Nicholas memainkan pulpennya di ruang kerjanya. Sejak Hana mengatakan usulan gila itu padanya beberapa hari yang lalu, hubungannya dengan Hana menjadi sedikit renggang.
Hana masih bersikeras untuk mendapatkan ibu pengganti agar dia dapat memiliki seorang anak. Sedangkan Nicholas masih memikirkannya, dia tidak tahu bagaimana pendapat orang lain kalau sampai tahu istrinya menggunakan jasa ibu pengganti.
“Siapa yang bilang kalau kita akan melakukannya terang-terangan?” Hana bertanya seperti itu pada suaminya ketika mereka berdua masih berdebat mengenai masalah ibu pengganti.
“Lalu?”
“Kita akan sembunyi-sembunyi melakukannya dan aku akan berpura-pura hamil, agar tidak ada yang tahu kalau aku menggunakan jasa itu.”
Nicholas sebenarnya sudah tidak sabar lagi ingin memiliki seorang anak. Namun Hana selalu menolaknya ketika dia memintanya secara baik-baik, sampai Hana memutuskan untuk menggunakan cara ini.
“Aku bisa menutup mulut mereka, agar tidak ada yang tahu, Nicholas.” Mata Hana nampak penuh harap. Ini adalah pertama kalinya istrinya terlihat memohon seperti itu padanya.
Nicholas menghela napasnya, pulpen yang ia pegang terjatuh di bawah meja. Dia membungkukan sedikit tubuhnya dan melihat ada langkah kaki mauk ke dalam ruangannya.
“Hana, tapi dengan siapa?” Bayangan itu tidak sendiri, ada seorang wanita di belakang Hana.
“Nicholas,” panggil Hana pelan, berusaha bersikap tenang. “Aku membawa seseorang yang akan kita gunakan jasanya,” ucap Hana lagi.
Lelaki itu sudah mendengus kesal, ketika dia membenarkan posisi duduknya. Tetapi matanya sontak tertuju pada bayangan di belakang Hana.
“Amanda,” bisik Nicholas dalam hati. Ia terpaku dengan wanita itu, wanita yang sudah lama menghilang dan ia cari selama ini.
“Nicholas?!” Hana memanggilnya sekali lagi.
“Oh, ya? Kamu bilang apa tadi?”
“Dia adalah Amanda, wanita yang akan kita gunakan jasanya.”
Tunggu dulu. Hana mengenalkan Amanda sebagai ibu pengganti. Apa ini artinya Amanda yang akan mengandung anaknya nanti?
Tidak mungkin!
Nicholas masih berusaha untuk menyembunyikan rasa keterkejutannya. Tetapi Hana terkejut ketika melihat Nicholas tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya.
“Kenapa? Apa kamu tidak menyukainya? Maaf karena aku tidak mengatakannya dulu padamu. Karena—aku ingin langsung membawanya ke sini, siapa tahu kamu akan berubah pikiran.”
Ya, Nicholas berubah pikiran ketika melihat Amanda sudah berdiri di depannya saat ini. Bertahun-tahun dia mencarinya, dan kini dia bertemu dengan Amanda secara tidak sengaja.
“Jadi—apa kamu—“
“Bisakah aku bicara dengan Amanda sebentar?” tanya Nicholas, sekilas ia menatap Amanda lalu ia memandang ke arah Hana. “Aku ingin mewawancarai dia,” lanjutnya.
“Oke. Aku akan menunggu kalian di luar. Aku harap kamu setuju, Nicholas. Aku tak enak karena sudah membuat Sonia menunggu kita terlalu lama.”
“Iya, tunggu sampai aku selesai mewawancarai dia.”
Hana tersenyum, melihat seperti ada sebuah harapan di antara mereka berdua. Dilihat bagaimana Nicholas melihat Amanda, sepertinya dia akan setuju.
Nicholas menatap pintu yang sudah tertutup rapat. Lalu dia menyuruh Amanda untuk duduk di depannya dengan suara yang bergetar.
Ia amat merindukan wanita itu. Merindukan wajah cantiknya, dan suaranya yang lembut.
Namun mengapa sekarang dia harus dipertemukan dengan cara seperti ini?
“Bagaimana kabarmu?” tanya Nicholas, ia memandang wajah yang sama sekali tak ingin melihat ke arahnya sama sekali.
Dia hanya menunduk, seakan malu dengan profesinya saat ini.
“Apa—ibumu baik-baik saja?”
“Dia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.”
“Amanda.”
“Jangan menatapku dengan tatapan kasihan, Nicholas! Anggap kita tak pernah saling mengenal,” desah Amanda. “Aku ingin bekerja secara professional.”
“Oh—maaf.”
“Jadi apa kamu akan setuju?” Kali ini Amanda bertanya, dengan sorot mata yang berbeda dari yang dulu.
Sorot mata yang menyimpan kesedihan. Dan derita yang ia tanggung sendiri.
Bagaimana tidak? Dia menjadi ibu pengganti setelah ibunya meninggal. Dia ingin memperbaiki hidupnya dengan profesi seperti itu karena bayarannya yang tinggi. Tetapi mengapa sekarang dia harus bertemu dengan Nicholas? Dengan keadaan seperti ini?
“Oke!” sahut Nicholas mantap.
Amanda menatap tak percaya. Ia menautkan kedua alisnya. “Tapi istrimu mengatakan kalau kamu tidak setuju, tapi kenapa—“
“Karena anakku akan ada di dalam kandunganmu,” potong Nicholas cepat.
“Kamu tahu kan apa permintaanku ketika menjadi ibu pengganti?”
“Apa?”
“Aku akan tinggal di rumahmu sampai aku melahirkan.”
“Aku tidak masalah.” Setidaknya sampai Hana tidak tahu kalau Amanda adalah kekasih dan cinta pertamanya dulu.
“Oke, aku anggap kamu sudah sepakat dengan keputusan ini.” Amanda berdiri dan hendak meninggalkan Nicholas.
Tapi belum sampai Amanda memegang knop pintu ruang kerja, Hana sudah muncul dengan dua cangkir teh hangat.
“Gimana?” tanya Hana pada Amanda, apakah ia berhasil meyakinkannya?
Amanda hanya mengangguk.
“Apa kamu serius Sayang?! Kamu setuju untuk menggunakan jasa Amanda?” pekik Hana senang, dia langsung berlari ke arah Nicholas dan memeluk lelaki itu.
Menghujaninya dengan kecupan-kecupan di seluruh wajahnya.
Nicholas melihat tatapan Amanda ketika Hana menciuminya dengan brutal.
Apakah dia cemburu?
“Aku akan mengantarkan Amanda,” kata Nicholas, ia sedikit merenggangkan tubuh Hana darinya. Lalu menyusul Amanda bahkan sebelum Hana memberikan izin padanya.
Cepat-cepat Nicholas mengambil kunci yang ada di atas nakasnya. Lalu pergi menyusul Amanda yang hampir keluar dari rumahnya.
“Aku akan mengantarmu,” ucap Nicholas lagi.
“Tidak perlu, aku bisa pulang dengan taksi.”
“Sekali ini saja,” ucap Nicholas dengan lirih.
“Bagaimana dengan istrimu?”
“Tidak akan terjadi apa-apa padanya, aku hanya mengantarkanmu pulang bukan menginap di rumahmu.”
Amanda diam, dia malas berdebat dengan Nicholas. Lelaki itu membukakan pintu untuknya ketika sudah sampai di depan mobil.
Dari kejauhan, Hana yang melihat perilaku suaminya itu tidak memasang kecurigaan sedikit pun. Karena menurutnya, dirinya jauh lebih cantik dan lebih menarik dari Amanda, jadi Nicholas tak mungkin selingkuh darinya.
“Yang penting aku akan memiliki seorang bayi tanpa harus hamil,” desah Hana dengan lega.
Ia masuk ke dalam rumah lagi setelah melihat kepergian mobil suaminya.
Sementara itu Nicholas sesekali menoleh ke arah Amanda yang sejak masuk ke dalam mobil hanya diam saja.
“Rumah kamu di mana sekarang?” Nicholas membuka percakapan dengan bertanya alamat rumahnya.
“Kamu bisa turunkan aku di halte depan sana.”
“Aku akan mengantarkanmu sampai di depan rumah, memastikanmu selamat.”
Amanda bukannya tersentuh dengan kebaikan Nicholas, tapi dia malah menertawakannya dengan sinis.
“Kamu masih membenciku?” tanya Nicholas lagi.
“Bagaimana kalau kujawab, ya.”
“Wajar, karena aku sudah menyakitimu.”
Amanda diam lagi.
“Kamu mencintainya?” tanya Amanda kali ini.
“Tidak.”
“Tapi kamu ingin memiliki seorang anak darinya.”
“Itu dua hal berbeda, Amanda. Kamu tahu sendiri pernikahan kami karena Hana dulu menjebakku,” desahnya frustrasi.
“Dan kamu terjebak lalu meninggalkan aku sendiri, menderita menunggumu yang tak kunjung datang. Dan setelah kutahu, ternyata kamu menikah dengan istrimu yang sekarang.” Amanda tersenyum sarkas, lalu meminta Nicholas untuk menurunkannya di dekat halte.
“Kuharap kamu memenuhi janjimu, untuk tidak saling mengenal selama aku berada di rumahmu. Aku akan bekerja dan kamu akan menerima hasilnya.”
Pintu ditutup kasar oleh Amanda, wanita itu kemudian naik ke dalam taksi yang berhenti di depannya.
Wanita itu masih membenci Nicholas, yang sudah meninggalkannya beberapa tahun yang lalu demi Hana.
“Beri aku kesempatan satu kali lagi untuk membahagiakanmu,” gumam Nicholas.
Amanda sudah dites fisik dan mentalnya, ia terbukti sehat dan tak ada masalah. Untuk izin dari orang tua sepertinya Amanda tidak memerlukan hal itu karena dia saat ini hidup sebatang kara.Proses dimulai ketika semuanya sudah siap—dan Amanda sudah siap jika dalam proses tersebut tidak langsung berhasil. Dia paham benar bagaimana proses tersebut karena sudah pernah melakukannya.Hingga sampai akhirnya setelah empat bulan kemudian, wanita yang tak lain mantan kekasih Nicholas itu bisa hamil usai menjalani proses beberapa kali.Masalahnya terletak pada sel telur Hana yang tidak dalam kondisi yang baik.Namun meski begitu, kini Hana kini bisa bernapas dengan lega karena ibu pengganti yang ia sewa kini hamil.Sore itu Hana menyambut Amanda dengan baik. Dia sudah menyediakan kamar yang nyaman untuk wanita itu.Tujuannya hanya satu, dia tak ingin Amanda stres
Hana membuka matanya pagi itu dan tidak melihat suaminya ada di atas sofa.Harum wangi parfum yang menyeruak ke dalam hidung mengatakan jika lelaki itu mungkin sudah ada di meja makan.Dengan malas, Hana menurunkan kakinya. Ia memijat kepalanya yang pusing lantaran bertengkar dengan Nicholas tadi malam.Ia melihat dirinya melalui cermin rias yang ada di depan ranjangnya. Berdiri dan mengecek setiap jengkal tubuhnya.Tak ada yang masalah dengan tubuhnya. Masih seksi dan masih enak dipandang mata, tapi kenapa Nicholas tak mau melakukan hubungan istri dengannya?Bahkan lelaki yang melihat sekejap pada Hana saja pasti akan terpesona oleh tubuhnya yang indah. Tetapi kenapa tidak pada lelaki itu?“Jangan-jangan Nicholas tidak normal.” Hana berdesis kesal.Dia turun setelah mencuci muka dan mengenakan Cardigan tipis untuk menutupi tubuhnya.Masih memakai g
Rumah sepi tanpa penyambutan yang hangat sudah sering dirasakan oleh Nicholas. Tanpa sapaan ramah dari istri maupun pelukan hangat dari Hana.Entah mengapa dulu Hana begitu menginginkannya, jika sekarang saja dia sudah seperti bukan istri Nicholas.Dia sibuk sendiri dengan kegiatan dan urusannya lalu terkadang pulang sesuka hati ia sendiri.Rasanya Nicholas seperti menikahi pembantunya yang selalu menyapanya dan menyiapkan segala sesuatunya untuknya.Seperti saat ini …Nicholas masuk ke dalam kamarnya dan tidak menemukan Hana di sana. Ketika dia keluar dari kamarnya dan hendak pergi ke dapur, pembantunya mengatakan kalau Hana belum kembali sejak pagi.“Katanya cuma fitness, tapi sampai malam belum selesai juga. Memangnya dia fitness di mana?” gumam Nicholas.“Makan malam sudah siap, Tuan. Mau makan sekarang atau sebentar lagi?” tanya pembantunya.“S
Pagi-pagi sekali Nicholas sudah berkutat di dapur. Bukan membuat kopi untuk dirinya sendiri, bukan. Dia sedang menyiapkan makanan untuk Amanda.Yah, sejak dia mengetahui jika hamil muda itu masih rawan, Nicholas ingin menjaga kehamilan Amanda.Sudah lama ia sangat ingin memiliki anak dan meskipun dengan cara seperti ini. Tetapi ia tak ingin mengabaikan calon anak yang ada di rahim Amanda.“Kamu sudah bangun?” tanya Nicholas, ketika melirik ke belakang sekilas dan melihat Amanda sudah berdiri di dekat meja makan.“Hmm, iya,” jawabnya singkat.Kepalanya sedikit melongok dan penasaran dengan apa yang dimasak oleh Nicholas saat ini. Sampai dia menumpahkan semua perhatiannya panci yang ada di atas kompor.“Kamu duduk saja, aku akan membuatkanmu makanan,” kata Nicholas lagi.Tanpa banyak bicara lagi, Amanda duduk dan menunggu Nicholas yang masih sibuk memasak.
Kalau saja Hana tadi melihat Nicholas begitu memerhatikannya. Apakah dia akan cemburu padanya?Melihat Nicholas memasakkan makanan untuknya. Dan memberikan pijatan pada lehernya ketika dia merasakan mual pada perutnya. Apakah dia akan cemburu?Mungkin saja cemburu, tapi mungkin saja dia membiarkannya saja.Amanda masih belum mengerti bagaimana perasaan Hana untuk Nicholas sebenarnya.Dia menikah dengan Nicholas karena cinta, atau hanya karena Nicholas adalah seorang pengusaha yang sukses.“Amanda, aku mau keluar lagi hari ini,” kata Hana pada Amanda ketika mantan kekasih Nicholas itu sedang bersantai di ruang keluarga.“Mungkin aku akan pulang malam lagi,” lanjutnya dengan senyum yang melebar.Katanya dia selalu di rumah, tapi ternyata dia adalah istri yang sangat hobi menghabiskan uang suaminya.“Mau ke mana, kalau boleh tahu?” tanya Amanda. Tak be
Hana kembali ke rumah dengan perasaan yang masih terbawa emosi karena ucapan teman-temannya tadi.Memang benar, mereka hanya bermulut manis kalau hanya ada di depannya saja. Dan mengatakan hal buruk di belakangnya seperti tadi.“Mengesalkan! Bilang saja kalau iri padaku, tak usah membicarakanku seperti itu,” gerutu Hana.Matanya menatap mobil mertuanya yang sudah terpakir dengan manis di halaman rumahnya.Wajahnya menegang untuk sesaat karena dia tidak tahu kalau hari ini adalah kunjungan mertuanya di rumahnya.Biasanya ibu Nicholas itu akan mengabarinya jika akan ke sana. Tapi hari ini dia datang tanpa memberi tahu pada Hana terlebih dahulu.“Gawat,” desisnya panik.“Amanda.”Ibu Nicholas tidak tahu jika Hana menggunakan jasa ibu pengganti selama ini. Yang ia tahu, Hana saat ini hamil. Sudah hanya itu saja.Kalau sampai dia tahu Am
Amanda buru-buru membawa Nicholas menjauh dari hadapan Christian, sebab Amanda tahu jika mantan suaminya itu akan memanfaatkan Nicholas, seorang pengusaha muda terkenal dan sukses di usianya yang masih muda.“Dia siapa?” tanya Nicholas ketika mereka berdua sudah menjauh dari Christian.“Mantan suamiku.” Amanda menjawab dengan mata menatap ke arah Christian duduk. Terlihat jelas kalau mata lelaki itu memandangnya dengan penasaran.“Lalu? Apa dia memerasmu?”“Bukan seperti itu—dia ingin meminta uang untuk anakku. Dia sedang di rumah sakit saat ini.”Nicholas diam, memandangi wajah Amanda yang seakan kebingungan.“Kenapa? Apa kamu tak punya uang?”Amanda sontak menatap wajah Nicholas dan tersenyum tipis. Uangnya masih banyak, dari gaji menjadi ibu pengganti dua tahun yang lalu.“Bukan begitu, aku ragu memberikannya karena Christian suka berjudi. Aku ta
Sudah pukul dua belas kurang beberapa menit dan Nicholas masih terjaga dari tidurnya. Tentu saja dia sengaja melakukan hal tersebut karena ingin mengerjakan hal lain malam itu.Sejak tadi dia berusaha untuk memastikan kalau istrinya sudah nyenyak tidur.“Han,” panggil Nicholas pelan. Matanya melirik ke sampingnya.“Hana,” panggil Nicholas lagi dan Hana tidak menyahut.Nicholas kemudian bangkit, ingin memastikan lagi jika istrinya benar sudah masuk ke dalam alam mimpinya.Telapak tangannya ia kibaskan di depan wajah istrinya. Dan tak ada reaksi dari Hana.Aman!Nicholas perlahan bergerak dari tempat tidurnya kemudian membuka pintu kamar dengan perlahan.Lampu di rumah sudah gelap dan pasti pembantu-pembantunya juga sudah tidur.Dengan langkah mengendap Nicholas berjalan ke kamar Amanda. Dadanya berdegub sangat kencang, ini adalah hal