Share

Racun yang menggobati

Happy Reading.

"DA-MA-RAAA!" Teriak sang ayah pada Damara yang menghilang setelah membuat jebakan dengan sendok yang diletakkan di lantai, dan diberikan energi.

Dari samping tangga, Damara keluar dengan kepala yang menunduk ke bawah. Pakaiannya juga kotor penuh kue krim dan coklat, Berjalan ke arah sang ayah dan ibu yang terlihat sangat malu.

Tapi perkataan pria yang disebut Tuan itulah yang membuat Damara keluar.

"Apa semua ini Damara?"

"Maafkan aku bu, Da-Damara tidak sengaja menyenggol meja. Makanannya jadi berantakan!"

"DAMARA…."

"Jadi namamu Damara?" tanya pria muda tinggi yang sedang tersenyum pada Damara. Tetapi Damara tak menganggapnya ada.

"Ibu, ayah. Nanti Damara bersihkan. Sekarang Damara mandi dulu ya, dah!" pamit Damara hendak kabur.

Sebelum sebuah kata-kata keluar dari mulut pria itu. Dan langsung menghentikan langkahnya. Katanya, "begini caramu menyambutku? Berbalik! Dan minta maaf!" ancam pria itu.

Damara malah tersenyum sinis, tak berbalik. Melainkan melangkah semakin cepat kembali ke kamarnya.

"Damara!" Suara pria itu merendah. Entah mengapa Damara seakan mengenali panggilan itu. Ia mengerutkan keningnya bingung!

Berbalik. Damara menatap mata pria itu dengan tajamnya, menganalisa dengan baik. Tapi jantung dan mata pria yang tidak lain adalah Arron Cerberus itu malah menunjukan keterkejutan.

"Apakah aku mengenalmu?" tanya Damara penasaran.

Arron tersenyum.

Beberapa menit kemudian, Damara memutuskan untuk menemui Arron karena rasanya tak asing. Di taman belakang, keduanya berjalan beriringan, di temani bunga-bunga yang indah.

"Namaku Arron Cerberus, kau bisa memanggilku Arron."

Mata Damara membelalak dengan lebarnya. Sebab ia tahu siapa itu Arron. Tapi, ia tak takut padanya.

Ehem. "Arron ya?" Damara mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Sebelum tatapannya menyipit sempurna. "Kau tau ada jebakan dilantai itu, kenapa tidak menghindar?!" curiga Damara.

Arron tersenyum. "Jika aku menghindar, apakah kamu akan senang?" tanya Arron, berhenti menatap langsung netra mata Damara lekat-lekat.

"Manis sekali. Tapi jangan lupa, semua orang tahu siapa kau yang sebenarnya!"

"Benarkah? Jika begitu, bukankah seharusnya kamu menjaga perkataanmu!"

"Aku tidak pernah menjaga perkataanku pada orang sepertimu!"

"Aku bisa membakar kota ini!"

"Dan kau pikir aku peduli?" balas Damara tak mau kalah.

Arron tertawa kecil. "Lidahmu itu, benar-benar ingin ku gigit," ungkap Arron. Menatap ke arah bibir Damara yang tidak tahu caranya berhenti berdebat.

"Apa yang kau katakan?! Sudah tidak waras ya? Kekurangan obat atau bagaimana?" sindir Damara, terang-terangan mengatakan kalau Arron sudah gila.

Kali ini Arron diam, ia menunjukan ekspresi datarnya. Lengkap dengan tatapan setajam elang, yang ia arahkan pada Damara.

"Benar, aku memang kekurangan obat."

"Hah?"

Tiba-tiba saja, Arron menarik Damara ke dalam pelukannya. Membuat Damara bukan lagi terkejut, tapi marah atas kelancangan Arron.

Tapi saat melihat ke atas, ayahnya ternyata sedang mengawasi. Menolak, tidak akan membuat ia selamat hari ini.

"Menurut ya?" Goda Arron. Meski tau kalau Damara terpaksa melakukannya karena diawasi oleh ayahnya. "Damara, jika kamu tidak suka pria tua itu. Aku bisa membunuhnya!"

"Ternyata kata-kata manismu tak selaras dengan hatimu yang kejam itu."

"Apa itu sebuah pujian?" tanya Arron sembari tersenyum senang karena Damara tak bisa menolaknya.

Jujur. Kalau bukan karena ayahnya, maka Damara tak akan mau dipeluk oleh pria tidak punya sopan santun yang baru Ia temui sekali seperti Arron.

'Tunggulah sampai hari kehancuran Helike nanti. Orang pertama yang akan ku gantung, dan ku cabik-cabik akan bernama Arron Cerberus!' ucap Damara membatin. Penuh dendam.

Jadi, siapa Damara? Dan mengapa ia berani memikirkan kematian, bagi orang terkuat dan terkejam nomor 1 di kota Helike ini?!

Bersambung….

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status