“Aku sudah melayangkan komplain atas Rex Milan Wilson dan dia akan dipanggil oleh Hakim hari ini. Jika dia mencoba menghubungimu, hubungi aku. Akan kuurus semuanya,” ujar Aldrich menjelaskan pada Venus tentang kebenaran mengenai pernikahannya dan Rex Milan.Bukannya menjawab, Venus malah tertegun sambil menelan ludahnya. Wajahnya tampak cemas dan tak nyaman. Steven yang juga ada di ruang tengah mulai cemas menatap Venus.“Venus?” Aldrich kembali menegur dengan mendekatinya. Venus tampak sedih lalu menundukkan kepalanya.“Kenapa aku begitu bodoh? Kenapa?” tanya Venus melirih sedih. Ia nyaris menangis dan itu membuat Aldrich jadi ikut sedih.“Harusnya aku mencari tahu sebelumnya siapa dia sebelum ikut ke rumahnya. Aku merasa ... aku merasa benar-benar bodoh, Aldrich.” Venus kembali melanjutkan lalu meneteskan air matanya. Kesedihan Venus membuat Steven mendekat lalu berlutut dengan sebelah kakinya di dekat kaki Venus.“Jangan bersedih, kita masih bisa memperbaikinya─”“Apa yang bisa dip
Arjoona langsung menghardik dan menggeser posisinya sehingga Dion tidak bisa mencium kakinya.“Bangun kamu!”Dion yang sudah separuh bersujud lalu berhenti dan perlahan berdiri. PLAK – Arjoona menampar keras Dion sampai Claire terkesiap kaget. Dion menahan perihnya kulit pipinya yang panas akibat tamparan Arjoona.“Beraninya kamu meninggalkan Venus dan menipunya, Dion,” geram Arjoona meluapkan kemarahannya. Dion kembali berpaling dan menundukkan wajahnya. Pipinya tampak sangat merah kontras dengan kulit kuning langsatnya yang terang. Di ujung bibirnya sampai terselip setitik darah karena kerasnya tamparan Arjoona.“Aku sangat mempercayai kamu sebagai pelindung anakku. Tapi kamu malah lebih memedulikan teman-teman kamu dibandingkan dia!” teriak Arjoona lagi makin marah. Dion masih diam dan meneteskan air matanya.“Apa yang kamu kejar di luar sana, hah! Apa!”Claire yang ikut menangis lalu memegang lengan Arjoona. Ia mendekap lengan kekar itu seakan ingin meredakan kemarahannya.“Maafka
Proses perpisahan Venus dan Rex Milan harus dihadapi sendirian oleh Rex Milan. Ia tidak bisa membuktikan dengan jelas dan valid surat-surat yang dimilikinya sehingga pihak lembaga catatan sipil pun menggugat Rex Milan secara resmi. Rex Milan semakin terdesak. Ia pun berusaha menemui Venus untuk bicara dengannya.Rex Milan tidak bisa menemukan Venus di mana pun. Ia menghilang bahkan tidak lagi berada di Skylar Labels tempatnya seharusnya meluncurkan album terbarunya. Rex Harristian yang sudah mendapatkan kabar dari Dion sebelum Rex Milan datang, kini berhadapan dengan pria yang sudah menipu adiknya.“Apa kau pikir kau punya sembilan nyawa sehingga berani menemuiku, Tuan Wilson? Kau sudah menipu adikku!” geram Rei menahan kepalan tangannya agar tidak menonjok Rex Milan.Rex Milan datang ke Skylar Labels karena hanya tempat itu yang ia ketahui tentang Venus. Maka ia memberanikan dirinya datang ke Skylar sekalipun pada akhirnya ia harus berhadapan dengan kemarahan Rei Harristian.“Aku ha
Sebastian Arson mendesak Seth untuk terus mencari Cindy Andriani di mana pun ia berada. Seth sudah mengaku jika ia kehilangan jejak Cindy agar Sebastian tidak lagi bisa menemukan sepupu Dion Juliandra itu lagi.“Aku rasa sebaiknya kamu mencari sekretaris baru lainnya saja, Tuan Arson. Aku bisa membantu menyeleksi kandidatnya untukmu,” ujar Seth menawarkan jalan keluarnya. Sebastian langsung menggeleng. Ia menaikkan pandangan pada Seth menatapnya tak suka.“Aku tidak akan mencari orang lain sebagai sekretarisku selain Cindy!” tukas Sebastian bersikeras. Keith sudah melirik Seth lalu mendekat dan menyentuh ujung lengannya.“Kenapa bisa seperti ini?” bisik Keith pada Seth yang langsung menggeleng. Seth tidak menyerah. Ia kembali membujuk Sebastian.“Tuan Arson, jika kita tidak lagi menemukan Nona Cindy, bagaimana? Bisa saja dia sudah kembali ke negaranya.” Sebastian kembali menatap Seth tajam. Ia mengepalkan tangannya lalu membuang pandangannya sejenak ke samping.“Biar bagaimana pun pos
“Cindy?”Cindy yang sedang melamun terhenyak dan menoleh ke belakang. Ia tersentak kaget melihat Sebastian sudah ada di belakangnya. Jantung Cindy rasanya seperti mau copot. Ia sangat tidak menyangka jika Sebastian bisa menemukannya.“Pak ... Pak S-Seb?” ucap Cindy terbata-bata dengan nada gemetar. Ia mundur beberapa langkah sampai punggungnya terhalang dinding tembok pagar rumah Dion. Sebastian tidak peduli dan tetap mendekati Cindy sampai hanya berjarak beberapa sentimeter darinya.“Jadi kamu memang sengaja melarikan diri dari aku? Iya?” tukas Sebastian mendesak Cindy. Cindy hendak melarikan diri tapi Sebastian menangkap lalu membekapnya.“Hhmmp!”“Ikut aku, kita harus bicara!” Sebastian memaksa menarik Cindy ke mobilnya. Cindy berusaha melarikan diri tapi tidak sanggup melawan Sebastian yang lebih kuat. Cindy mulai ketakutan dipaksa masuk ke dalam mobil Sebastian.“Diam Cindy! Atau aku akan menyakiti kamu!” ancam Sebastian seraya membekap mulut Cindy. Cindy menggeram di balik bekap
Budhe Dewi membuka pintu depan setelah bel berbunyi. Ia sedang mencari Cindy yang belum masuk dari membuang sampah setengah jam yang lalu.“Peter?” Peter tersenyum pada Budhe Dewi dan satu langkah maju menampakkan sosoknya. Namun, raut Budhe Dewi tampak mengernyit.“Selamat malam, Tante. Saya mau bertemu dengan Cindy,” jawab Peter dengan sikap sopan seperti biasanya.“Aduh ... masuk dulu, Peter.” Budhe Dewi membuka pintu lebih lebar agar Peter bisa masuk ke dalam.“Makasih, Tante─”“Cindy tadi keluar untuk bawa sampah. Tapi gak balik-balik,” sahut Budhe Dewi langsung bicara. Peter seketika melotot dan kaget.“Apa? Lho, Cindy ke mana, Tante?” balas Peter meninggikan suara.“Tante gak tahu. Tante sudah cari keluar tapi gak ada. Sudah setengah jam. Anak-anak gak bisa ditinggal.” Terdengar suara Dallas sedang menangis di kamarnya. Budhe Dewi langsung masuk ke dalam untuk mengambil Dallas dari pengasuhnya. Kale juga ikut keluar dan diberikan pada pengasuh yang sama.“Biar saya yang pegang
“Kamu kenapa? Kamu dari mana?” Peter langsung bertanya banyak pada Cindy yang sedang menangis memeluknya. Cindy belum berani menjawab dan hanya bernapas satu-satu. Peter yang cemas sedikit melepaskan pelukannya pada Cindy untuk melihat keadaannya.“Kita bicara dulu.” Peter membujuk dan Cindy pun mengangguk. Mereka masuk ke halaman tanpa masuk ke rumah.“Sekarang kamu harus cerita sama aku apa yang terjadi. Jangan berbohong. Siapa tadi yang nganterin kamu?” Peter kembali mencecar Cindy dengan pertanyaan.“Mas Peter lihat?” Cindy sedikit mengangkat wajahnya.“Iya. Aku di belakang mobil itu dan melihat kamu keluar dari sana. Itu siapa, Cindy?”Cindy menarik napas yang masih sesak seraya menatap wajah Peter yang tampak dari bias lampu depan di atas teras.“Sebastian Arson.” Cindy menjawab dengan suara kecil. Wajah Peter langsung berubah tegang.“Apa?” sahutnya meninggikan suara. Peter langsung melihat ke arah pintu khawatir jika terbuka dan Budhe Dewi tiba-tiba muncul.“Lalu, apa dia meny
Venus Harristian masuk ke rumah yang sudah ia tinggalkan demi bisa menjebak Rex Milan Wilson. Begitu mendengar dari salah satu pelayan jika Venus sudah pulang, Rex Milan langsung keluar. Ia tersenyum datang menghampiri. Venus langsung menyusutkan langkahnya ke belakang. Rex Milan pun berhenti.“Venus,” sebutnya pelan.“Aku pulang karena Rei yang memintaku. Sekarang kita harus bicara,” ujar Venus menegaskan. Raut wajahnya tidak menyiratkan emosi sama sekali. Ia tidak mau lagi terenyuh pada apa yang akan dikatakan oleh Rex Milan.Jasman terlihat masih berada di salah satu ruangan bersama staf pembersih lainnya. Rex Milan melirik lalu memerintahkan agar semua keluar.“Kalian sudah selesai hari ini. Aku akan memanggil kalian lagi. Sekarang keluar,” ujar Rex Milan memberikan perintah. Venus sedikit memutar bola matanya melihat satu persatu staf keluar dari ruang tengah termasuk Jasman. Jasman telah memasang beberapa kamera di tempat yang lebih aman untuk memantau Venus.Dion masih terus me