tahun ini kedua orangnya tidak pernah berkunjung ke rumahnya. Hanya satu kali dan itu hanya ayahnya. Tapi tidak dengan ibunya yang benar-benar menutup dirinya bahkan tidak sedikitpun menanyakan kabar cucunya.Weekend adalah hari yang selalu ditunggu-tunggu Intan karena di hari itu tentu hari bersama dengan Langit dan juga putrinya Putri yang sampai detik ini membuatnya tetap bersama dengan Langit. Anak yang menyatukan dan meluluhkan kerasnya hati pria yang begitu dingin padanya hingga saat ini."Yah, ayah, jalan-jalan ayah!" Langit membuka matanya suara yang begitu
Pria yang tidak diketahui namanya oleh Langit berlalu dengan senyum mengejek, senyum untuk kedua kalinya diperlihatkan pria yang sama padanya satu tahun yang lalu.Larut malam mata Langit yang enggan untuk terpejam mengingat kata yang keluar dari bibir pria yang sama itu lagi padanya.Di lihatnya Intan tertidur pulas dan tidak jauh dari tempat tidurnya adalah kamar khusus putrinya dan Intan melihat anak yang mengisi kekosongan dirinya. "Benarkah dia bukan anakku?" Gumamnya dengan berlahan turun mengambil gunting untuk memotong sedikit rambut Cleo."Maafkan ayah sayang, tapi ayah membutuhkan ini. Untuk menyakinkan semua orang kalau kamu adalah anak kandung ayah."Cleo gadis mungil yang begitu berpengaruh besar padanya. Apapun yang terjadi Langit selalu memberikan perhatian khusus pada gadis mungil yang selalu menyambutnya dengan berlari. Meskipun belum begitu jelas yang dikatakan namun Langit sangat terhibur dengan kehadirannya.Celotehnya mampu menghapus rasa lelahnya setelah kesibuka
Eris menghindar dari semua pertanyaan yang di ajukan oleh Intan. Dengan kata yang selalu di ulang agar Pelangi tidak lagi bertanya."Aku tahu ada sesuatu yang terjadi. Itulah kenapa kamu memilih bukan menjawab pertanyaan yang yang aku berikan padamu dengan jawaban yang itu-itu saja. Aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu dariku, bukan?" Pelangi yang memperlihatkan wajah Eris yang tiba-tiba berubah sendu."Pelangi maafkan aku, tapi aku tidak mungkin mengatakan apapun padamu. Biarkan Umi dan juga Abah Yusuf yang menjelaskan semuanya padamu. Karena merekalah yang berhak untuk mengatakan ini padamu untuk menyampaikan semua tanpa ada yang ditutupi lagi.Aku harap setelah ini kamu tidak perlu bertanya lagi padaku, sebelum sampai di rumah dan percayalah semuanya akan baik-baik saja tapi aku minta padamu untuk tetap tenang." Ujar Eris."Dari kata-katamu aku memiliki satu kesimpulan bahwa ada sesuatu yang atau kabar yang dahsyat terjadi sehingga kamu memintaku untuk tidak bertanya lagi. Baiklah,